Sukses

Kabinet Perang Israel Meramu Respons Soal Serangan Iran, Sekutu Desak Benjamin Netanyahu Tahan Diri

Sejauh ini pihak Israel tidak mengumumkan kepada publik apakah keputusan dari pertemuan kabinet perang Israel untuk membahas tanggapan terhadap serangan dari Iran.

Liputan6.com, Tel Aviv - Kabinet perang Israel telah bertemu untuk membahas tanggapannya terhadap serangan drone alias pesawat tak berawak dan rudal Iran yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kendati demikian, seperti dikutip dari BBC, Selasa (16/4/2024), sejauh ini pihak Israel tidak mengumumkan kepada publik apakah keputusan telah diambil.

Sekutu-sekutunya mengecam keras tindakan Iran, namun mendesak pemerintah Benjamin Netanyahu untuk menahan diri.

Meskipun Iran telah memberi isyarat bahwa mereka menganggap masalah ini sudah selesai, kepala staf militer Israel mengatakan serangan itu tidak akan dibiarkan begitu saja.

"Lihatlah, seiring dengan harapan kita, kita mempertimbangkan langkah-langkah kita, dan peluncuran begitu banyak rudal, rudal jelajah, UAV ke wilayah Negara Israel akan mendapat tanggapan," kata Letjen Herzi Halevi.

Dia tidak merinci tindakan yang akan diambil, atau memberikan jangka waktu.

Mantan kepala CIA David Petraeus mengatakan kepada program World Tonight di Radio BBC 4 bahwa Washington tidak ingin mengambil risiko terhadap kesejahteraan ekonomi global dengan adanya pembalasan Israel terhadap Iran.

Jenderal Petraeus, yang juga memimpin pasukan internasional di Irak dan Afghanistan, mengatakan serangan Iran adalah "masalah yang sangat besar", dan bahwa Barat harus memahami betapa pentingnya hal ini bagi Israel.

"Tantangannya sekarang, tentu saja, adalah adanya perspektif yang berbeda mengenai apa yang harus dilakukan selanjutnya. Jika karena alasan tertentu harga minyak mentah Brent melonjak, atau jika ada semacam masalah kebebasan navigasi di Teluk. Dan hal tersebut sudah terjadi. beberapa kekhawatiran atas Iran yang mengambil kapal tanker minyak beberapa hari yang lalu," jelas Jenderal Petraeus.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perdebatan Merumuskan Respons Israel ke Iran Tanpa Meningkatkan Eskalasi

Jenderal Petraeus, yang sekarang sudah pensiun, mengatakan perdebatan di dalam pemerintahan Israel adalah tentang bagaimana merumuskan respons yang akan menunjukkan pencegahan Israel tanpa "meningkatkan eskalasi lebih jauh".

Jenderal Petraeus menambahkan bahwa Israel memiliki sejumlah opsi asimetris yang memungkinkannya merespons tanpa meningkatkan ketegangan.

Letjen Halevi berbicara dari pangkalan udara Nevatim di Israel selatan, yang mengalami kerusakan akibat serangan Sabtu malam namun dikatakan oleh Israel "masih berfungsi".

Adapun Teheran mengatakan operasi tersebut merupakan pembalasan atas serangan tanggal 1 April terhadap konsulatnya di Suriah, yang menewaskan komandan senior militer Iran.

Militer Israel mengatakan lebih dari 300 drone dan rudal diluncurkan ke Israel. Dikatakan bahwa hampir semuanya dijatuhkan oleh pasukannya, dengan dukungan dari AS, Inggris, Prancis dan negara-negara lain, sebelum mencapai target mereka. Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dan Israel mengatakan kerusakannya terbatas.

Para pemimpin dunia mendesak kita untuk menahan diri di tengah kekhawatiran akan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

Presiden AS Joe Biden berbicara dengan Netanyahu setelah peluncuran serangan Iran dan menegaskan kembali "komitmen kuat Amerika terhadap keamanan Israel".

Namun pada hari Minggu (14/4) AS mengatakan kepada Israel bahwa mereka tidak akan ikut serta dalam serangan balik terhadap Iran, menurut seorang pejabat senior Gedung Putih.

"Kami berkomitmen terhadap gencatan senjata yang akan memulangkan para sandera dan mencegah konflik meluas lebih jauh lagi," kata Biden pada hari Senin (15/4).

3 dari 4 halaman

Inggris Minta Semua Pihak Kendalikan Diri

Semuanya berawal dari serangan bersenjata pimpinan Hamas menyerang komunitas Israel pada tanggal 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sekitar 250 orang di Jalur Gaza. Israel menanggapinya dengan serangan udara dan darat, dan lebih dari 33.000 orang, sebagian besar warga sipil, tewas di Gaza, menurut otoritas kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.

Adapun guna mengatasi ketegangan Iran-Israel di Parlemen Inggris pada hari Senin (15/4), Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak meminta "semua pihak" untuk "menunjukkan pengendalian diri". Dia menambahkan bahwa dia akan berbicara dengan Netanyahu untuk menyatakan solidaritas dan mendiskusikan bagaimana mencegah “eskalasi lebih lanjut”.

Secara terpisah pada hari Senin (15/4), kekerasan terus meningkat di Tepi Barat yang diduduki setelah pembunuhan seorang remaja Israel, Benjamin Achimeir.

Dia membawa sekawanan domba untuk digembalakan dari pos terdepan pemukim dekat Ramallah ketika dia hilang pada Jumat pekan lalu. Pasukan Pertahanan Israel kemudian menemukan mayatnya.

Pemerintah Israel mengatakan dia adalah korban "serangan teroris".

AS mengutuk kekerasan balasan yang dilakukan pemukim Israel, termasuk pembunuhan dua pemuda Palestina, Jihad Abu Aliya dan Omar Ahmad Abdulghani Hamed.

Pada hari Senin, Israel mengatakan akan menyelidiki pembunuhan dua warga Palestina lagi di dekat kota Nablus, yang tampaknya dilakukan oleh pemukim Israel.

4 dari 4 halaman

Serangan Iran ke Israel Belum Pernah Terjadi Sebelumnya

Sabtu, 13 April 2024, menandai sejarah baru dalam permusuhan Iran dan Israel. Hari itu, terjadi serangan langsung pertama Iran terhadap Israel.

"Pada hari ini (14/4), Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran dalam hal menjalankan hak wajarnya untuk membela diri seperti yang diatur dalam Pasal 51 Piagam PBB dan sebagai tanggapan pembalasan terhadap agresi militer berulang-ulang rezim zionis, di mana menyebabkan kesyahidan para penasihat militer resmi Iran yang secara resmi hadir di Suriah atas undangan pemerintah Suriah dan beraktivitas di sana; serangkaian serangan militer dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Iran terhadap pangkalan militer rezim zionis," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Iran yang diterima Liputan6.com pada Minggu.

Iran menyatakan serangan tersebut merupakan balasan atas serangan militer Israel terhadap fasilitas diplomatik Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April. Dari tujuh pejabat Iran yang tewas, dua di antaranya adalah jenderal.

"Republik Islam Iran menggunakan kesempatan ini untuk menekankan kembali kepatuhannya terhadap prinsip-prinsip dan tujuan Piagam PBB serta hukum internasional. Begitu juga Iran menegaskan tekad tegasnya untuk mempertahankan kedaulatan, integritas, wilayah, dan kepentingan nasionalnya terhadap berbagai bentuk penggunaan ilegal kekuatan dan agresi," sebut Kemlu Iran.

"Tindakan defensif Republik Islam Iran dalam menjalankan haknya untuk membela diri menunjukkan pendekatan bertanggung jawab Iran terhadap perdamaian dan keamanan regional dan internasional pada saat tindakan ilegal dan genosida yang dilakukan oleh rezim apartheid zionis terhadap bangsa Palestina dan agresi militer terhadap pemerintah negara-negara di kawasan dengan tujuan memperluas api peperangan terus dilakukan rezim zionis."

Kemlu Iran menambahkan, "Apa bila diperlukan maka Republik Islam Iran tidak akan ragu untuk mengambil tindakan yang lebih defensif untuk melindungi kepentingan sahnya dari tindakan militer agresif dan penggunaan kekuatan ilegal."

Mengutip NPR, seorang pejabat senior militer Iran menyatakan "operasi" terhadap Israel telah berakhir dan tidak akan ada lagi serangan yang terjadi.

Sementara itu, dilansir BBC, Israel melalui menteri kabinet perangnya, Benny Gantz dilaporkan mempertimbangkan respons atas serangan Iran pada waktu yang tepat.

Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari seperti dilansir AP menuturkan Iran meluncurkan lebih dari 300 rudal dan drone peledak, namun 99 persen di antaranya berhasil dicegat dengan bantuan sekutu.

Menyebut hasil itu sebagai keberhasilan strategis yang sangat signifikan, Hagari merinci Iran menembakkan 170 drone peledak, lebih dari 30 rudal jelajah, dan lebih dari 120 rudal balistik. Dari jumlah tersebut, beberapa rudal balistik mencapai wilayah Israel, menyebabkan kerusakan kecil pada pangkalan udara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini