Sukses

Jalani Proses Hukum, Guru yang Diduga Tampar Siswa Harus Didampingi Organisasi Profesi

Dalam menjalani proses hukum, guru Purwokerto yang menampar siswa harus didampingi Organisasi Profesinya.

Liputan6.com, Jakarta Aksi viral guru menampar siswa di Purwokerto, Jawa Tengah berpotensi tindak pidana dan menjadi kewenangan kepolisian. Meski ditangani pihak kepolisian, oknum guru tidak tetap yang berinisial LS (27) tersebut perlu didampingi organisasi profesinya.

“Organisasi Profesi Guru yang menaungi guru pelaku harus memberikan pendampingan hukum terhadap oknum guru tersebut. Ya, agar proses hukum berjalan secara profesional dan adil,” kata Wakil Sekjen Federasi Seikat Guru Indonesia (FSGI) Fahriza Marta Tanjung sebagaimana rilis yang diterima Health Liputan6.com, Minggu (22/4/2018).

Adanya pendampingan sesuai dengan Undang-undang Guru dan Dosen pasal 39 ayat 1, yang menyebut, Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat, Organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam melaksanakan tugas.

Selain itu, FSGI mengingatkan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, khususnya Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) untuk membekali mahasiswa calon guru dengan praktik- praktik terbaik dalam menumbuhkan minat dan disiplin siswa dalam belajar.

Proses ini berujung calon guru yang menjadi guru dapat melaksanakan tugas di lapangan dan tidak gagap ketika menghadapi siswa yang sulit didisiplinkan.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menonaktifkan guru

Guru yang diduga menampar siswa kini sedang menjalani proses hukum. Korban maupun pihak SMK Kesatrian Purwokerto sudah melaporkan kasus ini ke Polres Banyumas. Bahkan sekolah sudah mengambil sikap tegas dengan menonaktifkan guru tersebut.

Kekerasan guru terhadap siswa juga direspons Sekjen FSGI Heru Purnomo. Ia menilai segala bentuk kekerasan yang dilakukan guru tidak dibenarkan dengan alasan apa pun.

“Alasan guru melakukan tindak kekerasan karena guru beranggapan, kekerasan diperlukan untuk mendisiplinkan siswa. Jika guru beranggapan seperti itu, maka akan selalu ada korban kekerasan di sekolah. Sulit memutus rantai kekerasan di sekolah,” Heru menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.