Sukses

Muncul di Serial HBO The Last of Us, Jamur Cordyceps Memang Bisa Bikin Makhluk Hidup Jadi Seperti Zombie

Jamur Cordyceps yang muncul dalam serial HBO The Last of Us memang nyata. Sekitar 600 variasinya dapat ditemukan di seluruh dunia, terutama di Asia Tenggara.

Liputan6.com, Jakarta - Serial HBO The Last of Us mencuatkan nama Indonesia serta aktris kawakan Christine Hakim ke dunia internasional. Ibu Kota Indonesia--Jakarta--menjadi latar cerita serial yang dibintangi oleh Bella Ramsey.

Serial The Last of Us mengisahkan tentang pandemi global yang disebabkan oleh satu jenis fungi atau jamur, Cordyceps. Dalam cerita, jamur itu jadi biang kerok perubahan manusia menjadi zombie ketika terinfeksi.

Dalam episode teranyar serial HBO ini, Christine Hakim memerankan seorang peneliti yang merupakan pakar jamur (mikologi) bernama Ratna. Dengan kepakarannya, Ratna membantu pihak berwenang mengidentifikasi sesosok mayat yang ditemukan terinfeksi jamur cordyceps.

Menurut Ratna, tak ada yang bisa dilakukan untuk menahan laju infeksi akibat cordyceps kecuali membumihanguskan kota karena tidak ada obat maupun vaksin. Itulah awal mula pandemi yang mengancam populasi manusia dalam serial The Last of Us.

Serial yang telah memasuki episode kedua ini diadaptasi dari game dengan judul serupa. Baik serial maupun gamenya mengambil inspirasi dari mutasi jamur cordyceps. Meski muncul dalam kisah fiksi, siapa sangka jika jenis jamur itu nyata adanya. 

Mengutip laman Washington Post, jamur cordyceps memiliki sekitar 600 varian dan bisa ditemukan di seluruh dunia, terutama di Asia Tenggara. Dan yang mengejutkan, jenis jamur itu memang menyebabkan gejala serupa zombie pada serangga. Tampaknya inilah yang mengilhami Neil Druckmann dalam meramu kisah The Last of Us

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jamur Cordyceps

Jamur cordyceps telah lama dipelajari oleh komunitas ilmiah dan saat ini dapat ditemukan di sejumlah suplemen kesehatan.

Tidak seperti di game dan serial, cordyceps meski berjuluk jamur zombie tidak akan mengubah manusia menjadi zombie.

Asisten kurator dan peneliti mikologi di New York Botanical Garden, João Araújo mengatakan kepada Forbes bahwa "sangat tidak mungkin" terjadi lompatan seperti infeksi cordyceps dari serangga pada manusia. Hal ini mengingat ada perbedaan besar antara biologi manusia dan serangga.

"Mereka tidak siap untuk menyerang, bertumbuh di dalam dan mengirimkan spora dari tubuh manusia,” kata Araújo. 

Diketahui cordyceps memang telah menjadi parasit serangga selama lebih dari 130 juta tahun. Tapi, jamur itu tidak bisa tumbuh pada mamalia atau hewan non-serangga mana pun.

 

3 dari 4 halaman

Tidak Bisa Menular pada Manusia

Profesor ketahanan pangan di Penn State yang juga Kepala PlantVillage sekaligus ahli jamur zombie David Hughes, mengatakan, tidak terlalu aneh untuk membayangkan jamur zombie menular ke manusia. Ini karena penyakit hewan juga seringkali dapat menular ke mansuia. 

Meski demikian, Hughes yang menjadi salah satu rujukan konsultasi game Last of Us pertama memastikan jamur zombie tak memiliki kekuatan dalam proses tersebut. 

Dalam game dan serial, cordyceps digambarkan menyerang otak tuan rumah. Ini adalah perubahan besar dari apa yang terjadi di alam, di mana jamur zombie benar-benar menghindari otak dan memanipulasi perilaku dengan sinyal kimiawi, kata Hughes. Penemuan ini dibuat baru-baru ini dan setelah game pertama dirilis.

 

 

 

4 dari 4 halaman

Tidak Punya Alat untuk Memanipulasi Otak Manusia

"Codyceps tidak memiliki alat untuk menginfeksi dan memanipulasi otak manusia," jelas ahli jamur parasit sekaligus asisten profesor di Universitas Utrecht, Belanda, Charissa de Bekker.

De Beccker mencatat, kebanyakan jamur zombie menginfeksi serangga yang sangat terbatas. seringkali hanya satu spesies, yang mungkin setelah jutaan tahun berevolusi berdampingan satu sama lain.

Mengutip laman Atlantic, ketika jamur menginfeksi semut tukang kayu, ia tumbuh melalui tubuh serangga, menguras nutrisi dan membajak pikirannya. Selama seminggu, ia memaksa semut untuk meninggalkan sarangnya yang aman dan naik ke batang tanaman terdekat. Ini menghentikan semut pada ketinggian 25 sentimeter — zona dengan suhu dan kelembapan yang tepat untuk pertumbuhan jamur.

Ini memaksa semut untuk secara permanen mengunci rahangnya di sekitar daun. Akhirnya, ia mengirimkan tangkai panjang melalui kepala semut, tumbuh menjadi kapsul bulat penuh spora. Dan karena semut biasanya memanjat daun yang menutupi jalur pencarian makan koloninya, spora jamur menghujani saudara-saudaranya di bawah, membuat mereka menjadi zombie secara bergantian.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini