Sukses

Bukan Sekadar Aset Perusahaan, Ini Tujuan Karyawan Harus Sehat

Harus diingat bahwa karyawan tidak semata-mata aset perusahaan. Seorang karyawan juga tulang punggung keluarga.

Liputan6.com, Jakarta Pekerja atau karyawan berisiko terpapar bahaya saat bekerja, seperti penyakit akibat kerja dan kecelakaan pada saat kerja. Terkait hal itu Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, drg Kartini Rustandi MKes, mengimbau kepada seluruh perusahaan agar mengimplementasikan budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan kerja.

"Implementasi budaya K3 dinilai efektif dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat, nyaman, dan kondusif. Sehingga pekerja dapat memberikan kontribusi maksimal dengan kondisi kesehatan yang prima," kata Kartini saat diskusi bersama media dalam rangka menyambut Bulan K3 di sepanjang Januari sampai Februari, di Ruang Olahraga Kementerian Kesehatan RI, HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta pada Selasa (11/12/2018).

Harus diingat bahwa karyawan tidak semata-mata aset perusahaan. Perlu juga disadari bahwa semua karyawan adalah tulang punggung keluarga. Selain itu, kata Kartini, pekerja adalah penggerak ekonomi.

"Ada satu poin yang seringkali dilupakan bahwa pekerja adalah pencetak generasi bangsa," ujar Kartini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Karyawan yang sudah berkeluarga

Menurut Kartini, terutama buat pekerja yang sudah berkeluarga dan memiliki anak, bila selama bekerja sering mengalami masalah kesehatan kerja, maka generasi penerusnya pun akan sakit.

"Karyawan merupakan penentu gaya hidup keluarganya. Gaji yang mereka dapat setiap bulan, mau dibelikan handphone atau mau kasih makan makanan sehat buat keluarga? Kan terserah yang pegang duit. Jadi, generasi penerus tergantung dari yang pegang uang," kata dia.

Sederhananya, bila keluarga sehat dan pekerja juga sehat, besar kemungkinan keluarga menjadi bahagia. Namun, bila ada anggota keluarga yang sakit membuat karyawan tersebut menjadi tak fokus.

"Contohnya, kalau anak sakit. Saya yakin para pekerja ini fokus pada handphone. Setiap beberapa menit yang dihubungi orang rumah untuk menanyakan kondisi yang tengah sakit, 'Sudah makan obat? Sudah makan siang? Keadaannya bagaimana?'," kata Kartini.

 

3 dari 3 halaman

Kondisi Dibalik

Bila kondisi dibalik, misalnya pekerja yang sakit, hal ini juga akan membuat beban pada keluarga. "Kalau dia seorang ayah, siapa yang akan antar anak-anak sekolah? Kalau dia seorang ibu, siapa yang bakal masak buat keluarga?," ujarnya.

Malapetaka atau musibah pun akan datang jika sakit adalah keluarga dan karyawan itu sendiri. "Ini musibah," katanya.

Saat sakit uang yang harus dikeluarkan untuk menanggung jadi lebih banyak dan tidak diimbangi dengan pemasukan. Kondisi ini bisa membuat kepala karyawan yang menerima gaji bulanan bisa pecah, apalagi yang terima gaji harian. 

"Kalau hari itu tidak kerja, artinya tidak ada pemasukan," ujarnya.

Kartini mengatakan karena kesehatan kerja adalah upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan yang diakibatkan pengaruh buruk pekerjaannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini