Sukses

Larang Siaran Al Jazeera di Israel, PM Benjamin Netanyahu: Saluran Teroris

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pada Senin (1/4), bersumpah akan melarang siaran kantor berita tersebut di negaranya.

Liputan6.com, Tel Aviv - Siaran kantor berita Al Jazeera di Israel jadi sasaran pemblokiran.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pada Senin (1/4), bersumpah akan melarang siaran kantor berita tersebut di negaranya.

"Saluran teroris Al Jazeera tidak akan lagi disiarkan dari Israel. Saya berniat segera bertindak sesuai undang-undang baru untuk menghentikan kegiatan saluran tersebut," kata PM Benjamin Netanyahu melalui platform X seperti dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (3/4/2024).

Sebelumnya pada hari Senin (1/4) juga, parlemen Israel meloloskan undang-undang yang memungkinkan pemerintah menutup kantor berita asing yang dianggap mengancam keamanan negara.

Disahkan 70:10 Suara

Langkah yang disahkan dengan suara 70 berbanding 10, memberi kewenangan kepada perdana menteri dan menteri komunikasi untuk menutup jaringan media asing di Israel jika mereka dianggap mengancam keamanan negara tersebut. Melalui undang-undang itu, media yang ditargetkan juga dapat dilarang untuk melakukan siaran dari Israel.

Benjamin Netanyahu kemudian mengumumkan pada hari Senin itu bahwa ia akan mengembalikan upaya untuk menutup saluran berita itu di Israel.

Gedung Putih menyebut sumpah PM Israel Benjamin Netanyahu untuk melarang saluran tersebut sebagai sesuatu yang memprihatinkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Al Jazeera Kecam Pernyataan PM Benjamin Netanyahu

Dalam pernyataannya, Al Jazeera yang berbasis di Doha mengutuk pengumuman yang disampaikan oleh Netanyahu itu.

“Al Jazeera kembali mengingatkan bahwa fitnah seperti itu tidak akan menghalangi kami untuk terus melanjutkan liputan kami yang tajam dan profesional, dan mendapatkan hak untuk membawanya ke jalur hukum,” tulis media tersebut.

Mohamed Moawad, redaktur pelaksana Al Jazeera, mengatakan pernyataan Netanyahu tersebut dan juga kemungkinan pelarangan bagi medianya di Israel semakin menunjukkan serangan yang luas terhadap kebebasan pers.

“Kami tidak bekerja untuk memuaskan siapapun, dan itulah jurnalisme,” ujar Moawad kepada VOA dari Doha.

Menteri Komunikasi Israel Shlomo Karhi sebelumnya menyebut Al Jazeera sebagai "corong propaganda" bagi Hamas dan menuduh kantor berita Qatar itu membuka potensi serangan terhadap tentara Israel dari Gaza.

 

3 dari 4 halaman

Kelompok Kebebasan Pers Kutuk Upaya Pemerintah Isreal Tutup Kantor Berita Al Jazeera di Israel.

Kelompok kebebasan pers mengutuk upaya pemerintah Isreal untuk menutup kantor berita Al Jazeera di Israel.

Koordinator Program Timur Tengah dan Afrika Utara dari Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) Sherif Mansour mengatakan melalui pernyataan tertulisnya pada bulan Oktober 2023 lalu bahwa mereka “sangat prihatin atas ancaman para pejabat Israel untuk menyensor liputan media mengenai konflik Israel-Gaza yang sedang berlangsung, dengan menggunakan tuduhan yang tidak jelas dan merusak moral nasional."

4 dari 4 halaman

Warga Palestina di Malaysia Trauma Usai Terima Ancaman dari Oknum Israel

Sementara itu, seorang warga Palestina yang berdomisili di Malaysia mengaku masih trauma setelah mendapat ancaman dari beberapa oknum Israel yang mengancam keselamatannya.

Yousuf Abuasssi (28) bersama istri dan anaknya sebelumnya tinggal di sebuah rumah namun memutuskan untuk melapor ke polisi atas ancaman tersebut, dikutip dari laman sinardaily, Selasa (242024).

"Insya Allah saya akan membuat laporan ke Kepolisian Kerajaan Malaysia di Bukit Aman dan mereka juga sudah menghubungi saya untuk memberikan informasi mengenai hal tersebut," kata Abuasssi. 

"Sejauh ini saya satu-satunya yang mendapat ancaman seperti itu karena saya berani bersuara di media sosial tentang penderitaan warga Gaza," ujarnya.

Aktivis Gaza itu mengatakan, dirinya sudah enam kali dihubungi oleh beberapa warga Israel karena sering mengunggah postingan tentang penindasan di negaranya.

Yousuf mengatakan bahwa dirinya dituduh dibayar oleh Hamas untuk membeberkan kebrutalan rezim Zionis melalui media sosial, sehingga platform Instagram dan TikTok miliknya diblokir.

Ditanya apakah dirinya sudah menghubungi pihak lain untuk meminta bantuan dan perlindungan, Yousuf mengatakan, sejauh ini ia belum melakukannya karena mengkhawatirkan keselamatan keluarga.

“Dua bulan lalu, saya dihubungi oleh seseorang yang menggunakan nomor Rusia, namun yang berbicara kepada saya adalah orang Melayu."

“Dia menanyakan lokasi saya untuk mengumpulkan informasi, tapi istri saya tidak mengizinkannya. Saya memblokirnya setelah bilang sedang mencari saya,” ujarnya.

Baru-baru ini, media memberitakan bahwa polisi menangkap seorang pria Israel bersama enam senjata api dan 200 peluru di sebuah hotel di Jalan Ampang, Kuala Lumpur.

Selengkapnya di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini