Sukses

Cara Hindia Belanda Sosialisasi Flu Spanyol: Pakai Pewayangan hingga 'Dongeng Ilmiah'

Bonnie juga menceritakan mengenai dongeng yang mengandung pesan bagaimana metode ilmiah lebih mampu mengatasi wabah Flu Spanyol

Liputan6.com, Jakarta Sejarawan Bonnie Triyana mengungkapkan bahwa pendekatan kultur atau budaya menjadi salah satu strategi pemerintah Hindia Belanda untuk sosialisasi wabah Flu Spanyol yang melanda Nusantara di masa lalu.

Dalam dialog dari Graha BNPB, Jakarta, beberapa waktu lalu, Bonnie mengatakan bahwa salah satu metode sosialisasi wabah penyakit Flu Spanyol adalah lewat pewayangan.

"Jadi pesan itu dimasukkan ke wayang lewat cerita Punokawan," kata Bonnie, ditulis Minggu (30/8/2020). "Kemudian ada satu pamflet yang dibuat mengadaptasi kisah Ramayana dengan menggunakan bahasa daerah."

Bonnie menambahkan, yang terkandung dalam kisah-kisah tersebut juga termasuk bagaimana caranya menjaga kesehatan serta menjaga diri untuk tetap di rumah saat seseorang merasa sakit.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dongeng tentang Wabah Flu

Bonnie menceritakan satu dongeng yang menurutnya menarik dan pernah diterbitkan oleh Balai Pustaka.

Dongeng tersebut berisi mengenai seorang bapak yang mengeluarkan sayembara untuk mengatasi wabah flu. Siapa pun yang berhasil, maka akan dinikahkan dengan putrinya.

Dalam sayembara tersebut, ada dua orang yang berkompetisi. Yang pertama bernama Abang Gendut yang berusaha menyelesaikan wabah dengan pendekatan ilmu tabib dan jimat-jimat, tapi tak berhasil.

Tokoh lainnya adalah Si Panjang. Bonnie menceritakan, peserta tersebut berusaha mengatasi wabah flu dengan pendekatan medis yang lebih ilmiah, yaitu memakai pil kina. Ia pun berhasil dan menikah dengan putri pria tersebut.

"Pesan dari cerita ini adalah pengobatan secara medis ternyata berhasil menyelesaikan." Ia menambahkan, cerita ini juga didasarkan atas kondisi masyarakat yang kala itu lebih percaya pada metode-metode yang tidak ilmiah untuk mengatasi penyakit.

"Jadi, memang respons setiap masyarakat itu sangat tergantung pada bagaimana tingkat pemahaman, kepercayaan, dan juga tingkat penemuan ilmu pengetahuan pada saat itu."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.