Sukses

Tidak Instan, Menumbuhkan Inisiatif Anak Bisa Dilatih Sejak Usia 3

Rasa inisiatif pada anak tidak muncul secara instan, melainkan bisa dilihat dan dilatih sejak usia tiga tahun.

Liputan6.com, Jakarta Inisiatif menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Namun tidak semua individu benar-benar memilikinya bahkan ketika telah beranjak dewasa.

Beberapa anak nampak begitu apatis dan tak kunjung menunjukkan rasa inisiatifnya pada berbagai hal. Lalu, bagaimana sebenarnya cara untuk menumbuhkan dan membuat anak menjadi pribadi yang memiliki inisiatif?

Ternyata, inisiatif bukanlah sesuatu yang bisa muncul tiba-tiba lho. Psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani yang akrab disapa Nina mengungkapkan bahwa seorang anak memiliki tahap tumbuh kembang yang alami.

Tahap-tahapan tersebut pun tidaklah instan dan merupakan proses kehidupan seseorang sejak kecil. Aspek inisiatif sendiri bisa dimulai pada usia tiga tahun.

"Ada tahap-tahap tumbuh kembang tertentu yang dialami oleh anak. Nah, sebetulnya tahap perkembangan inisiatif itu ada di usia sekitar tiga sampai enam tahun," ujar Nina melalui sambungan telepon pada Health Liputan6.com ditulis Selasa, (10/5/2022).

Nina pun membahas teori Initiative vs Guilt (inisiatif vs rasa bersalah) yang dikemukakan oleh Erik Erikson terkait tahap perkembangan psikososial anak.

"Artinya kalau anak ini berhasil memenuhi tugas perkembangannya dalam usia tersebut, dia cukup bisa nyaman di dalam usianya tersebut melakukan berbagai hal yang merupakan hal yang perlu dia lakukan pada usia tersebut, maka sebenarnya perkembangan inisiatifnya berjalan dengan baik," kata Nina.

"Tapi kalau misalnya ada banyak hambatan dalam melakukan apa yang perlu dia lakukan pada usia ini (tiga sampai enam tahun), maka yang justru berkembang adalah rasa bersalahnya, dan ketika rasa bersalah itu muncul maka perkembangan inisiatifnya justru terhambat," tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Berikan Kesempatan untuk Eksplorasi

Lebih lanjut Nina menjelaskan, lewat fase usia tiga dan enam tahun tersebut, anak secara alami akan memiliki perkembangan inisiatif.

"Jadi tanpa kita apa-apain pun sebenarnya kita bisa membuat anak ini berinisiatif. Tapi memang ada hal-hal yang bisa kita lakukan untuk membuat anak ini semakin berinisiatif atau sebaliknya, menjadi sangat tidak berinisiatif," ujar Nina.

Menurut Nina, untuk menjadikan seorang anak sebagai individu yang memiliki inisiatif, anak harus memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungannya.

"Jadi kalau dia enggak punya kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungannya, dia akan merasa lingkungannya itu-itu saja. Akhirnya justru tidak muncul ide-ide berbeda," kata Nina.

"Sementara kalau inisiatif kita butuh banyak ide. Jadi untuk bisa berinisiatif, anak tuh perlu dulu sebelumnya punya kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya," Nina menuturkan.

Tak hanya itu, dalam tahapan eksplorasi, anak juga perlu untuk merasa nyaman dan aman. Dengan begitu, seorang anak dianggap dapat merasa yakin dengan diri sendirinya untuk dapat mengeksplorasi lingkungan.

"Kalau dia bisa mendapatkan ini, kesempatan mengeksplorasi, dan rasa nyaman ketika mengeksplorasi tersebut. Maka secara natural inisiatifnya akan terbentuk," ujar Nina.

3 dari 4 halaman

Ciptakan Ruang Aman

Berkaitan dengan eksplorasi, Nina pun membahas soal tempat eksplorasi yang aman bagi anak. Dalam poin satu ini, orangtua bisa menciptakan lingkungan rumah atau luar rumah untuk eksplorasi yang ramah anak.

Rumah yang ramah anak dapat diciptakan lewat berbagai upaya. Seperti tidak ada meja yang memiliki ujung runcing, tidak ada steker listrik atau kabel yang dapat dengan mudah terjangkau anak.

"Itu membuat anak merasa bisa bereksplorasi. Dia merasa dia bebas, dia nyaman, dia aman gitu. Kalau dia mau mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya, maka kita bisa mendampingi anak supaya janganlah dia celaka dalam proses eksplorasi tersebut," kata Nina.

Saat mendampingi anak untuk eksplorasi, Nina mengungkapkan bahwa sebaiknya orangtua juga tidak terlalu nempel atau terus-menerus ada dalam jarak yang terlalu dekat.

"Jangan sampai jaraknya mepet banget, pegangan terus. Itu justru memberikan pesan bahwa lingkungan itu tidak aman sehingga dia harus dipegangi. Tapi pada area-area yang memang cukup aman --- anak itu perlu dibiarkan bebas," ujar Nina.

4 dari 4 halaman

Jangan Lupa Berikan Apresiasi

Langkah selanjutnya ketika hal-hal di atas sudah dilakukan, penting pula untuk memberikan apresiasi atau dukungan pada anak untuk melakukan sesuatu.

"Ketika anak memunculkan ide-ide tertentu yang berbeda atau ada inisiatif tertentu, itu yang harus kita dorong. Memberikan pujian, wah, mama senang nih kamu punya ide seperti ini, bagus banget, gitu. Anak akan merasa kalau dia punya ide baru, dihargai oleh orangtuanya," kata Nina.

Nina menambahkan, orangtua juga bisa membantu untuk mewujudkan ide-ide yang diberikan oleh anak. Dalam hal satu ini, anak juga bisa merasa percaya diri karena merasa idenya didengar.

Dengan begitu, anak pun terdorong untuk memiliki ide-ide lainnya dan aspek inisiatif dalam diri anak dapat lebih mudah untuk muncul.

Selanjutnya Nina juga mengungkapkan bahwa memberikan contoh menjadi salah satu upaya yang baik pula untuk menumbuhkan inisiatif anak. Namun janganlah lupa untuk mengomunikasikan itu secara verbal dengan baik.

"Baik sekali kalau kita bisa memberikan contoh dan contoh itu akan jauh lebih baik ketika didiskusikan, diobrolin, disampaikan secara verbal, jadi anak benar-benar ngeh ada contoh perilaku tersebut. Sehingga dia lebih mudah mencontoh," ujar Nina.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.