Sukses

Gejala Chikungunya, Penyakit yang Sering Disangka DBD

Gejala chikungunya kerap disamakan dengan gejala DBD.

Liputan6.com, Jakarta Sebagai negara tropis, Indonesia kerap menjadi sasaran empuk penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Penyakit ini seperti malaria, DBD, dan chikungunya. Pada kasus DBD dan chikungunya, penyakit ini disebabkan oleh nyamuk yang sama yaitu nyamuk aedes seperti Aedes aegypti atau Aedes albopictus.

Gejala chikungunya kerap disamakan dengan gejala DBD. Meski biasanya chikungunya dianggap jarang mengancam jiwa dibanding DBD, penyakit ini dapat menyerang siapapun.

Hampir di seluruh wilayah Indonesia berpotensi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) chikungunya. Kejadian ini biasanya terjadi pada akhir musim hujan.

Kasus chikungunya pertama kali dicatat di Tanzania, Afrika pada tahun 1952, kemudian di Uganda tahun 1963. Di Indonesia sendiri, kejadian luar biasa (KLB) chikungunya dilaporkan pada tahun 1982, sementara chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali di Samarinda pada tahun 1973.

Banyak masyarakat yang belum mengenal betul gejala chikungunya sehingga kerap disangka gejala DBD atau penyakit lain.

Maka dari itu perlu untuk diperhatikan apa saja gejala chikungunya agar masyarakat dapat mengambil penanganan secepat mungkin.

Berikut ulasan mengenai penyebab, gejala chikungunya, serta bagaimana penangannannya yang berhasil Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber Minggu (17/3/2019).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Penyebab chikungunya

Chikungunya berasal dari bahasa Swahili, didasarkan pada gejala penderita yang berarti meliuk atau melengkung, ini dapat mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat.

Chikungunya disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui gigitan nyamuk spesies Aedes, terutama Aedes aegypti dan Aedes albopticus. Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus chikungunya. Virus ini masuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus.

Penularan virus dapat terjadi jika manusia mendapat gigitan dari nyamuk aedes yang sebelumnya telah membawa virus ini. penyebaran chikungunya sendiri tak dapat dilakukan dari manusia ke manusia. Chikungunya juga kerap disebut flu tulang karena gejala khususnya yang berupa nyeri sendi hebat.

Dokter akan melakukan pemeriksaan darah seperti Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Karena gejala klinis chikungunya sangat mirip dengan demam dengue, maka pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk dilakukan.

Chikungunya mungkin tidak seburuk demam berdarah, akan tetapi gejala-gejala yang dirasakan selama terjangkit penyakit tersebut biasanya bertahan pada tubuh penderita dalam jangka waktu yang cukup lama.

Hal ini terutama berlaku untuk nyeri tubuh yang mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan atau tahun untuk memudar. Dalam kasus yang sangat jarang, cikungunya juga dapat menyebabkan kerusakan saraf.

3 dari 5 halaman

Gejala chikungunya

Gejala chikungunya serupa dengan gejala yang dialami penderita DBD. Hal ini karena merupakan reaksi tubuh alami dalam memerangi virus yang masuk dalam tubuh. Chikungunya biasanya akan nampak gejalanya setelah masa inkubasi hari minggu pertama atau kedua. Gejala chikungunya yang serupa dengan DBD antara lain adalah

- Demam, terjadi secara mendadak yang mencapai 39 derajat celsius

- Sakit kepala parah.

- Meriang

- Mual

- Muntah

- Lemah

- Nyeri sendi

- Bercak kemerahan pada kulit

Yang membedakan gejala chikungunya dan DBD adalah dimana penderita chikungunya akan merasakan nyeri heabt pada persendian dan otot. Hal ini yang membuat tangan dan kaki sulit untuk digerakkan. Gejala ini umumnya muncul tak lama setelah demam.

Gejala spesifik saar terjangkit virus cikungunya seperti nyeri sendi terutama sendi siku, lutut, pergelangan tangan dan kaki, serta nyeri otot yang berlangsung sekitar satu minggu. Terkadang rasa nyeri disertai dengan pembengkakan ringan dan biasanya rasa sakit paling terasa saat di pagi hari.

Namun gejala nyeri persendian ini biasanya hanya dialami oleh orang dewasa, sedangkan pada anak, gejala ini jarang ditemukan. Selain itu penderita akan selalu merasa lelah. Ada beberapa kasus anak yang mengalami kejang akibat virus ini.

Demam pada chikungunya dapat bertahan 1 hingga 2 minggu. Namun, untuk rasa nyeri sendi dapat dirasakan dengan kurun waktu bertahun-tahun hingga rasa nyeri tersebut memudar.

Bila Anda mendapati gejala chikungunya semacam ini segeralah lakukan pemeriksaan di pusat kesehatan terdekat.

4 dari 5 halaman

Penanganan sakit chikungunya

Tidak ada penanganan khusus untuk chikungunya. Secara umum, pengobatan yang dilakukan hanya bertujuan untuk mengurangi gejala chikungunya yang dialami. Demam dapat ditangani dengan obat antipiretik, sementara untuk nyeri sendi dokter akan meresepan obat obat anti inflamasi non steroid.

Dokter juga menganjurkan penderita untuk banyak istirahat dan meningkatkan asupan gizi agar dapat mempercepat proses kesembuhan.

5 dari 5 halaman

Pencegahan chikungunya

Mencegah lebih baik dari mengobati, begitulah anjurannya. Saat ini, belum ada vaksin yang tersedia untuk melawan infeksi virus chikungunya. Namun, chikungunya bisa bisa dicegah dengan menghindari gigitan nyamuk dan mengontrol sarang nyamuk melalui cara-cara berikut:

- Menjaga kebersihan lingkungan sekitar

- Menguras dan bersihkan tempat yang terdapat genangan air untuk membunuh jentik-jentik nyamuk Aedes.

- Menggunakan bubuk abate untuk menuntaskan jentik nyamuk Aedes.

- Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk abate ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.