Sukses

Waspada, Congek Ternyata Bisa Berisiko Tinggi Bagi Kesehatan Telinga

Keluarnya cairan berbau dari telinga alias congek tak boleh diremehkan karena bisa timbulkan masalah kesehatan.

Liputan6.com, Jakarta Merawat kebersihan dan kesehatan telinga sangat penting dilakukan secara rutin untuk mencegah berbagai masalah seperti congek, telinga infeksi, berdenging hingga gangguan pendengaran. Dari masalah yang ada, sekarang kita fokus dahulu pada congek.

Congek, atau bahasa medisnya disebut dengan otitis media supuratif kronis (OMSK), adalah peradangan kronis pada telinga bagian tengah yang disertai dengan pecahnya (perforasi) gendang telinga. Penderitanya akan mengalami keluarnya cairan berbau dari telinga secara terus-menerus atau hilang timbul.

Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka kejadian OMSK di dunia cukup banyak terjadi. Sebanyak 65-330 juta orang mengalami kondisi dan 39-200 juta di antaranya menderita komplikasi gangguan pendengaran.

Penyebab congek

Dikutip dari klikdokter, penyebab terjadinya congekan bermula dari seringnya seseorang mengalami peradangan berulang pada telinga bagian tengah. Biasanya, peradangan ini berasal dari infeksi hidung dan tenggorokan yang berulang maupun adanya riwayat alergi (rinitis).

Peradangan yang berulang akan menimbulkan masalah di sekitar telinga tengah, dan yang rentan mengalami masalah adalah gendang telinga. Gendang telinga dapat robek atau pecah. Padahal gendang telinga adalah selaput tipis dan berfungsi menyalurkan suara ke tulang-tulang pendengaran.

Pecahnya gendang telinga memiliki derajat keparahan masing-masing. Ada yang hanya berupa titik kecil, ada pula yang berlubang. Akibat pecahnya gendang telinga ini, maka akan muncul keluhan seperti keluar cairan putih kekuningan, cairan bercampur darah yang disertai bau tidak sedap, dan gangguan pendengaran.

Kondisi congek yang sudah terlalu parah, atau tidak melakukan pengobatan dengan benar, maka ada beberapa bahaya yang mengintai.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bahaya Congek

Gangguan pendengaran

Akibat infeksi di sekitar telinga, komplikasi gangguan pendengaran berupa ketulian bisa terjadi kapan saja. Komplikasi ini terjadi akibat rusaknya tulang-tulang pendengaran.

Selain menimbulkan gangguan pendengaran, tak jarang pula ditemukan keluhan gangguan keseimbangan, mengingat kemampuan ini juga berada di dalam telinga.

Meningitis

Meningitis merupakan komplikasi tersering pada sistem saraf pusat yang sering terjadi khususnya pada anak-anak. Infeksi pada telinga yang tidak ditangani dengan benar dapat menjadi pintu masuk utama kuman untuk masuk ke dalam sistem saraf pusat.

Sama seperti gejala meningitis pada umumnya, meningitis akibat congekan memunculkan gejala seperti demam tinggi, kejang, muntah menyembur, hingga penurunan kesadaran.

Abses otak

Terbentuknya abses otak (sekumpulan nanah yang bersarang di otak) adalah komplikasi paling menakutkan dari congekan. Abses ini mengakibatkan otak mengalami pembengkakan. Keluhan yang dirasakan meliputi sakit kepala hebat, kejang, penurunan kesadaran, kesulitan bergerak, hingga bisa berujung pada hilang nyawa.

Apabila suatu hari Anda mendapati adanya cairan keluar dari telinga di bantal, jangan menunda untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis THT. Semakin cepat tertangani, keluhan bisa teratasi dan terhindar dari komplikasi.

 

3 dari 3 halaman

Bagaimana cara menyembuhkan congek?

Obat antibiotik tetes

Dokter biasanya akan memberikan obat antibiotik tetes ke dalam telinga yang terkena congek sebanyak dua kali sehari selama 14 hari atau hingga sembuh.

Pembersihan telinga bagian tengah

Bila ada serpihan jaringan yang menutupi telinga bagian tengah, dokter menggunakan alat khusus agar serpihan tersebut tidak menghalangi pemberian obat antibiotik tetes.

Operasi

Operasi telinga menjadi pilihan terakhir bila terjadi robekan gendang telinga cukup parah atau terdapat tumor pada telinga bagian tengah. Keberhasilan penanganan congek relatif baik. Namun, potensi kambuh tentu tetap ada sehingga sangat disarankan untuk rutin konsultasi ke dokter.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini