Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Jucilene yang Tak Punya Vagina, Kini Sudah Bisa Berhubungan Seks

Wanita yang tak punya vagina akhirnya bisa merasakan nikmatnya berhubungan seks setelah ia menjalani operasi pembuatan vagina.

Liputan6.com, Brasil Jucilene Marinho (23) yang awalnya tak punya vagina akhirnya bisa merasakan nikmatnya berhubungan seks untuk pertama kalinya. Ia menjadi salah satu wanita pertama di dunia yang menjalani operasi pembuatan vagina.

Wanita asal Brasil ini diberi tahu dokter kalau dirinya tidak memiliki vagina saat berusia 15 tahun. Yang paling mengejutkan, Jucilene mengalami masa pubertas. Bahkan ia mengalami rasa nyeri haid, tapi tidak pernah mengalami menstruasi.

Dokter menemukan, jaringan ikat yang seharusnya menjadi vagina, yang ada di belakang kulit, tertutup. Vagina pun tak terbentuk.

Sesuai dilansir dari News, Rabu (13/6/2018), Jucilene diagnosisnya dengan kondisi bawaan yang langka disebut Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser (MRKH).

Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser adalah gangguan yang terjadi pada wanita, terutama memengaruhi sistem reproduksi.

 

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Didera depresi mendalam

Jucilene mengungkapkan, operasi pembuatan vagina berhasil mengubah hidupnya. Ia merasa sudah menjadi 'wanita yang sesungguhnya.' Dalam kasus Jucilene, ia tidak memiliki leher rahim, rahim, indung telur, atau rahim.

"Aku banyak menangis ketika tahu, aku tak punya vagina. Aku pikir, dunia telah berakhir. Sampai aku selalu bermimpi punya bayi sendiri," kenangnya.

Tak ayal, ia mengalami depresi yang mendalam karena takut tidak akan pernah bisa berhubungan intim dengan pasangan hidupnya. Kondisinya semakin memburuk saat ia putus dengan mantan kekasih setelah mantan tahu Jucilene tak punya vagina.

Usai operasi, Jucilene mengalami pendarahan ringan. Ia keluar rumah sakit setelah tiga minggu dirawat.

3 dari 4 halaman

Pembuatan vagina

Demi punya vagina, Jucilene sudah menjalani operasi pembuatan vagina pada 2017. Ahli bedah membuat vagina dari kulit ikan nila. Kini, ia sekarang menikmati kehidupan seks yang sehat setelah masa pemulihan selama tiga bulan.

"Dokter sudah memberikan izin padaku untuk berhubungan seks pada Oktober tahun lalu. Awalnya, aku sangat takut untuk melakukannya. Karena aku pikir, itu akan menyakitkan dan sempat khawatir akan merusak vagina hasil operasi," Jucilene melanjutkan.

Namun, berhubungan seks dapat Jucilene lakukan. Itu adalah momen paling indah karena semuanya berjalan dengan sempurna.

“Tidak ada rasa sakit, hanya ada kenikmatan dan kepuasan. Aku tidak merasakan ketidaknyamanan dan tidak ada pendarahan," tambah Jucilene.

4 dari 4 halaman

Sterilisasi kulit ikan nila

Operasi pembuatan vagina yang disebut neovaginoplasty dilakukan tim dari Federal University of Ceará, ‎Fortaleza, Ceará, Brasil. Operasi dipimpin ginekolog, Leonardo Bezerra pada April 2017.

Prosedur operasi dengan membuka ruang antara vagina dan anus, sebelum memasukkan cetakan tubular (cetakan logam) yang dilapisi dengan kulit ikan. Setelah masuk ke tubuh pasien, kulit nila bertindak seperti sel induk.

Kulit ikan nila diubah menjadi jaringan yang membentuk dinding saluran, mirip dengan vagina yang sebenarnya. Kulit ikan nila sudah dibersihkan dan disterilkan di laboratorium, lalu dilakukan penyinaran untuk membunuh virus.

Proses ini juga menghilangkan semua sisik dan bau amis. Operasi bisa memakan waktu dan menyakitkan karena pasien perlu pulih dari sayatan besar.

Neovaginaplasty memiliki tingkat pemulihan yang lebih cepat tanpa bekas luka yang terlihat. Waktu operasi lebih cepat dan ikan nila berlimpah di Brasil. Setelah operasi, pasien dapat bangun dan berjalan rata-rata 12 hari pemulihan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.