Sukses

Kenali Gejala Tuberkulosis dan Cara Penularannya yang Sama seperti COVID-19

Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sama seperti COVID-19, penularan TBC dapat terjadi melalui percikan air ludah.

Liputan6.com, Jakarta - Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sama seperti COVID-19, penularan TBC dapat terjadi melalui percikan air liur. Sehingga, orang yang berada di sekitar orang TBC berisiko tinggi akan tertular. TBC menjadi penyumbang kematian karena infeksi terbanyak di dunia.

Tak hanya menyerang paru-paru, TBC juga bisa menyerang organ lain, seperti otak, tulang, usus, dan mata.

Untuk TBC yang hanya berada di area paru-paru disebut TBC Paru. Sedangkan, jenis yang mengenai organ tubuh lainnya disebut TBC Ekstra Paru.

Dokter spesialis paru konsultan, Tutik Kusmiati, mengungkapkan gejala TBC paling umum adalah batuk yang tak kunjung henti.

“Gejala paling umum pada tuberkulosis paru di antaranya yakni batuk terus menerus selama lebih dari 2 minggu, dahak berwarna putih, berat badan turun (setelah mendapat asupan makanan yang baik), selera makan turun, dan berkeringat pada malam hari,” kata Tutik pada press conference Hari Tuberkulosis Sedunia yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) pada Jumat, (24/03).

Dalam kasus-kasus tertentu, tuberkulosis bisa disertai batuk berdarah dan sesak napas.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Proses Penularan Tuberkulosis

Tutik mengungkapkan bahwa penyebaran tuberkulosis dapat terjadi dengan mudah dan cepat.

“Penularan TBC sangat mudah. Pasien Tuberkulosis yang BTA-nya positif bisa menginfeksi ke 10-15 orang sekitarnya. Di antara mereka (yang terinfeksi), 5-10% akan berkembang menjadi penyakit TBC Aktif. Kemudian, 90-95% akan berkembang menjadi TBC Laten, yakni terinfeksi tetapi tidak sakit atau belum sakit,” jelas Tutik.

Mereka yang TBC Aktif nantinya akan berkembang menjadi pasien TBC positif. Apabila sudah positif, orang itu akan menjadi sumber penularan baru. Ini akan membuat siklus yang sama seperti sebelumnya.

“Sedangkan, dari 90-95% dari mereka yang TBC Laten, akan ada 5-10% yang nantinya akan berkembang menjadi TBC aktif di kemudian hari. Hal ini tergantung dari imunitas seseorang,” tambahnya.

Penularan tuberkulosis dapat terjadi melalui droplet nuclei atau percikan dahak yang mengandung Mycobacterium tuberculosis.

3 dari 4 halaman

Risiko Pasien HIV Paling Tinggi

Sebagian orang ternyata lebih rentan terinfeksi tuberkulosis. Untuk orang yang terinfeksi TBC dan tidak memiliki komorbid, risiko berubahnya infeksi TBC menjadi penyakit TBC hanya sekitar 5% dalam 2 tahun pertama setelah infeksi, dan sekitar 10% seumur hidup.

Berbeda halnya dengan mereka yang punya diabetes. Kemungkinan persentase mereka lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak ada komorbid.

Untuk orang yang terinfeksi TBC dan diabetes, risikonya 3 kali lebih besar, atau sekitar 30% seumur hidup.

Sementara, risiko untuk pasien HIV tergolong sangat besar. Untuk orang yang terinfeksi TB dan HIV (tanpa pengobatan HIV), risikonya sekitar 7-10% setiap tahun. Ini merupakan risiko yang sangat besar untuk seumur hidup.

Orang yang tinggal serumah dengan orang pasien TBC Aktif juga memiliki risiko yang tinggi, baik itu anak-anak, remaja, atau dewasa.

Tutik menambahkan, kelompok lain yang berisiko tinggi adalah pasien immunokompromais, seperti pasien kanker yang menjalani kemoterapi, hemodialisis atau cuci darah, mendapat kortikosteroid jangka panjang, persiapan transplantasi organ.

4 dari 4 halaman

Perbedaan TBC Laten dan Aktif, dari Gejala Hingga Penularan

Dalam kesempatan yang sama, Tutik menjelaskan perbedaan antara TBC Laten dan TBC Aktif. Perbedaan paling signifikan antara keduanya adalah gejalanya.

“TBC Laten itu nggak ada gejala, jadi seperti orang sehat. Berbeda dengan TBC aktif, muncul gejala seperti batuk, demam, nyeri dada, berat badan turun, dan lain-lain. Namun, keduanya sama-sama menunjukkan uji tuberkulin atau IGRA-nya positif,” kata Tutik. 

Pada TBC Laten foto toraks akan terlihat normal. Sebaliknya pada TBC aktif, didapatkan kelainan. Jika dahak pasien laten diperiksa, maka hasilnya akan negatif. Pada pasien aktif, dahak akan menunjukkan hasil positif. Mungkin ada beberapa yang negatif jika kumannya tidak terlalu banyak. 

“TBC Laten bukan merupakan kasus yang menular. Jadi, dia tidak bisa menularkan ke orang lain. Berbeda dengan TBC Aktif, ini bisa menularkan ke orang lain,” jelasnya.

Pada TBC Laten, diperlukan diberikan terapi pencegahan supaya tidak terjadi TBC aktif.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.