Sukses

Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Payudara, Kemenkes Gratiskan Tes IVA dan Perbanyak USG

Skrining kanker akan dimasukkan ke dalam salah satu kebutuhan dasar kesehatan (KDK) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Liputan6.com, Jakarta Skrining kanker akan dimasukkan ke dalam salah satu kebutuhan dasar kesehatan (KDK) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Hal ini disampaikan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, dr Maxi Rein Rondonuwu dalam konferensi pers daring Peringatan Hari Kanker Sedunia Tahun 2023, Kamis 2 Januari 2023.

Selain itu, lanjutnya, Kemenkes RI memiliki program untuk melakukan deteksi dini atau skrining penyakit tidak menular (PTM) termasuk skrining IVA di komunitas via Puskesmas.

“Itu free (gratis) jadi tidak mengenal via BPJS karena dilakukan secara gratis. Dapat dilakukan di komunitas ya puskesmas, untuk skrining IVA dan risiko PTM seperti gula darah, kolesterol itu dilakukan sampai di tingkat posyandu,” kata Maxi dalam kesempatan tersebut.

IVA sendiri merupakan deteksi yang dilakukan untuk skrining awal gejala-gejala kanker serviks (leher rahim).

“Kemarin itu sasaran PTM lumayan banyak, 36 juta kalau enggak salah. Salah satu di dalamnya adalah skrining untuk IVA. Jadi untuk biaya skrining PTM saya kita saat ini tidak menjadi masalah apalagi yang di komunitas.”

Kemenkes juga melakukan kerja sama dengan kementerian/lembaga untuk melakukan skrining pada karyawan di kantor, termasuk TNI dan Polri.

“Malah bukan hanya TNI Polri tapi sampai dengan keluarganya, itu deteksi dini kanker pada komunitas. Kalau untuk yang datang ke fasilitas kesehatan terutama di rumah sakit, Pak Menteri (Menkes Budi Gunadi) sudah minta itu untuk masuk sebagai salah satu paket dari BPJS,” ujar Maxi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Distribusi USG

Maxi menambahkan, alat skrining seperti USG telah didistribusikan ke puskesmas-puskesmas sejak tahun lalu.

“Memang awalnya untuk dipakai deteksi ibu hamil sekaligus juga untuk melihat bayinya stunting. Tapi setelah berjalan para ahli menyampaikan bahwa USG bisa untuk periksa kanker mammae (payudara).”

Hal tersebut membuat Menkes Budi Gunadi Sadikin meminta Dirjen Kesehatan Masyarakat untuk menambah jumlahnya. Karena selain bisa digunakan ibu hamil untuk memeriksa kandungannya, bisa pula digunakan untuk memeriksa payudara.

“Untuk rumah sakit Pak Menteri akan membuat pemetaan untuk menambah mammografi (alat periksa payudara). Diharapkan di setiap provinsi mempunyai mammografi.”

3 dari 4 halaman

Untuk Kanker Leher Rahim

Sedangkan, untuk kanker leher rahim, Kemenkes sudah memperluas imunisasi human papillomavirus (HPV) di tahun ini.

“Kita harapkan sebelum 2024 sudah wide (luas) ke seluruh Indonesia bukan cuma empat atau enam provinsi tapi seluruh Indonesia,” harap Maxi.

Deteksi kanker leher rahim juga sudah masuk pada teknologi baru yakni dengan periksa HPV DNA. Ini bisa mendeteksi potensi kanker leher rahim lebih awal.

“Sudah dirintis sejak tahun lalu tapi baru dilaksanakan tahun ini di DKI Jakarta.”

4 dari 4 halaman

Imunisasi Siswi SD

Dengan demikian, langkah penanganan kanker di Indonesia oleh Kementerian Kesehatan dimulai dengan penguatan di layanan primer.

“Di layanan primer sudah saya katakan tadi, skrining yang paling besar kita lakukan pada kanker leher rahim dan kanker payudara.”

Khusus kanker rahim ada tindakan pencegahannya di puskesmas yaitu dengan imunisasi HPV pada murid kelas lima dan kelas enam sekolah dasar (SD).

Pada 2024, targetnya seluruh siswi kelas lima dan kelas enam di Indonesia sudah mendapatkan imunisasi HPV.

“Kanker leher rahim yang lebih lanjut akan ditangani di rumah sakit. Apakah dengan obat, kemoterapi, maupun radioterapi.”

“Untuk periksa kanker payudara di rumah sakit diusahakan ada satu mammografi di setiap provinsi untuk memeriksa kanker itu sudah derajat berapa sehingga penanganannya tepat.”

Hal ini tentu harus dibarengi kemampuan rumah sakit. Untuk itu, Kemenkes meminta Rumah Sakit Kanker Dharmais untuk mengampu sebagai rujukan nasional untuk memperkuat RS di provinsi sehingga kemampuannya dalam penanganan kanker jadi merata.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.