Sukses

Kurang Minum Air Putih Bisa Bikin Nyeri Pinggang, Masa Sih?

Kurang minum air putih ternyata tidak memiliki korelasi yang besar dan langsung terhadap nyeri pinggang.

Liputan6.com, Jakarta Anda mungkin salah satu yang pernah mendengar bahwa kurang minum air putih bisa menyebabkan nyeri pinggang atau sakit punggung. Hal tersebut dikaitkan dengan dehidrasi yang terjadi pada tubuh.

Namun benarkah kurang minum air putih dapat secara langsung memiliki korelasi dengan nyeri pinggang? Dokter spesialis ortopedi & traumatologi konsultan tulang belakang RS EMC Tangerang, Harmantya Mahadhipta angkat bicara terkait hal ini. 

"Itu sering sekali saya dengar dari pasien bahwa mereka berasumsi nyeri pinggang itu karena kurang minum air putih. Padahal banyak sekali penyebab nyeri pinggang," ujar Harman dalam Healthy Monday Liputan6.com dan EMC Healthcare bertema Serba Serbi Masalah Tulang Belakang ditulis Selasa, (26/7/2022).

Menurut Harman, bila melihat pada data, faktor penyebab nyeri pinggang yang paling utama adalah masalah otot. Sekitar 70-75 persen biasanya disebabkan oleh persoalan otot yang terjadi pada pasien.

"Nah kalau problem utamanya otot itu tidak ada hubungannya dengan kurang minum air putih. Kalaupun kita mau memaksakan hubungan kurang minum air putih dengan nyeri pinggang, berarti kita bicara masalah seputar ginjal atau batu ginjal," kata Harman.

"Dari sekian banyak penyebab nyeri pinggang, problem di internal organ seperti ginjal itu hanya menyumbang sekitar dua persen saja. Jadi sebenarnya sedikit sekali," tambahnya.

Terlebih jika sudah nyeri pinggang dalam waktu yang lama, pengobatannya pun tak bisa hanya sekadar menggunakan koyo atau krim pereda nyeri. Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan secara medis untuk mengobatinya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Obati Nyeri Pinggang dengan Tepat

Harman mengungkapkan bahwa bila dihadapkan dengan persoalan nyeri pinggang atau lebih lanjutnya menjadi saraf terjepit, hal pertama yang dapat dilakukan adalah terapi konservatif.

"Artinya jangan langsung menuju ke arah operasi. Kita harus kasih kesempatan terapi konservatif yang meliputi obat, fisioterapi, akupuntur, exercise. Itu kita kasih waktu delapan sampai 12 minggu. Jadi kurang lebih dua sampai tiga bulan," ujar Harman.

Terapi konservatif dapat ditempuh oleh pasien bila memang tidak berada dalam kondisi darurat yang berkaitan dengan nyeri pinggang seperti saraf terjepit.

Harman menjelaskan, satu-satunya kondisi darurat yang biasanya ada pada saraf kejepit sendiri adalah cauda equina syndrome, yang mana bila tidak ditangani secara cepat dapat mengganggu kualitas hidup pasien.

"Cauda equina syndrome, jadi karena jepitannya sudah sedemikian besar, pasien itu selain nyeri atau lemah, juga mengalami gangguan otonom yaitu gangguan buang air kecil dan air besar," kata Harman.

"Jadi bayangkan pasien itu ngompol atau buang air besarnya loss. Emergensinya itu bukan karena mengancam nyawa, tapi kalau misalnya kita biarkan tidak di treat secara cepat, dia akan bersifat permanen," tambahnya.

3 dari 4 halaman

Nyeri Pinggang Akibat Salah Pilih Kasur

Penyebab lainnya dari nyeri atau sakit pinggang juga dikaitkan dengan penggunaan kasur yang kurang tepat. Pasalnya, kasur yang terlalu empuk ternyata tidaklah baik untuk pinggang lho.

Dokter spesialis ortopedi & traumatologi konsultan tulang belakang RS EMC Sentul, I Made Buddy Setiawan, M.Biomed mengungkapkan bahwa jika hendak memilih kasur, terdapat beberapa kriteria yang paling baik terutama untuk mencegah sakit punggung.

"Kalau misalnya kita mau menggunakan alas tidur yang terbaik adalah yang rigid (kaku), yang keras. Datar, enggak meliuk-meliuk, dan nyaman. Jadi anatomi punggung kita akan terjaga dengan baik," ujar Buddy.

"Jadi kalau misalnya dia terlalu empuk, tenggelam kita. Nah pada saat tidur mungkin kita itu sadar, tapi punggung kita berada pada posisi yang tidak anatomi. Sehingga bangun tidur bukannya segar, malah tambah sakit," Buddy menjelaskan.

Selain itu, posisi tidur ternyata juga ikut berpengaruh. Sehingga menurut Buddy, ketika tidur sebaiknya badan berada pada posisi terlentang, bukan tengkurap.

4 dari 4 halaman

Posisi Duduk untuk Cegah Sakit Pinggang

Tak berhenti di sana, sakit pinggang juga dapat dipicu oleh posisi yang tidak benar saat mengendarai mobil. Terutama bila Anda mengendarainya dalam waktu yang lama.  

Dokter spesialis ortopedi & traumatologi konsultan tulang belakang RS EMC Alam Sutera, Jephtah Furano Lumban Tobing, MD, B.Med.Sci(Hons) mengungkapkan bahwa penting untuk memiliki posisi duduk yang ergonomis.

"Menurut saya yang lebih penting adalah posisi duduknya itu harus ergonomis, itu dulu yang mesti kita pahami bahwa dalam posisi tulang punggung bawah, dia harus ada seperti huruf C, seperti kurva," kata Jephtah.

Terutama bila Anda hendak menyetir dalam waktu yang lama, maka posisi duduk harus ergonomis. Hal tersebut dianggap dapat mencegah sakit punggung.

"Kalau menyetir dalam waktu lama, tentunya posisi duduknya jadi lebih lama. Jadi kalau posisi duduk tidak ergonomis, tentunya akan lebih rentan menyebabkan masalah pada tulang punggung, biasanya punggung bawah," ujar Jephtah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.