Sukses

Soroti Slender Man dalam Kasus Remaja Bunuh Bocah, KPAI Ingatkan Pentingnya Figur Orangtua

Melihat dari kasus seorang remaja yang membunuh anak di Jakarta karena terinspirasi tokoh Slender Man, KPAI mengatakan pentingnya orangtua dalam perkembangan remaja

Liputan6.com, Jakarta Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) angkat bicara soal kasus pembunuhan anak oleh seorang remaja di Sawah Besar, Jakarta. Menurut mereka, figur orangtua sesungguhnya penting agar anak tidak mencari sosok lain yang malah menjerumuskan mereka ke hal yang buruk.

Di sini, KPAI merujuk pada sosok Slender Man yang menurut kepolisian, digambar oleh pelaku pembunuhan anak tersebut. Tokoh yang sempat menjadi urban legend di internet tersebut diceritakan dalam berbagai forum dunia maya, mengincar anak-anak sebagai korbannya.

Susianah Affandy, Komisioner KPAI Bidang Sosial dan Anak dalam Situasi Darurat mengatakan sosok Slender Man inilah yang kemungkinan menjadi sosok pengganti dari orangtua remaja tersebut.

"Dalam hal ini kami melihat ini yang harus diberi garis merah, bahwa ketika tokoh atau figur itu (orangtua) tidak ada dalam keluarga, kemudian yang berbahaya adalah ketika anak mem-figurkan tokoh lain," kata Susi dalam konferensi persnya di kantor KPAI, Jakarta pada Senin (9/3/2020).

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harus Jadi Momen Refleksi Orangtua dan Sekolah

Retno Listyarti, Komisioner KPAI Bidang Pendidikan mengatakan bahwa kejadian ini harus menjadi momen bagi orangtua di seluruh Indonesia untuk berefleksi mengenai perhatian dan pola pengasuhan anak-anaknya. Selain itu, sekolah sesungguhnya juga punya peran bagi perkembangan anak dan remaja.

"Ketika anak-anak punya problem psikologis pada rumah pertama dan punya situasi buruk seperti perceraian dan lain-lain, dari orangtuanya, itu akan sangat berdampak kepada anak," kata Retno dalam kesempatan yang sama.

"Karena itu penting membangun kepekaan orang dewasa di sekitar anak. Misalnya, ketika di rumah tidak mendapatkan kasih sayang, apakah sekolah kemudian bisa menjadi rumah kedua bagi anak ini," ujarnya.

Retno mengatakan, membangun kepekaan di sekolah juga bisa dimulai dari wali kelas dan guru Bimbingan Konseling (BK). Menurutnya, guru BK sesungguhnya bisa jadi benteng anak di sekolah, apabila mereka membutuhkan tempat bercerita serta mendapatkan rasa kasih sayang dan perhatian.

Retno menilai bahwa remaja NF (15), yang melakukan pembunuhan pada seorang anak balita, sesungguhnya punya potensi dalam dirinya. Terlihat dari kemampuannya menggambar dan bahasa Inggris.

"Andaikan orang di sekeliling memahami, ini sebenarnya potensi yang bisa dikuatkan, dioptimalkan, sehingga si anak akan mendapatkan keseimbangan. Setidaknya si anak dibangkitkan, bahwa dirinya itu berharga."

Disclaimer: Redaksi memahami bahwa sebuah peristiwa pembunuhan bisa disebabkan oleh lebih dari satu faktor. Oleh karenanya, isi artikel ini hanya sebatas memberikan informasi, bukan semata-mata mengarahkan pembaca untuk menjadikannya referensi dan alasan tunggal atas sebuah kasus yang tengah marak beberapa waktu terakhir.

Redaksi juga memahami betapa pentingnya suatu persoalan psikologis yang diderita seseorang, dan oleh karenanya, kami meminta pembaca untuk peka dan bersimpati jika menemukan kerabat yang mengalaminya.

Kami mengingatkan kepada pembaca betapa pentingnya peran orangtua dalam mengawasi keseharian anak, termasuk, dalam penggunaan teknologi internet dan platform digital lain sehari-hari. Kami juga mengingatkan pentingnya agar bersikap bijak dan kritis dalam menerima segala informasi yang Anda dan anak Anda terima.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.