Sukses

Lakukan Edukasi hingga Sempat Terinfeksi: Cerita Dokter RA Adaninggar Hadapi Pandemi COVID-19

Sepenggal cerita Dokter RA Adaninggar memulai edukasi COVID-19 di media sosial yang bermula dari grup WA keluarga dan berjuang saat dirinya terpapar Virus Corona.

Liputan6.com, Jakarta - Tidak ada hal buruk yang berarti bagi RA Adaninggar Primadia Nariswari selama mengabdikan dirinya sebagai seorang dokter spesialis penyakit dalam, hingga pandemi COVID-19 melanda Indonesia, dan dia menjadi salah satu tenaga kesehatan yang terinfeksi Virus Corona.

Perempuan yang akrab disapa Ning ini memang sedari kecil sudah memiliki keinginan untuk menjadi seorang dokter. Apalagi sang ayah juga merupakan seorang dokter gigi.

"Dari awal tidak pernah ada rencana untuk memilih jalur yang lain," kata Ning saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Senin (25/1/2021).

Selama menempuh pendidikan hingga akhirnya berkarier sebagai dokter spesialis penyakit dalam, wanita kelahiran Surabaya 36 tahun yang lalu ini mengatakan bahwa dirinya sangat menikmati pekerjaanya tersebut.

"Saya enjoy karena memang saya suka. Jadi dari awal saya suka, tidak ada paksaan," katanya.

"Saya juga suka mengedukasi orang, berinteraksi dengan pasien," Ning menambahkan.

Namun, pandemi COVID-19 menurutnya adalah salah satu pengalaman terberatnya selama menjadi seorang dokter. "Kalau dibilang duka itu juga bukan, tapi mungkin jadi risiko. Jadi, saya harus berhadapan langsung dengan kondisi pandemi.".

Ibu tiga anak ini mengatakan bahwa sejak COVID-19 ada di Tanah Air, dia sudah berjibaku dengan para pasien yang terinfeksi Virus Corona. Kondisi ini membuat was-was bahwa dirinya akan menularkan penyakit ke orang lain di rumahnya dan sekitarnya.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Pandemi Ciptakan Motivasi untuk Edukasi

Di sisi lain, pandemi COVID-19 membuat lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) ini menjadi lebih aktif dalam melakukan edukasi lewat media sosialnya seperti Instagram.

"Saya dulu tidak terlalu aktif di media sosial, saya bukan orang yang suka membuka kehidupan pribadi. Hanya kemarin waktu pandemi, ada panggilan jiwa. Karena awal-awal itu yang bikin saya termotivasi menjadi edukator sebenarnya dari grup WA keluarga," kata Ning.

Dia, menceritakan, awalnya hanya sekadar mengklarifikasi dan meng-counter hoaks-hoaks yang beredar di grup WhatsApp keluarga yang semakin menjadi-jadi.

"Jadi baca jurnal, lalu saya rangkum, seperti ini lho update-nya seperti ini. Awalnya simple-simple banget," kata dokter yang juga aktif di Pandemic Talks ini.

 
 
 
View this post on Instagram

A post shared by RA Adaninggar,dr,SpPD (@ningzsppd)

Apa yang dia lakukan mendapatkan respons positif. Beberapa pengikutnya di Instagram juga kerap bertanya melalui pesan langsung mengenai hoaks yang beredar.

"Meluasnya mungkin karena tulisan saya banyak di-share orang, akhirnya jadi meluas," kata pemilik akun Instagram @ningzsppd ini menambahkan. Hingga artikel ini dibuat, pengikut (followers) Instagram Ning sudah mencapai sekitar 48,7 ribu.

3 dari 6 halaman

Ning Sempat Kena COVID-19, Tertular dari Pembantu

Ning sempat rehat dari berbagai edukasi di media sosialnya beberapa waktu yang lalu, saat dirinya terpaksa menjalani perawatan karena terinfeksi COVID-19.

"Saya sempat sakit gejalanya cukup lumayan, itu sekitar bulan Juli 2020. Kebetulan sekeluarga, tetapi yang gejalanya lumayan di rumah itu cuma saya dan salah satu pembantu saya," kata Ning.

Dokter yang berpraktik di RS Adi Husada Undaan dan RS Brawijaya, Surabaya ini menceritakan bahwa dirinya tidak tertular dari tempatnya bekerja, tapi dari pembantunya.

