Sukses

94 Jamaah Haji Indonesia Jalani Rawat Inap, Ini 5 Penyakit Paling Banyak Diderita

Jamaah haji Indonesia yang masih dirawat inap di rumah sakit yang ada di Tanah Suci hingga saat ini adalah 94 orang.

Liputan6.com, Jakarta - Hingga 4 Juni 2023, sebanyak 71.539 jamaah haji Indonesia telah tiba di Arab Saudi dengan pembagian 190 kloter.

Jumlah jamaah dengan risiko tinggi kesehatan (risti) sebanyak 75,37 persen. Pasien risti adalah jemaah yang berusia 60 tahun ke atas, baik itu yang punya komorbid maupun tidak, dan jemaah di bawah 60 tahun dengan komorbid.

Menurut Kepala Pusat Kesehatan Haji, Liliek Marhaendro Susilo, jumlah jamaah yang masih dirawat inap hingga saat ini adalah 94 orang, dengan pembagian 51 orang di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan 43 orang di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS).

Liliek memaparkan bahwa ada penyakit yang paling banyak dialami pada pasien rawat inap adalah Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), gagal jantung, demensia, diabetes mellitus, dan penyakit jantung iskemik. 

“Penyakit terbanyak rawat inap di KKHI dan RSAS adalah PPOK, gagal jantung, demensia, diabetes mellitus, dan penyakit jantung iskemik,” jelas Liliek pada Press Conference Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Tahun 2023, pada Senin (5/6/2023).

Jenis penyakit tak jauh berbeda dengan jenis yang diidap oleh pasien rawat jalan. Menurut Liliek, total jamaah haji yang masih melakukan rawat jalan saat ini sebanyak 184 orang.

“Penyakit yang paling banyak diderita jemaah adalah fatigue atau kelelahan, yang kedua adalah hipertensi esensial yang ketiga ISPA, keempat myalgia, dan diabetes mellitus. Ini adalah 5 penyakit terbesar yang kemarin banyak di pelayanan kesehatan kloter,” kata Liliek.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jemaah Haji Wafat Sebanyak 15 Orang

Hingga 4 Juni 2023 pukul 16.00 WIB, Liliek mengungkap adanya jemaah yang wafat sebanyak 15 orang.

“Untuk jemaah wafat sampai dengan 4 Juni jam 4 sore, ada 15 jemaah yang wafat. Yang terbanyak berasal dari Surabaya sebanyak 6 orang, kemudian Jakarta-Bekasi sebanyak 4 orang, dari Solo sebanyak 3 orang, dan Jakarta Pondok Gede 1 orang,” jelas Liliek.

Penyakit terbanyak yang jadi penyebab wafatnya jemaah yaitu penyakit jantung iskemik sebanyak 5 orang dan infark miokard akut sebanyak 3 orang.

Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya aterosklerotik pada dinding arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung seperti mengutip keterangan dari laman RS Dr Soetomo Surabaya. 

“Usia jemaah wafat terbanyak adalah di atas 60 tahun ke atas, sebanyak 10 orang. Artinya, dua pertiga yang wafat adalah lansia,” lanjutnya.

3 dari 4 halaman

Berikan Upaya Promosi Kesehatan

Untuk menjamin kesehatan jemaah haji Indonesia, Kementerian Kesehatan memberikan berbagai upaya promosi kesehatan, salah satunya penyuluhan konseling jamaah haji.

Edukasi dan informasi kesehatan juga disebarluaskan melalui berbagai platform.

“Adapun penyebarluasan edukasi dan informasi kesehatan dalam bentuk poster dan vlog melalui media sosial dan group chatting. Ini juga kami inversikan pada seluruh group agar mereka juga bisa memberikan berkontribusi memberikan edukasi kepada sesama jemaah haji,” kata Liliek.

Kemenkes juga melakukan deteksi dini penyakit di sektor khusus. Sektor khusus adalah sektor yang didirikan di sekitar Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.

“Yang kita lakukan nanti dengan cara memberikan medical check up kepada jamaah-jamaah yang kita pandang memerlukan pemeriksaan,” ungkap Liliek.

4 dari 4 halaman

Imbauan Tak Memaksakan Diri

Untuk mencegah meningkatnya angka pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan, Liliek mengimbau para jamaah haji dengan kondisi khusus untuk tidak memaksakan diri. Sebaiknya jamaah haji beribadah sesuai dengan kemampuannya.

“Kami minta supaya jamaah haji lansia dan memiliki kondisi kesehatan tidak memaksa diri melakukan aktivitas fisik yang berlebihan. Sesuaikanlah dengan kemampuan masing-masing, tidak harus setiap hari salat di jemaah di Masjidil Haram atau Nabawi,”

Jika kondisi kesehatan tidak memungkinkan, Liliek menyarankan untuk cukup salat di penginapan masing-masing.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.