Sukses

Kenali Gejala Sindrom Biskuit Susu Serta Dampaknya pada Anak

Disebut juga sebagai penyakit susu dan kue, sindrom ini tidak terlalu dikenal dan dianggap serius, karena gejalanya beresonansi dengan infeksi ringan.

Liputan6.com, Jakarta Milk Biscuit syndrome atau sindrom biskuit susu sering ditemukan pada anak-anak dalam masa pertumbuhan. Disebut juga sebagai penyakit susu dan kue, sindrom ini tidak terlalu dikenal dan dianggap serius, karena gejalanya beresonansi dengan infeksi ringan. Batuk, pilek, sakit tenggorokan, kelelahan dan sembelit adalah beberapa gejala yang paling menonjol dari sindrom ini.

Seperti dilansir dari TimesofIndia, penyakit susu dan kue paling sering terjadi pada anak-anak yang mengonsumsi gula berlebih dan lemak olahan. Pola makan yang tidak sehat, terutama saat larut malam bisa memicu sindrom tersebut. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh susu dan biskuit, karena ada beberapa jenis makanan lain yang turut berperan. Minuman ringan, soda, jus kemasan, susu, yogurt beraroma, es krim, cokelat, dan makanan ringan yang mengandung gula adalah penyebab utamanya.

Penyebab sindrom biskuit susu biasanya disebabkan oleh makanan yang merupakan produk susu atau memiliki tingkat pengawet dan gula yang tinggi. Ketika makanan seperti itu dikonsumsi tepat sebelum tidur, itu bisa menimbulkan masalah. Saat anak tidur, kandungan asam yang disebabkan oleh produk makanan ini di perut mengalir kembali dari kerongkongan dan terkadang bahkan sampai ke tenggorokan.

Anak-anak tidak menghadapi masalah mulas sebagaimana yang dialami orang dewasa yang lebih tua, itulah sebabnya mereka lebih sering mengalami pilek, dada sesak, batuk atau sakit tenggorokan karena sindrom biskuit susu. Jika anak Anda sering mengeluh tentang masalah seperti itu dan tanpa alasan yang jelas maka ini mungkin menjadi salah satu penyebabnya.

Dokter anak spesialis THT, Julie Wei, M.D mengatakan, kebiasaan setiap keluarga untuk memberikan susu pada anak sebelum tidur nyatanya akan memperburuk pencernaannya.

"Minum susu sebelum tidur hanya akan menyebabkan susu mengental dan membentuk gumpalan seperti yogurt, dan dapat mengalir kembali ke tenggorokan anak. Namun minum susu dengan camilan manis adalah rutinitas malam dan waktu tidur sangat umum bagi anak-anak Amerika," katanya, seperti dikutip EverydayHealth.

Selain itu, kata Julie, minum susu sebelum tidur juga menyebabkan asupan gula yang berlebihan menyebabkan obesitas, diikuti oleh tekanan darah tinggi, bahkan risiko diabetes.

 

 

Simak Juga Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Cara pencegahan

Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini adalah dengan mengurangi konsumsi produk olahan susu dan makanan bergula tepat sebelum tidur. Ini akan mencegah refluks asam yang dapat menyebabkan sindrom biskuit susu.

Anda mungkin terbiasa memberi anak Anda segelas susu sebelum tidur tetapi pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter anak jika anak Anda sering mengeluh batuk, mampet, radang tenggorokan atau sembelit. Meskipun susu adalah gudang nutrisi, konsumsinya harus dialihkan dengan mudah pada siang hari untuk mencegah penyakit ini.

"Banyak anak yang saya temui makan dan minum antara 150 hingga 200 gram gula tambahan sehari, dan itu hanya menghitung jus dan susu perasa. Padahal sistem pencernaan manusia tidak pernah dimaksudkan untuk memproses begitu banyak gula," ungkap Julie. 

Julie mengatakan, kebanyakan anak-anak cenderung lebih suka makan ketimbang minum. Untuk itu, ia memberikan saran untuk mengajak anak Anda ke toko bahan makanan dan lihat label makanan bersama-sama untuk memilih item yang lebih rendah gula bila memungkinkan. "Masak di rumah. Makan dengan baik. Dan tolong, minumlah air" katanya.

"Bantu anak-anak Anda menjadi sehat, hari ini dan setiap hari, dengan mengurangi asupan gula mereka, menghindari susu dan kue sebelum tidur, dan berusaha menjalani kehidupan yang lebih sehat," pungkas Julie.

3 dari 3 halaman

Infografis Kunci Utama Putus Rantai Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.