"Karena di rumah sakit waktu saya positif, setelah di-tracing, teman-teman saya negatif semua," katanya.

"Karena kalau di rumah sakit kita lebih aware, memakai APD, saya juga tidak pernah makan di rumah sakit," Ning melanjutkan.

Ning pun mengakui bahwa dirinya memang kurang memberikan edukasi kepada pembantunya untuk menjaga protokol kesehatan usai beraktivitas keluar rumah.

Sekitar sebulan, Ning rehat dari berbagai kegiatan baik di rumah sakit serta edukasi,"Karena sempat ada trauma yang cukup besar. Biasanya saya setiap hari bikin konten, terus langsung seperti hilang semangat. Saya libur satu bulan karena gejala saya juga lumayan."

 

4 dari 6 halaman

Sempat Trauma

Usai dinyatakan sembuh dan harus kembali ke rumah sakit pun, perasaan trauma masih membekas. Ia masih merasa dadanya berdebar kencang saat harus memasuki tempatnya bekerja.

"Walaupun sudah di dalam tidak apa-apa, tetapi melihat ruang isolasi itu seperti melihat ngeri. Ada lah trauma seperti itu, saya sampai konsultasi ke teman-teman yang psikiater, Alhamdulillah tidak sampai minum obat dan lain-lain," katanya.

Ketika menjalani perawatan karena COVID-19, Ning mengatakan bahwa sepekan pertama, dia hanya mengalami gejala seperti kehilangan indra perasa, nyeri, dan merasa. Mulai memasuki pekan kedua, dia mengalami batuk-batuk hebat dan demam selama empat hari.

Ning sempat berjaga-jaga apabila saturasi oksigennya menurun, dia akan ditempatkan di rumah sakit tempatnya bekerja.

Namun, pemantauan kesehatannya menunjukkan bahwa dia memungkinkan untuk dirawat di rumah. Selain itu, sang suami yang juga dokter pun ikut membantu perawatannya.

"Gejalanya benar-benar hilang setelah hari ke-20," ujarnya.

 

5 dari 6 halaman

Kembali ke Edukasi

"Energi saya akan saya pakai orang-orang yang benar-benar mencari tahu, jadi bagi orang yang tidak tahu dan dia mencari tahu. Bukan orang-orang yang sudah punya mindset, kepercayaan tertentu lalu kita harus melawan atau memaksa dia pindah ke keyakinan kita, itu bukan target saya."

Usai dinyatakan sembuh, Ning akhirnya kembali melakukan edukasi di media sosialnya. Dia tidak menampik ada banyak orang-orang yang hingga saat ini masih menyangkal adanya COVID-19. Namun, dia mengatakan lebih berfokus pada mereka yang benar-benar ingin belajar saja.

"Energi saya akan saya pakai orang-orang yang benar-benar mencari tahu, jadi bagi orang yang tidak tahu dan dia mencari tahu. Bukan orang-orang yang sudah punya mindset, kepercayaan tertentu lalu kita harus melawan atau memaksa dia pindah ke keyakinan kita, itu bukan target saya," ujarnya.

Di tengah maraknya informasi yang tidak benar, Ning mengatakan bahwa kehadiran para edukator sesungguhnya memberikan informasi yang berimbang, khususnya bagi mereka yang masih berada di 'tengah-tengah' agar tidak terjerumus dalam hoaks.

"Terserah mau percaya yang mana, tetapi kita memberikan informasi berdasarkan scientific, ilmiah, yang karena kami memang dokter, ilmuwan, kita harus jujur. Kejujuran kita seperti ini, entah itu menyakitkan atau tidak, terserah kamu mau percaya yang mana," katanya.

Saat ditanya apakah dia akan terus mengedukasi melalui media sosial apabila pandemi usai, Ning mengatakan bahwa dengan banyaknya followers hal itu sudah menjadi tanggung jawabnya dalam memberikan edukasi pada masyarakat.

"Jadi kalau sudah banyak orang yang mempercayakan pada saya, harusnya akan saya lanjutkan. Karena saya juga dokter bisa memberikan edukasi di bidang kesehatan juga selain COVID-19," Ning menambahkan.

6 dari 6 halaman

Infografis 4 Hal Positif untuk Kesembuhan Pasien Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.