Sukses

Sikap Kita Menghormati Keluarga Korban Bom Surabaya

Bagaimana seharusnya sikap kita menghormati keluarga para korban bom Surabaya?

Liputan6.com, Jakarta Vicencius Evan (11) dan Nathanael (8) adalah kakak beradik yang menjadi korban bom Surabaya di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Ngagel, Surabaya, pada Minggu, 13 Mei 2018.

Saat Evan dinyatakan meninggal oleh pihak RS Bedah Surabaya dalam kondisi terluka parah, sang adik masih menjalani perawatan dengan kondisi yang sama-sama kritis.

Selama beberapa jam, warganet secara bersamaan menyebarkan informasi bahwa Nathanael membutuhkan tambahan darah 0. Namun, rupanya Tuhan punya rencana lain.

Beberapa jam berselang, Nathanael menjadi korban bom Surabaya ke-14 yang dinyatakan meninggal dunia.

Warganet pun beramai-ramai mengucapkan belasungkawa atas kepergian Nathanael. Rata-rata yang berduka itu menempatkan diri seolah-olah menjadi orangtua Evan dan Nathanael. Sedih, itulah yang mereka rasakan.

"Kalau saya yang jadi ibunya Evan, pasti sulit bagi saya untuk menghilangkan trauma atas kejadian kemarin itu. Bayangin aja, kedua anak yang saya sayangi, yang perginya bukan buat main-main, tapi untuk beribadah, malah meninggal dalam keadaan seperti ini," kata Millea, ibu dua orang anak yang bekerja di perusahaan swasta terkemuka di Jakarta.

Ike R Sugianto, psikolog anak dan remaja, membenarkan perasaan yang sama tersebut. Menurut dia, kepergian anak dalam keadaan normal saja akan membuat orangtua sangat sedih.

"Apalagi kepergiannya dengan cara seperti itu," kata Ike saat dihubungi Health-Liputan6.com pada Senin, 14 Mei 2018.

 

Saksikan juga video menarik berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sikap Kita Menghormati Keluarga Korban Bom Surabaya

Kemudian, saat disinggung bagaimana semestinya kita apabila ada kenalan sekitar yang sedang berduka karena peristiwa seperti bom Surabaya ini, Ike mengatakan,"Yang pasti kita harus menunjukkan bahwa kita turun merasakan. Kalau bisa ada tindakan konkret," katanya.

Tindakan konkret yang bisa dilakukan, seperti membantu beres-beres di rumah duka, mau repot mempersiapkan upacara pemakaman dan sesudahnya, atau sekadar memberikan kue untuk orangtua atau keluarga korban bom Surabaya.

"Dan, tidak apa-apa juga sebenarnya kalau kita mau bertanya, 'apa kabar?', daripada kita tidak pernah bertanya sama sekali, tidak berani menegur karena takut keluarga bersedih," kata Ike.

"Akan tetapi, cukup sampai di situ. Jangan pula bertanya 'masih sedih, enggak?' atau 'masih ingat bagaimana kejadian sebenarnya?'" kata Ike menambahkan.

Ike melanjutkan, tidak perlu juga kita banyak menasihati para keluarga seperti korban bom Surabaya. Sebab, orang-orang itu sedang berproses untuk menerima duka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.