Sukses

Chloroquine dan Hydroxychloroquine, Alternatif Obat untuk COVID-19 Bahayakan Jantung?

Chloroquine dan hydroxychloroquine untuk obati COVID-19 dinilai punya efek samping terhadap jantung.

Liputan6.com, Jakarta Obat chloroquine dan hydroxychloroquine disinyalir efektif mengobati atau mencegah COVID-19. Namun, kedua obat yang belum diuji klinis secara luas itu menimbulkan kekhawatiran efek samping terhadap jantung.

Kini, uji coba chloroquine di Brasil telah dihentikan, rumah sakit di Swedia diperingatkan untuk tidak menggunakan obat tersebut untuk COVID-19 serta perhimpunan kardiologi Amerika mendesak dokter untuk menyadari potensi implikasi serius penggunaan obat kepada orang dengan penyakit kardiovaskular.

Saat ini, belum ada pengobatan COVID-19 yang disetujui Food and Drug Administration AS. Tetapi agensi telah mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat chloroquine dan hydroxychloroquine untuk mengobati pasien yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19.

"Jika kita tidak begitu panik tentang virus ini, kita akan menunggu dan melihat apakah obat tersebut efektif," kata Direktur Vaccine Education Center, Paul Offit, dikutip dari CNN, Rabu (15/4/2020).

Chloroquine mirip dengan hydroxychloroquine. Menurut profesor kedokteran pencegahan dan penyakit menular di Vanderbilt University School of Medicine, William Schaffner, hydroxychloroquine telah digunakan setidaknya di bagian dunia yang lebih maju untuk pengobatan lupus dan lebih aman.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Komplikasi terhadap Jantung

Baru-baru ini, laporan dari Pentagon yang ditulis dokter militer setebal 51 halaman memberi peringatan kepada seluruh dokter di Amerika. Bahwa chloroquine dan hydroxychloroquine memiliki efek samping toksik dan sebabkan komplikasi jantung.

Komisaris FDA Stephen Hahn menyampaikan, seputar keamanan dan kemanjuran obat hydroxychloroquine sebagai kemungkinan pengobatan untuk COVID-19.

"Ada beberapa laporan, hydroxychloroquine efektif untuk COVID-19, tapi harus uji klinis," kata Hahn. "Saya pikir penting untuk menunjukkan, ada bukti mendukung uji coba obat tersebut. Dan kami benar-benar berharap melihat data-data untuk menilai keamanan dan kemanjuran obat."

Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang menunggu hasil studi evaluasi penggunaan chloroquine dan hydroxychloroquin. Selain itu, dokter juga diperingatkan ikut serta mencari efek samping dari kedua obat. Untuk memastikan, obat tidak membahayakan.

3 dari 4 halaman

Berhenti Gunakan Chloroquine dan Hydroxychloroquin

Pekan lalu, American Heart Association, American College of Cardiology dan Heart Rhythm Society mengeluarkan, pedoman tentang pertimbangan kardiovaskular untuk penggunaan hydroxychloroquine dan azithromycin dalam mengobati virus Corona.Inti dari isi pedoman, dokter harus mempertimbangkan potensi implikasi serius bagi orang dengan kardiovaskular.

"Walaupun obat-obatan ini dapat bekerja melawan COVID-19 secara individu atau kombinasi, kami sarankan untuk berhati-hati dengan obat-obatan untuk pasien dengan penyakit kardiovaskular," jelas Presiden American Heart Association Robert Harrington.

Rumah sakit di Swedia diarahkan untuk tidak menggunakanchloroquine dalam mengobati COVID-19. Magnus Gisslén, profesor dan dokter senior di Rumah Sakit Universitas Sahlgrenska di Gothenburg, Swedia, hal itu juga berlaku untuk hydroxychloroquine.

"Penggunaan klorokuin di luar uji klinis tidak dianjurkan. Kami berhenti menggunakannya beberapa minggu yang lalu setelah penggunaan obat yang sangat terbatas," kata Gisslén.

Gisslén dan rekan-rekannya melihat efek serius pada jantung terkait  penggunaan obat. Efek samping yang diketahui berupa serangan jantung dan berujung kematian.

4 dari 4 halaman

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini