Sukses

Agar Risiko Bencana Berkurang, Manfaatkan Informasi Prakiraan Cuaca BMKG

Masyarakat bisa memanfaatkan prakiraan cuaca BMKG agar risiko bencana berkurang.

Liputan6.com, Jakarta Demi mengurangi risiko bencana, masyarakat bisa memanfaatkan informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Tak ada salahnya, mengecek prakiraan cuaca dari BMKG, sebelum Anda bepergian.

Imbauan tersebut disampaikan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

"Sekarang ini siklus pergerakan cuaca sudah banyak berubah. Siklus cuaca ekstrem memendek, yang sebelumnya datang 10 tahunan menjadi 5 tahunan. Bahkan 2 tahunan sekali terjadi. Ini karena perubahan kondisi alam," ungkap Dwikorita sebagaimana keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Sabtu (4/1/2020).

"Oleh karena itu, kami mengimbau agar masyarakat bisa beradaptasi dan bisa mengurangi risiko dengan menjaga alam. Salah satunya menggunakan informasi prakiraan cuaca dari BMKG sebagai peringatan dini. Sehingga segala bentuk ancaman dan risiko bencana dapat dikurangi."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Peringatan Dini Bencana

Dwikorita menekankan, masyarakat memercayai prakiraan cuaca dari BMKG. Hal ini dapat mengantisipasi potensi terjadi hujan ekstrem, yang bisa berujung banjir.

“Percayalah prakiraan cuaca dari BMKG meski akurasinya terbatas. Semoga apa yang kami upayakan dapat membantu masyarakat," tutup Dwikorita.

Ia juga menyampaikan pentingnya mitigasi bencana. Dalam hal ini menyangkut peringatan dini bencana.

Menurutnya, peringatan dini sudah diberikan seminggu, sebelum bencana banjir menimpa Jakarta. Sayangnya, peringatan dini, seperti potensi banjir yang diikeluarkan BMKG seakan tidak diperhatikan oleh publik.

Publik menafsirkan peringatan dini sebagai perkiraan yang tidak ada dasar perhitungannya. Padahal, peringatan dini yang BMKG sampaikan merupakan suatu bentuk prakiraan yang dilandaskan pada perhitungan matematis.

"Dasarnya apa? Dasarnya data. Data dari mana? Tidak cukup data satelit, tapi data dari radar-radar. Kami memiliki puluhan radar. Kemudian data yang ada dihitung secara matematis dengan modeling," ungkap Dwikorita.

3 dari 3 halaman

Simak Video Menarik Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.