Sukses

Kenali 2 Jenis Sakit Kepala yang Sering Menyerang Anak dan Remaja

Sakit kepala jangan dianggap sepele, karena banyak sekali tipenya. Berikut penjelasan lengkapnya.

Liputan6.com, Jakarta Sakit kepala merupakan keluhan yang tidak hanya melanda orang dewasa, tapi juga sering dirasakan anak-anak maupun remaja. Tak jarang dokter merasa bingung menghadapi keluhan ini, lalu melakukan pemeriksaan pencitraan dan electroencephalogram (EEG).

Bagaimana mengenal keadaan berbahaya, indikasi melakukan pemeriksaan penunjang, dan pengobatan terhadap sakit kepala? Padahal, ada pengobatan sederhana pada kasus sakit kepala yang tidak perlu dirujuk. 

Mengutip laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pada Jumat (6/4/2018), data dari berbagai penelitian retrospektif menunjukkan bahwa nyeri atau sakit kepala generik ditemukan sebanyak 37-51 persen pada anak berumur tujuh tahun, dan meningkat menjadi 57-82 persen pada anak berumur 15 tahun.

Tujuh di antara semua nyeri kepala pada anak, migrain, dan tension-type headache (TTH) menunjukkan prevalensi paling tinggi. Prevalensi migrain adalah 3 persen pada anak pra sekolah, 4-11 persen pada anak usia sekolah dasar, dan 8-23 persen pada anak sekolah menengah.

Menurut temuan International Headache Society dengan revisi pada tahun 2005, jumlah diagnosis nyeri kepala mencapai puluhan macam. Nyeri kepala dibedakan menjadi nyeri kepala primer yang terdiri dari migrain, tension-type headache (TTH), cluster headache dan nyeri kepala sekunder yang disebabkan penyakit lain.

Beberapa jenis sakit kepala

1. migrain

Pada anak, migrain dapat menujukkan manifestasinya dalam beberapa bentuk, yaitu migrain tanpa aura (common migraine), migrain dengan aura (classic migraine), dan sindrom periodik yang merupakan prekursor migrain.

migrain pada remaja akan menetap pada 41,8% kasus, mengalami remisi pada 38,2% kasus, dan berubah jadi TTH pada 20% kasus.

2. migrain tanpa aura

Merupakan jenis migrain yang paling sering ditemukan. Ciri khasnya adalah nyeri kepala dengan adanya interval bebas gejala. Nyeri kepala terasa berdenyut, yang kadang sulit dijelaskan oleh anak. migrain disertai gejala otonom berupa mual dan muntah, dan diperberat oleh aktivitas fisik. Gejala mual dan muntah tersebut juga menyebabkan gangguan aktivitas yang bermakna.

Untuk anak, telah dibuat modifikasi kriteria diagnosis yaitu: lama serangan antara 1-72 jam, lokasi bilateral atau bifrontal pada umur kurang dari 15 tahun dengan catatan apabila lokasi oksipital harus dicari kemungkinan penyebab lain, dan adanya fotofobia serta fonofobia yang terlihat dengan perubahan perilaku, misalnya masuk ke dalam kamar yang gelap dan sepi.

3. migrain dengan aura

Gejala aura disebabkan depolarisasi neuron di satu tempat dan oligemia sesuai dengan teori cortical spreading depression. Aura visual yang sering ditemukan adalah gangguan visus bilateral dengan skotoma (77%), distorsi atau halusinasi (16%) dan gangguan visus monokuler atau skotoma (7%).

4. migrain abdominal

Keadaan ini mungkin sering ditemukan, namun jarang didiagnosis. Dapat dianggap sebagai penolakan untuk masuk sekolah. Kunci mengenalnya adalah adanya pola berulang dan menyingkirkan penyakit gastrointestinal dan ginjal.

 

Simak juga video menarik berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sejauh mana sakit kepala harus diperiksa melalui EEG?

Kemungkinan ditemukannya kelainan susunan saraf pusat pada nyeri kepala kronk dengan pemeriksaan neurologis normal hanya 1 di antara 815 anak (0,37%). Pencitraan tidak perlu dilakukan pada anak dengan nyeri kepala berulang tanpa kelainan neurologis.

Kemungkinan SOL harus dicurigai pada sakit kepala yang baru berlangsung kurang dari 1 bulan, tidak adanya riwayat keluarga migren, pemeriksaan neurologis abnormal, gangguan gait, dan adanya kejang.

Pencitraan bisa dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya.

1. Sakit kepala akut

- Nyeri kepala sangat berat yang belum pernah dialami sebelumnya

- Demam dan gejala rangsang meningeal

- Riwayat trauma kepalaNyeri kepala kronik

2. Sakit kepala kronik

- sakit menetap selama kurang dari 6 bulan yang tidak memberi respons terhadap pengobatan.

- Nyeri kepala kronis progresif, makin sering dan makin berat.

- Nyeri kepala disertai gejala neurologis abnormal, terutama bila disertai edema papil, nistagmus, gangguan gerak bola mata, gangguan gait, dan gangguan motorik berupa kelumpuhan atau adanya refleks patologis.

- Nyeri kepala menetap tanpa adanya riwayat keluarga migren.

- Nyeri kepala menetap disertai episode bingung, disorientasi, atau muntah.

- Nyeri kepala menyebabkan anak terbangun dari tidur atau terjadi pada saat bangun tidur (dapat juga terjadi pada migren).

- Riwayat keluarga atau riwayat medis, pemeriksaan klinis atau laboratorium yang merupakan predisposisi lesi susunan saraf pusat.

EEG tidak direkomendasikan pada anak dengan nyeri kepala berulang, karena hasilnya tidak dapat digunakan untuk menentukan etiologi, membantu diagnosis, atau membedakan migren dengan sakit kepala lain.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.