Sukses

UNAIDS: Baru 53 Persen Anak dengan HIV/AIDS yang Mendapat Perawatan

UNAIDS juga mengatakan bahwa pandemi COVID-19 membuat terganggunya perawatan pada orang dengan HIV/AIDS

Liputan6.com, Jakarta Joint United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) mengatakan bahwa meski penanganan epidemi AIDS di dunia mengalami kemajuan, namun anak-anak dengan HIV masih mendapatkan sorotan terkait kurangnya perawatan.

Dalam laporan di konferensi AIDS internasional pada Senin kemarin, UNAIDS mengatakan bahwa saat ini, angka kematian dan infeksi baru tercatat lebih sedikit. Namun, hanya sekitar setengah dari anak-anak dengan HIV yang mendapatkan perawatan.

"Kita membuat kemajuan besar dalam melawan epidemi HIV, tetapi kabar buruknya adalah pasien anak-anak tertinggal," kata Shannon Hader, Wakil Direktur Eksekutif UNAIDS seperti dilansir dari AP News pada Selasa (7/7/2020).

Selain itu, pandemi COVID-19 juga menghambat kemajuan dalam penanganan AIDS. Empat tahun lalu, PBB menetapkan tujuan untuk membatasi infeksi HIV dan meningkatkan pengobatan di akhir tahun 2020, namun kondisi pandemi membuatnya lebih terhambat.

"Kita sudah keluar jalur dari target 2020, tetapi COVID-19 benar-benar mengancam kita," kata Direktur Eksekutif UNAIDS Winnie Byanyima.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Laporan UNAIDS

Dalam laporannya, UNAIDS menyatakan bahwa terdapat 1,7 juta infeksi baru di tahun 2019. Angka ini turun 23 persen sejak 2010 namun masih jauh dari target yaitu 75 persen.

Di seluruh dunia, 25,4 juta dari 38 juta orang dengan HIV sedang dalam perawatan. Angka ini naik tiga kali lipat dari tahun 2010.

67 persen orang dewasa dengan HIV mendapatkan perawatan. Namun, hanya 53 persen anak dan remaja yang mendapatkannya. UNAIDS menyebut, ini berarti ada 840 ribu dari mereka yang tidak mendapatkan akses obat yang mampu menyelamatkan nyawa mereka.

Selain itu, menurut Byanyima, masih dibutuhkan pengembangan perawatan yang lebih mudah untuk anak-anak.

"Sangat sulit apabila Anda anak-anak (usia) 5, 6, atau 7, untuk minum tablet setiap hari selama sisa hidup Anda," ujarnya. Selain itu, belum lagi penggunaannya seringkali harus secara sembunyi-sembunyi karena masih adanya stigma terhadap orang dengan HIV/AIDS di masyarakat.

Di 2019, terdapat 690 ribu kematian terkait AIDS. Angka ini menurun 39 persen dari 2010 namun masih di bawah target di akhir tahun ini yaitu 500 ribu. Dari seluruh kematian tersebut, ada 95 ribu anak yang tercatat di sana.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.