Sukses

WHO: Pandemi COVID-19 Ganggu Layanan Kesehatan Bagi Pasien PTM

Dalam surveinya, WHO menemukan bahwa pandemi COVID-19 membuat layanan kesehatan bagi pasien penyakit tidak menular (PTM) mengalami gangguan.

Liputan6.com, Jakarta World Health Organization (WHO) mengatakan pandemi COVID-19 membuat terganggunya pelayanan kesehatan bagi mereka yang memiliki masalah penyakit tidak menular (PTM).

Temuan tersebut dinyatakan usai dilakukannya survei yang dilakukan di 155 negara selama tiga pekan di bulan Mei. WHO mengatakan meski dampaknya bersifat global, namun negara-negara berpenghasilan rendah menjadi yang paling terpengaruh.

"Banyak orang yang membutuhkan pengobatan untuk penyakit seperti kanker, penyakit jantung, dan diabetes yang belum menerima layanan kesehatan dan obat-obatan yang mereka butuhkan sejak pandemi COVID-19 dimulai," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

"Sangat penting bagi negara-negara untuk menemukan cara-cara inovatif demi memastikan layanan yang penting untuk PTM terus berlanjut, bahkan saat mereka memerangi COVID-19," ujarnya seperti dikutip dari siaran pers di laman WHO pada Selasa (3/6/2020).

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Alasan Gangguan Layanan

Dalam surveinya, WHO mengatakan 53 persen negara yang disurvei mengalami sebagian atau seluruh pelayanan pengobatan hipertensi. Sekitar a49 persen mengalami gangguan pada layanan pengobatan diabetes dan komplikasi terkait diabetes.

Selain itu, 42 persen negara terganggu di pelayanan kesehatan berupa perawaatan kanker dan 31 persen mengalami gangguan pada layanan keadaan darurat kardiovaskular. Di dua per tiga negara (63 persen), layanan rehabilitas juga terganggu.

Ada beberapa alasan terganggunya pelayanan-pelayanan tersebut. 94 persen negara menyatakan bahwa staf kesehatan yang bergerak di layanan PTM dipindahkan sebagian atau seluruhnya untuk menangani COVID-19.

Selain itu, beberapa negara juga melakukan rekomendasi WHO untuk meminimalkan perawatan yang tidak mendesak saat menangani pandemi.

Namun, alasan paling umum adalah pembatalan perawatan yang direncanakan, penurunan ketersediaan transportasi umum serta kurangnya sumber daya manusia. Alasan lain adalah kurangnya obat-obatan, diagnostik, serta teknologi lainnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.