Sukses

Sukseskan Program Hamil, Kenali Penyebab Infertilitas pada Pria dan Wanita

Liputan6.com, Jakarta - Dalam upaya hamil dan memiliki anak, fertilitas pria dan wanita menjadi faktor utama keberhasilan. Jika pasangan suami istri tersebut subur, maka tidak sulit untuk mendapatkan keturunan.

Sebaliknya, jika salah satu atau kedua belah pihak kurang atau tidak subur, maka kemungkinan keberhasilan program hamil menurun. Lantas, apakah yang dimaksud infertilitas?

Menurut Dr. dr. Sudirmanto, Sp.O.G, Subsp. K.F.E.R dari Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional, RSAB Harapan Kita, jika pasangan suami istri yang telah melakukan hubungan suami istri secara teratur selama satu tahun tanpa menggunakan kontrasepsi belum juga hamil, maka termasuk kategori gangguan kesuburan.

Adapun hubungan suami istri yang teratur yaitu sebanyak 2 hingga 3 kali setiap minggunya. Dengan demikian, pasangan yang belum hamil karena jarang bertemu dan tidak melakukan hubungan intim secara teratur maka belum tentu mengalami gangguan kesuburan.

Namun, ketentuan ini hanya berlaku jika usia wanita di bawah 35 tahun. Jika di atas usia tersebut, maka tidak perlu menunggu hingga satu tahun, cukup enam bulan saja, jelas Sudirmanto.

"Karena memang wanita itu cadangan telurnya makin lama makin habis, berbeda dengan pria—makin menua, kualitasnya saja yang berkurang, tapi tidak berkurang spermanya," tuturnya dalam Talkshow Keluarga Sehat "Kenali Penyebab Infertilitas pada Pria dan Wanita" pada Kamis (2/2/2023).

Sebab sel telur wanita berkurang seiring bertambahnya usia, maka jika Anda berniat memiliki anak di usia 40 tahun ke atas, segera periksakan ke dokter untuk melihat jumlah cadangan telurnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Faktor Lain

Selain umur, ada juga faktor lain yang dapat memengaruhi fertilitas. Misalnya, riwayat haid yang tidak teratur, operasi kista dan miom, atau operasi di sekitar panggul, amak tidak perlu menunggu hingga satu tahun.

"Enam bulan, atau misalnya setelah menikah segera dikonsultasikan untuk dinilai apakah kondisi keluhan itu berhubungan dengan kesulitan hamil," ujarnya.

Penyakit genetik misalnya riwayat hemofilia atau kelainan bawaan juga menjadi faktor berpengaruh.

Istilah mandul atau infertilitas sendiri dulunya digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak dapat memiliki anak. Namun, di era di mana teknologi kedokteran telah berkembang, beberapa pasangan suami istri punya peluang untuk hamil, misalnya dengan menggunakan program bayi tabung.

Meskipun demikian, ada beberapa pasangan yang memang tidak bisa hamil bahkan meski menggunakan program bayi tabung. Misalnya, pada wanita yang sudah tidak memiliki sel telur serta pria yang tidak memiliki sperma, maka alternatifnya yaitu menggunakan donor. Sayangnya, hal ini belum dapat dilakukan di Indonesia.

Bisa juga meski pasangan tersebut tidak kekurangan sel telur dan sperma, tetapi rahim si wanita tidak memungkinkan untuk hamil. Sudirmanto menyatakan, hal ini dapat terjadi apabila wanita tersebut memiliki rahim yang kecil atau tidak terbentuk. Mungkin juga karena rahimnya diangkat akibat suatu hal.

3 dari 4 halaman

Jangan Menunda Kehamilan

Sudirmanto juga mengingatkan untuk jangan menunda-nunda kehamilan, terutama bagi orang yang berisiko.

Di era di mana baik pria dan wanita sibuk berkarir dan menempuh pendidikan yang tinggi, tak jarang beberapa pasangan memilih untuk menunda kehamilan.

Namun, Sudirmanto mengingatkan untuk jangan menunda-nunda kehamilan, terutama bagi orang yang berisiko.

"Jang berisiko kalau menunda, semakin ditunda semakin berat peluangnya untuk hamil," tuturnya.

Jika Anda masih muda dan memang masih memiliki prioritas lain, misalnya melanjutkan pendidikan atau mendapatkan kenaikan pangkat, maka konsultasikan dengan dokter.

Namun, jika Anda sudah berusia 35 tahun ke atas, maka jangan ditunda. Faktor lainnya yaitu misalnya Anda memiliki riwayat haid yang tidak teratur atau menderita endometriosis, yaitu penyakit yang terjadi ketika jaringan yang merupakan lapisan permukaan rahim (endometrium) tumbuh di luar rahim.

Kalaupun Anda ingin menunda meski memiliki kondisi di atas, maka konsultasikan terlebih dahulu pada dokter untuk mengetahui apakah kehamilan masih dapat ditunda.

4 dari 4 halaman

Perbandingan Infertilitas Pria dan Wanita

Menurut Sudirmanto, jumlah pria dan wanita yang berisiko infertilitas meningkat. Ini dapat disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat.

Misalnya, merokok. Jumlah remaja perokok saat ini meningkat, ujar Sudirmanto. Selain itu, pola makan juga dapat menjadi faktor pengaruh. Makanan tidak sehat yang tinggi kalori, gula, natrium, dan lemak mudah didapatkan. Hal ini menimbulkan obesitas

"Jumlah pasangan suami istri yang mengalami kesulitan hamil itu mengalami peningkatan."

Menurut Sudirmanto, sebaiknya upaya pencegahan dilakukan jauh-jauh hari sebelum menikah dan memutuskan untuk hamil, bahkan sebelum bertemu jodoh. Dengan demikian, nantinya setelah menikah tidak akan berisiko.

Selanjutnya, Sudirmanto juga mengatakan bahwa perbandingan infertilitas pria dan wanita hampir sama. Hanya saja, infertilitas pada wanita lebih mudah terlihat dibanding pria. Dia juga menerangkan bahwa kesuburan tidak ada hubungannya dengan tampilan fisik.

Misalnya, pria dengan badan kekar berotot belum tentu lebih subur ketimbang pria berbadan kecil.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini