Sukses

Canggih, RS EMC Gunakan Teknologi Augmented Reality Dalam Penanganan Tulang Belakang

Inovasi Augmented Reality (AR) menjadi solusi baru untuk menangani masalah tulang belakang dalam ranah medis.

Liputan6.com, Jakarta - Tulang belakang merupakan bagian penting dalam tubuh manusia yang menjadi pondasi agar kita dapat berdiri tegap.

Oleh sebab itu, bila ada masalah tulang belakang tak bisa disepelekan dan harus segera ditangani oleh ahli. Berkaitan dengan hal ini, EMC Healthcare menghadirkan inovasi berupa augmented reality (AR) untuk meningkatkan bantuan dan layanan dalam mengatasi keluhan tulang belakang.

Dokter spesialis bedah ortopedi di RS EMC Tangerang, dr. Harmantya Mahadhipta mengungkap, AR adalah inovasi yang menggabungkan dua hal, yaitu pasien sebagai realitas dan teknologi imaging (pencitraan medis).

Imaging itu artinya pemeriksaan seperti MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT scan, atau USG dari pasien tersebut. Biasanya sebelum operasi, kita perlu melakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang atau imaging seperti itu,” tuturnya dalam siaran langsung Healthy Monday Liputan6.com pada Senin, (29/5/2023).

Harmantya melanjutkan, gabungan antara data pasien dan teknologi tersebut dimasukkan ke dalam kacamata hololens. Melalui kacamata hololens, dokter dapat melihat data tersebut secara langsung.

“Biasanya, kalau kita operasi dengan mata telanjang, yang kita lihat hanya pasien saja. Dengan adanya hololens atau kacamata AR, kita bisa melihat pasien plus datanya, misalnya (hasil) CT scan-nya,” ujarnya.

“Jadi, seakan-akan mata kita bisa melihat secara tembus pandang ke dalam tubuh pasien itu. Kita bisa melihat langsung tulangnya,” lanjut pria lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tujuan Sistem Navigasi Kedokteran

Dalam dunia kedokteran, ada banyak sistem navigasi yang digunakan para dokter untuk membantu dalam melakukan operasi.

Harmantya mengungkap, tujuannya tak lain demi keselamatan pasien, terutama pada saat pemasangan implan.

“Pada saat memasang implan, akurasi sangat menentukan hasil. Jika kita miss sedikit saja, itu bisa berbahaya, seperti menabrak saraf, dan sebagainya,” katanya.

Perbedaan AR dengan Sistem Navigasi Lainnya

Tak hanya itu, Harmantya juga membeberkan perbedaan inovasi AR dengan sistem navigasi kedokteran lainnya. Ternyata, dengan AR, penggunaan bisa lebih efisien dan praktis.

“Kalau kita menggunakan hololens, misalnya saya mau operasi di EMC Sentul, saya tinggal bawa kacamatanya saja. Jika menggunakan sistem navigasi lain, itu akan menghabiskan waktu,” tuturnya.

3 dari 4 halaman

Kacamata Hololens Menyimpan Data Pasien

Dalam penggunaannya, Harmantya mengungkap, dokter perlu mengunggah data pasien ke dalam kacamata hololens.

“Pada saat kita mau operasi pasien A, kita meng-upload data pasien A. Sehingga, yang kita lihat nanti adalah tulang pasien A,” jelasnya.

Proses Penggunaan Inovasi AR

Berdasarkan pemaparan Harmantya, ada dua cara penggunaan AR untuk operasi pasien.

“Cara yang pertama, sebelum pasien itu berada di meja operasi, kita lakukan CT scan, dengan ada seperti QR Code untuk merekam data pasien,” terangnya.

“Setelah itu, kita masukkan ke server untuk diolah datanya, dilakukan surgical planning (perencanaan bedah), lalu dimasukkan ke kacamata hololens,” lanjut Harmantya.

Sementara itu, cara yang kedua adalah pengambilan data secara langsung saat pasien berada di meja operasi.

4 dari 4 halaman

Kondisi Tulang Belakang yang Bisa Diatasi dengan AR

Untuk memutuskan penggunaan sistem AR, Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP), yaitu Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Konsultan Tulang Belakang, akan memeriksa pasien dan menentukan tindakan yang tepat, seperti mengutip laman EMC.

Hal ini salah satunya untuk menentukan apakah kondisi bisa diatasi dengan inovasi AR atau tidak. Beberapa kondisi yang bisa menggunakan AR pada saat operasi, antara lain:

  1. Nyeri pada punggung bagian bawah dan kaki.
  2. Spondylosis, yaitu penuaan atau degenerasi tulang belakang.
  3. Spinal stenosis, yaitu penyempitan ruang di tulang belakang yang dapat menekan sumsum tulang belakang dan akar saraf yang keluar dari setiap ruas tulang belakang.
  4. Degenerative disc disease, yaitu kondisi di mana bantalan sendi di tulang belakang sudah mulai terjadi degenerasi.
  5. Skoliosis.
  6. Spinal Instability (spondylolisthesis), yaitu kondisi tulang belakang yang menyebabkan nyeri punggung bawah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.