Sukses

Epidemiolog Ungkap Definisi Super Immunity agar Masyarakat Tak Salah Kaprah

Apa sebenarnya super immunity?

Liputan6.com, Jakarta Belum lama ini beberapa pakar menanggapi soal super immunity atau imunitas super, salah satunya epidemiolog Dicky Budiman.

Menurutnya, definisi imunitas super adalah adanya imunitas yang kuat terhadap banyak varian yang berkembang saat ini.

“Kurang lebih 23 varian yang terdeteksi itu bisa di-handle oleh sistem pertahanan tubuh, bahkan disebut juga kuat terhadap potensi varian baru,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara ditulis Jumat (14/1/2022).

Imunitas super timbul pada orang yang telah menerima vaksinasi lengkap dua dosis kemudian mengalami infeksi COVID-19. Jadi, terinfeksi dengan gejala ringan tapi mendapat manfaat peningkatan imunitas 1000 persen.

“Disebut super itu bukan hanya karena peningkatan imunitas yang tajam tapi juga bisa kebal terhadap berbagai macam varian berikutnya walau masih harus dibuktikan.”

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kesalahpahaman

Perlu disadari, bahwa kunci terbentuknya imunitas super adalah vaksinasi bukan infeksi, lanjut Dicky.

Ia mengimbau masyarakat agar tidak beranggapan bahwa untuk mencapai imunitas super maka harus terinfeksi COVID-19 terlebih dahulu.

“Jadi jangan sampai terdistraksi dengan infeksi atau menginfeksi diri sendiri, itu konyol dan salah, bisa fatal dan ini yang harus diluruskan. Kata kuncinya vaksinasi lengkap dulu yang harus dikejar, harus dipahami agar tidak ada anggapan harus terinfeksi Omicron biar super imunitas.”

“Karena hanya orang yang sudah vaksinasi lengkap dan kemudian terinfeksi yang bisa mendapat manfaat super imuniti itu.”

3 dari 4 halaman

Bukan Game Changer

Walau memiliki manfaat kuat untuk menghadang infeksi COVID-19, imunitas super memiliki durasi tersendiri seperti imunitas pada umumnya.

“Saya harus ingatkan, sejauh ini yang Namanya proteksi atau durasi imunitas itu tidak ada yang terbukti lebih dari satu tahun.”

“Rata-rata yang disebut proteksi itu hanya 7 bulan sehingga kita belum bisa melihat bahwa ini sebagai potensi game changer. Jadi, tetap kita harus berupaya menerapkan protokol kesehatan, vaksinasi, dan pencegahan infeksi lainnya.”

Pasalnya, bicara COVID-19 bukan bicara jangka pendek, masih ada long COVID dampak jangka panjang lainnya, tutup Dicky.

 

4 dari 4 halaman

Infografis 4 Cara Tampil Menawan Saat Foto Pakai Masker Cegah COVID-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.