Sukses

Pengalaman Mommy Usi Didera Sindrom Baby Blues

Baby blues adalah perasaan sedih dan depresi setelah melahirkan.

Liputan6.com, Jakarta Usai melahirkan buah hati, umumnya orangtua, terutama ibu, akan merasakan luapan kebahagiaan. Tapi tak jarang pula yang justru merasakan kesedihan dan depresi. Kondisi ini disebut dengan baby blues. Berikut pengalaman Mommy Usi Nurha dari Babyologist mengatasi baby blues yang menderanya.

Baby blues adalah perasaan sedih dan depresi setelah melahirkan. Itulah yang saya rasakan setelah anak pertama saya lahir 4 bulan yang lalu.

Hari-hari setelah melahirkan, entah mengapa saya malah merasa sedih. Tiap sedang sendiri atau hanya bersama anak, tiba-tiba saya menangis tanpa sebab. Padahal waktu itu saya melahirkan di rumah orang tua. Ada suami yang menemani, dan ada mertua juga yang menginap di rumah. Tapi hati ini rasanya kosong, sepi, merasa ada yang berubah. Ditambah jahitan yang masih sakit. Karena tinggal bersama orang tua di Jawa, jadi banyak pantangan-pantangan. Waktu tidur pun saya harus sambil duduk dan bersandar ditembok sambil kaki diluruskan. Itu malah membuat jahitan tambah sakit dan pantat panas. Bayangkan harus dalam posisi seperti itu sampai pagi. Ingin menangis saja rasanya.

Terkadang ada perasaan kangen masa-masa hamil. Karena memang setelah anak lahir, saya jadi kurang tidur. Tiap malam terbangun karena anak menangis. Merasa sudah tidak bisa bebas seperti dulu lagi.

Yang membuat saya semakin tertekan adalah karena hadirnya mertua saya yang waktu itu lebih dominan merawat anak saya. Ditambah karena ASI saya belum keluar setelah melahirkan, jadi anak saya diberi susu formula. Saya coba minum suplemen pelancar ASI, makan sayur bayam, dan banyak minum air putih. Baru di hari ketiga, ASI saya mulai keluar.

Saya langsung mencoba menyusui anak saya dengan duduk. Pertama kali anak saya tentu masih bingung mencari puting. Saya coba masukkan puting ke mulutnya tapi mulut dia masih bingung mencari dan tidak mau disedot. Saya terus mencoba tapi yang ada anak saya malah menangis kencang. Mertua yang melihat seperti gemas sendiri karena saya tidak bisa menyusui anak saya. Beliau langsung saja menggendong anak saya dan memberinya susu formula dari botol dot. Dalam hati saya merasa jengkel. Ini baru pertama kalinya jadi anak saya, tentu masih bingung puting karena sudah terbiasa menyusu di dot.

Hari-hari berikutnya selalu sama seperti itu. Rasanya pun saya ikut menyerah karena tiap saya menyusui anak saya selalu menangis. Dan mertua selalu sigap menggendong dan memberinya susu formula. Saya sampai trauma menyusui takut anak saya menangis lagi.

Saya yang tadinya sudah sedih dan tertekan semakin sedih lagi dan merasa depresi. Saya sampai tidak mau melihat wajah anak saya lagi. Tidak mau menggendongnya. Waktu menangis pun saya tidak peduli. Jadi mertua yang mengurus anak saya.

Suami pun malah seperti menyalahkan saya. Waktu saya cerita ke suami tentang perasaan saya ini, suami malah seperti tidak peduli. Waktu tahu saya menangis hanya dibiarkan saja. Padahal saya sangat berharap ada yang menguatkan dan memberi motivasi agar saya bisa lebih tenang.

Akhirnya saya mencoba menenangkan dan menghibur diri sendiri. Tiap hari saya pegang handphone dan membuka social media. Chatting dan curhat dengan teman. Walaupun tiba-tiba tetap suka menangis sendiri.

Baby blues saya ini berlangsung hampir 1 bulan. Pada akhirnya bisa membaik sendiri seiring berjalannya waktu. Banyak teman yang berkunjung ke rumah mengunjungi bayi saya, berbagi cerita dan membawa hadiah membuat saya lebih tenang.

Itulah pengalaman saya saat baby blues. Dari pengalaman yang saya baca di internet dan cerita orang, ternyata banyak ibu-ibu di luar sana yang mengalami baby blues. Ini normal, dan saya tidak sendiri. Sebabnya bisa dari berbagai faktor. Support dari orang-orang di sekitarnya sangatlah penting, terutama suami ya Moms. Suami harus banyak menghibur istri dan menyenangkannya. Jangan biarkan ibu yang baby blues merasa sendiri. Yang terpenting siapkah mental bahwa setelah melahirkan, tanggung jawab kita bertambah. Kita harus siap mengurus bayi, begadang tiap malam, dan siap menghadapi bayi yang rewel. Saat minggu-minggu pertama, ajak suami atau orang terdekat untuk bergantian mengurus bayi, agar kita tidak lelah dan punya waktu istirahat.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.