Sukses

Ini Ciri-Ciri Orang yang Bisa Kena Stroke Meski Rajin Olahraga

Liputan6.com, Jakarta Stroke yang pernah menghampiri Robby Tumewu sebelum meninggal dunia, disebut Dr Alvin Nursalim dari situs Klik Dokter, juga bisa menyerang orang-orang yang rutin berolahraga.

Meskipun sudah menjaga pola makan dan pola aktivitas sehari-hari, rupanya tak menutup kemungkinan orang tersebut menderita penyakit yang terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak.

Selain itu, Alvin mengatakan bahwa stroke yang menyerang aktor Lenong Rumpi pada 2011 itu digolongkan sebagai penyakit yang rumit, yang terjadinya disebabkan banyak faktor seperti tekanan darah tinggi, kencing manis, dan gangguan kadar kolesterol.

"Seseorang yang beranggapan sudah berolahraga pasti terbebas dari stroke, jawabannya tidak. Orang tersebut masih belum bisa dibilang terbebas mutlak dari kemunginan stroke yang menyerang," kata Alvin dikutip Health Liputan6.com pada Senin, 14 Januari 2019.

Olahraga, lanjut Alvin, memang punya segudang manfaat bagi tubuh sehingga kita selalu dianjurkan untuk melakukannya, minimal tiga kali selama satu minggu. Akan tetapi perlu dipahami juga, riwayat penyakit tertentu, seperti tekanan darah tinggi, yang tak terkontrol membuat olahraga tak berarti apa-apa.

"Karena itu dianjurkan bagi semua orang untuk memulai pemeriksaan fisik rutin pada usia 40," ujarnya. 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Stroke Serang Orang yang Rajin Berolahraga

Hal serupa Alvin juga diungkapkan spesialis kedokteran olahraga dari Rumah Sakit Premier Bintaro, dr Hario Tilarso. Menurut dia, serajin apa pun seseorang berolahraga jika tak pernah memeriksakan kondisi kesehatannya, yang ternyata berisiko untuk mengalami stroke, tetap akan percuma.

"Olahraga itu 'kan banyak manfaatnya. Dia memperkuat jantung, melebarkan pembuluh darah yang mengecilkan kemungkinan serangan jantung, kemudian menguatkan otot, menurunkan gula darah jadi buat orang diabetes bagus sekali, menurunkan tekanan darah, kemudian mengurangi kemungkinan osteoporosis, dan bakar lemak sudah pasti," kata Hario saat dihubungi Health Liputan6.com pada Senin, 14 Januari 2018.

Manfaatnya memang sangat banyak. Akan tetapi, lanjut Hario, kalau ada faktor lain yang berperan lebih dari itu, misalkan orang itu memang turunan dari keluarganya yang secara genetik memiliki riwayat penyakit tersebut, kemungkinan stroke menyerang terbuka lebar.

 

3 dari 3 halaman

Cek Kesehatan Rutin

Hario pun mengingatkan agar orang-orang yang sudah berusia 40 untuk tidak sekadar rajin berolahraga, tapi juga mulai cek kesehatan rutin. 

"Patokannya biasanya usia 40 ke atas," katanya.

"Usia 40 itu sudah dianggap tua, sehingga kita harus memeriksakan kesehatan secara rutin berkala. Kalau ternyata dari hasil pemeriksaan diketahui baik-baik saja, atau ada masalah tertentu, dokter akan memberitahu apa-apa saja yang harus dibatasi," kata Hario menambahkan.

Termasuk juga soal olahraga. Dokter akan menyarankan olahraga apa saja yang harus dilakukan. Biasanya, pada pasien stroke, olahraganya tetap sama seperti orang normal. Hanya saja, harus diimbangi dengan obat-obatan yang memang harus dia konsumsi. 

"Olahraganya sama saja. Kardio biasanya. Cuma akan selalu diingatkan untuk jangan lepas dari obat-obatan," katanya.

"Enggak sulit olahraganya. (Durasinya) 20 sampai 60 menit dengan intensitas yang tidak terlalu melelahkan, dan dilakukan tiga kali seminggu," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini