Sukses

Berawal dari Facebook, Begini Sejarah Terbentuknya Komunitas Indonesia Rare Disorders

Di Hari Penyakit Langka Sedunia yang jatuh pada 28 Februari 2023, Founder Indonesia Rare Disorders (IRD) Yola Tsagia menceritakan awal berdirinya IRD.

Liputan6.com, Jakarta Di Hari Penyakit Langka Sedunia yang jatuh pada 28 Februari 2023, Founder Indonesia Rare Disorders (IRD) Yola Tsagia menceritakan awal berdirinya IRD.

Indonesia Rare Disorders terbentuk pada September 2015. Berawal dari tiga orang ibu yang memiliki anak dengan kelainan langka.

Yola sendiri dikaruniai anak perempuan yang menyandang Treacher Collins Syndrome (TCS) bernama Odilia Queen.

“Awalnya saya sama dua orang teman saya sama-sama punya anak kelainan langka tapi memang berbeda-beda (kelainannya). Jadi kita saat itu awalnya enggak kenal, terus kita ketemu di Facebook, kita ngobrol ternyata ini adalah penyakit langka,” kata Yola dalam Peringatan Hari Penyakit Langka Sedunia bersama Prodia, Selasa 28 Februari 2023.

Dari pertemuan di media sosial, tercetus lah ide untuk membuat sebuah komunitas. Awalnya, komunitas ini hanya berupa komunitas Facebook.

“Lama kelamaan saya berpikir kalau cuman bertiga kayak gini, bagaimana untuk awarenes-nya sementara mungkin teman-teman banyak yang mereka juga enggak tahu kondisi anak mereka.”

Selama membuat komunitas di Facebook, IRD acap kali membuat konten-konten terkait penyakit langka. Konten-konten ini pun mendapat banyak respons dari warganet.

“Mendapat respons yang positif banget dari orang-orang dan ternyata mereka baru tahu bahwa ada penyakit langka lainnya dan mereka ikut bergabung dengan IRD.”

Melihat antusiasme yang baik dari pengikutnya, IRD pun membuat acara-acara setiap peringatan Hari Penyakit Langka Sedunia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sudah Jadi Perkumpulan

Saat ini, lanjut Yola, IRD sudah menjadi perkumpulan dengan anggota yang semakin banyak yakni lebih dari 300 orang dari seluruh Indonesia.

“Membernya 300 orang dari seluruh Indonesia deseases-nya beda-beda, banyak banget dan gangguannya juga ada yang ringan, sedang, berat,” ujar Yola.

Tujuan utama pendirian IRD adalah untuk menjadi wadah berbagi soal penyakit langka. Terutama bagi para orangtua yang sama-sama memiliki anak dengan penyakit langka.

“Awalnya untuk sharing, yang pasti supporting group. Saya selalu menyarankan kepada teman-teman, ketika punya anak yang berkebutuhan khusus atau anak istimewa, alangkah baiknya untuk mencari supporting group.”

“Karena supporting group itu membantu kita untuk sharing, kita ngobrol bagaimana cara mengurus, membimbing, atau memberikan perhatian kepada anak-anak berkebutuhan khusus, khususnya penyakit langka,” kata Yola.

3 dari 4 halaman

Ada Tenaga Kesehatan

Selain memberi dorongan motivasi sesama orangtua dengan anak dengan kelainan langka, IRD juga bisa menjadi tempat untuk menambah informasi dan pengetahuan. Pasalnya, dalam IRD ada tenaga kesehatan hingga psikolog.

“Bisa mendapat informasi lebih, karena di dalam perkumpulan IRD ini ada tenaga kesehatan, dokter, guru, psikolog, yang membantu kita.”

Yola juga menyampaikan, sejak 2015 hingga kini, literasi dan pengetahuan soal penyakit langka semakin berkembang, terutama di Indonesia.

“Semakin berkembang terutama di Indonesia, IRD sendiri sudah menjalin kerja sama dengan pemerintah. Departemen Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan.”

Kementerian Sosial acap kali mengundang IRD untuk ikut berpartisipasi dalam berbagai acara. Artinya, pemerintah tidak tutup mata dengan kasus-kasus langka ini.

“Meskipun implementasinya masih sangat jauh, tapi kita yakin anak-anak dengan penyakit langka ini secara kualitas hidup harus lebih baik.”

4 dari 4 halaman

Harapan Yola

Yola pun menyampaikan harapan IRD di Hari Penyakit Langka Sedunia kali ini. Menurutnya, IRD akan tetap berkolaborasi dengan organisasi-organisasi lain yang juga fokus pada penyakit langka.

“Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa organisasi penyakit langka, kita akan tetap berkolaborasi, berolidaritas terhadap teman-teman semua. Kita bersama dan kita mau tetap meningkatkan kualitas hidup orang dengan kondisi langka atau Odalangka.”

Soal kesadaran, hal ini sudah dibangun sejak tiga tahun lalu dan mendapat tanggapan positif termasuk dari pemerintah. Di samping itu, tenaga kesehatan juga semakin tahu tentang penyakit langka ini.

“Dan sekarang bagaimana kita membuat si Odalangka ini bertumbuh kembang secara optimal dan diterima di masyarakat,” pungkas Yola.                                                                                                                                                 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.