Sukses

Hasil Studi Sementara, Vaksin COVID-19 Pfizer Disebut Efektif hingga 90 Persen

Hasil studi sementara yang dilakukan oleh Pfizer, vaksin COVID-19 yang mereka kembangkan disebut punya potensi efektivitas mencapai 90 persen

Liputan6.com, Jakarta Vaksin COVID-19 buatan Pfizer diklaim memiliki potensi efektif hingga mencapai 90 persen. Pihak perusahaan menyatakan hal tersebut berdasarkan hasil studi sementara atau interim yang mereka lakukan.

Meski penelitian belum selesai, hal ini dinilai membawa optimisme pada dunia yang masih membutuhkan cara untuk mengendalikan pandemi COVID-19.

"Kami berada dalam posisi yang berpotensi untuk menawarkan harapan," kata Dr. Bill Gruber, Senior Vice President of Clinical Development Pfizer, seperti dikutip dari AP News pada Selasa (10/11/2020).

"Hari ini adalah hari yang luar biasa bagi sains dan kemanusiaan. Rangkaian bagian pertama dari uji coba vaksin COVID-19 fase 3 kami memberikan bukti awal kemampuan vaksin kami untuk mencegah COVID-19," kata Dr. Albert Bourla, chairman dan chief executive Pfizer seperti dikutip dari The Guardian.

Bourla mengatakan, mereka telah mencapai tonggak penting dalam program pengembangan vaksin di saat dunia sangat membutuhkannya dengan tingkat infeksi yang mencapai rekor baru, rumah sakit yang hampir kelebihan kapasitas, dan ekonomi berjuang untuk bangkit kembali.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dalam Proses Pengajuan Izin Penggunaan Darurat FDA

Vaksin COVID-19 yang dikembangkan Pfizer bersama mitra mereka dari Jerman, BioNTech, nantinya akan dimintai persetujuan penggunaan darurat dari Food and Drug Administration (FDA), setelah informasi mengenai keamanan didapatkan.

Meski semua berjalan dengan lancar, otoritas telah menekankan bahwa belum tentu vaksin akan hadir sebelum akhir tahun, selain itu, persediaan awal yang terbatas kemungkinan akan dijatah.

Dr. Anthony Fauci, pakar penyakit menular di pemerintahan Amerika Serikat (AS) menyambut baik temuan itu. "Tidak banyak orang yang berekspektasi setinggi itu," ujarnya. "Ini akan berdampak besar pada semua yang kita lakukan terkait dengan COVID."

Dilaporkan Associated Press, vaksin Pfizer termasuk di antara empat kandidat vaksin COVID-19 yang tengah melakukan studi besar di AS, dengan lebih banyak lagi yang diuji di negara lain. Perusahaan AS lainnya, Moderna, juga berharap dapat mengajukan permohonan ke FDA akhir bulan ini.

Walau begitu, pengumuman yang disampaikan Pfizer pada Senin pekan ini bukan berarti vaksin akan hadir dalam waktu dekat.

Berdasarkan analisis sementara dari pemantau data independen, terdapat 94 infeksi yang tercatat sejauh ini dalam sebuah studi yang dilakukan pada 44 ribu orang.

Beberapa peserta mendapat vaksin, sementara yang lain mendapatkan plasebo. Pfizer tidak merilis rinciannya, namun mereka mengatakan, pada vaksin yang 90 persen efektif, hampir semua infeksi terjadi pada penerima plasebo.

Selain itu, studi masih terus berlanjut dan mereka mengatakan, mungkin ada perubahan dalam tingkat perlindungan karena lebih banyaknya kasus COVID-19 yang dimasukkan dalam perhitungan.

 

3 dari 4 halaman

Bukan Berarti Bisa Dirilis Dalam Waktu Dekat

 

Sejauh ini, dilaporkan tidak ada masalah seputar keamanan vaksin buatan Pfizer ini. Mereka menyebut bahwa tidak ada efek samping yang serius pada sukarelawan.

Terkait pengumuman yang datang setelah pengumunan Pemilihan Presiden AS, Pfizer menegaskan bahwa mereka tidak terlibat dalam program Operation Warp Speed yang dilakukan pemerintahan Donald Trump, untuk membantu pengembangan vaksin.

"Kami tidak pernah menjadi bagian dari Warp Speed," kata Kathrin Jansen, Senior Vice President dan Head of Vaccine Research and Development Pfizer. "Kami tidak pernah mengambil uang dari pemerintah AS atau dari siapa pun."

Pfizer mengatakan, satu-satunya keterlibatan dalam Operation Warp Speed adalah terkait rencana pemerintah dalam mempersiapkan 300 juta dosis vaksin COVID-19 pada tahun depan.

Meski begitu, belum diketahui dengan benar seberapa jauh level perlindungan yang diberikan hingga seseorang mendapatkan vaksinasi secara reguler. Selain itu, dalam studi ini, sukarelawan hanya dites untuk COVID-19 apabila bergejala.

Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah orang yang divaksinasi bisa terinfeksi namun tidak menimbulkan gejala, serta masih bisa menimbulkan virusnya.

4 dari 4 halaman

Infografis Yuk Kenali Cara Kerja Vaksin Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.