Sukses

Membentak Anak Bukan Cara Efektif Ubah Perilaku, Psikolog Ungkap Cara Menasihati yang Tepat

Marah atau membentak anak-anak dapat memengaruhi kehidupan mereka. Apa saja efek jangka panjang membentak anak?

Liputan6.com, Jakarta - Berteriak atau membentak anak-anak dapat memengaruhi kehidupan mereka. Bayangkan jika itu dilakukan kepada anak usia 3 tahun.

Joseph Shrand, M.D., instruktur psikiatri di Harvard Medical School dan penulis Outsmarting Anger: 7 Steps for Defuse our Most Dangerous Emotion, mengemukakan bahwa tidak ada yang salah dengan perasaan marah. Menurutnya, yang penting adalah apa yang kita lakukan dengan kemarahan itu.

Kemarahan merupakan emosi umum yang dirasakan setiap kita berharap segala sesuatunya berbeda dengan apa yang terjadi.

“Kita marah kepada anak karena berharap anak berhenti melakukan sesuatu atau mulai melakukan sesuatu. Saya berharap putri saya tidak memukul adik perempuannya atau berharap putra saya akan mengatakan yang sebenarnya tentang di mana dia tadi malam,” ungkapnya seperti ditulis laman Parents.

Ini perilaku yang diharapkan orang tua agar anak-anak mereka berubah, yang bisa memicu kemarahan.

Menyadari Kontraproduktif, Cenderung Bertindak Lebih Baik

Jika Anda sering berteriak atau kesulitan mengatur emosi pada anak, penting untuk menjadwalkan pemeriksaan dengan dokter.

Bagi sebagian orang, masalah kesehatan mental dapat menyebabkan perubahan pada perilaku, seperti berteriak lebih banyak, mudah marah, dan kesulitan dengan manajemen emosi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Anak Tidak Bisa Belajar dengan Fight-or-Flight Mode

Laura Markham, Ph.D., psikolog klinis dan penulis Peaceful Parent, Happy Kids: How to Stop Yelling and Start Connecting, mengutarakan bahwa berteriak merupakan cara melepaskan amarah. Namun, itu bukan cara efektif untuk mengubah perilaku.

Saat anak ketakutan, mereka masuk ke mode fight-or-flight dan pusat pembelajaran di otak mereka mati.

Respons fight-or-flight adalah reaksi fisiologis yang terjadi ketika kita mengalami sesuatu yang dianggap mengancam oleh otak kita.

Dengan demikian, anak tidak dapat belajar ketika Anda membentak mereka. Ini terjadi karena otak mereka memberi tahu bahwa orang dewasa yang meneriaki mereka adalah ancaman. Hal ini dapat mematikan bagian otak lain yang tidak didedikasikan untuk perlindungan dan pertahanan.

Di sisi lain, komunikasi yang damai dan tenang dapat membantu anak merasa aman dan mereka lebih mudah menerima pelajaran.

 

 

3 dari 4 halaman

Berteriak Bisa Membuat Anak Merasa Direndahkan

Dr. Shrand mengingatkan bahwa semua orang ingin dihargai. Bagi sebagian besar orang, merasa dihargai oleh orang lain merupakan cara mengukur harga diri dan cara kita menentukan apakah kita penting bagi dunia di sekitar kita.

Saat kita dimarahi, kita menganggap diri kita tidak mampu dan mempertanyakan kemampuan kita.

”Berteriak adalah salah satu cara tercepat untuk membuat seseorang merasa tidak berharga,” kata Dr. Shrand.

Pengamatan Dr. Markham pun serupa. “Ketika kita marah dan mulai berteriak, kita melihat diri kita sebagai palu dan semua orang di sekitar kita sebagai paku,” 

Dalam keadaan seperti itu, anak-anak terlihat seperti musuh, bukan seperti manusia yang kita hargai dan cintai.

”Anak-anak kita seharusnya tidak pernah merasa seperti musuh,” jelasnya.

 

 

4 dari 4 halaman

Bentakan Jangka Panjang Berdampak Negatif pada Anak

Berbagai penelitian mengilustrasikan bagaimana berteriak dapat membahayakan anak-anak.

Sebuah studi memasukkan berteriak sebagai salah satu ukuran disiplin di rumah. Mereka menyimpulkan bahwa anak-anak yang didisiplinkan dengan cara ini memiliki prestasi sekolah yang buruk dan perilakunya bermasalah.

Studi lain menunjukkan bahwa membentak memiliki efek yang sama pada anak-anak seperti hukuman fisik.

Selain itu, satu penelitian di National Library of Medicine di Maryland, Amerika Serikat, menyimpulkan bahwa pelecehan verbal dan sering dimarahi bahkan dapat mengubah cara otak anak berkembang.

Perlu diingat, tentu saja, bahwa satu kali Anda berteriak tidak akan merusak anak-anak Anda secara permanen selamanya.

Studi-studi ini melihat pola teriakan jangka panjang yang dilakukan secara terus menerus dan perilaku kasar lainnya.

Kita semua manusia dan tidak ada yang sempurna. Pahami apa yang mungkin ada di balik emosi Anda sendiri, bagaimana Anda dapat mengelolanya dengan lebih baik, dan bagaimana menangani ledakan ketika itu terjadi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.