Sukses

Pemilu Rusia yang Akan Dimenangkan Vladimir Putin Diwarnai Tudingan Sabotase Ukraina dan Serangan Drone

Rusia menggelar pemungutan suara yang telah dilakukan di 11 zona waktunya. Adapun Presiden Rusia Vladimir Putin mencalonkan diri untuk masa jabatan kelima.

Liputan6.com, Moskow - Rusia menggelar pemungutan suara yang telah dilakukan di 11 zona waktunya. Pemilu Rusia di timur jauh, yang terjauh adalah Petropavlovsk-Kamchatka kabarnya sudah selesai.

Titik paling barat adalah daerah kantong Kaliningrad, tempat pemungutan suara akan dilanjutkan hingga pukul 20:00 waktu setempat (18:00 GMT).

Pemungutan suara juga terjadi di Krimea, yang dianeksasi secara ilegal oleh Rusia pada tahun 2014.

Dan untuk pertama kalinya, laporan CNN menyebut bahwa pemungutan suara diadakan di wilayah Ukraina yang diduduki pasukan Rusia, dan wilayah tersebut berada di bawah hukum Rusia.

Pemungutan suara akan berakhir di Kaliningrad, zona waktu paling barat Rusia, pada pukul 18:00 GMT dan exit poll diperkirakan akan diumumkan segera setelah itu.

Sebuah konser di Red Square diadakan pada hari Senin untuk memperingati 10 tahun aneksasi semenanjung Krimea oleh Rusia – sebuah acara yang juga diharapkan menjadi perayaan kemenangan Vladimir Putin.

Momen pemungutan suara yang berlangsung selama tiga hari itu terganggu oleh meningkatnya pemboman Ukraina yang fatal, serangan ke wilayah Rusia oleh kelompok sabotase pro-Ukraina, dan vandalisme di tempat pemungutan suara.

Pertahanan udara di delapan wilayah Rusia termasuk Moskow menembak jatuh 35 kendaraan udara tak berawak, salah satunya memicu kebakaran di kilang minyak, kata pihak berwenang.

"Drone Kamikaze" juga memicu kebakaran di tempat pemungutan suara di wilayah Zaporizhzhia Ukraina yang dikuasai Rusia pada hari Minggu (17/3/2024), namun tidak menimbulkan korban jiwa, kata pejabat yang dilantik di Moskow, Vladimir Rogov seperti dikutip dari AFP.

Aksi protes berulang kali terjadi pada hari-hari pertama pemungutan suara, dengan serentetan penangkapan warga Rusia yang dituduh menuangkan pewarna ke dalam kotak suara atau melakukan pembakaran.

Vladimir Putin Mencalonkan Diri untuk Masa Jabatan Kelima

Adapun Presiden Rusia Vladimir Putin mencalonkan diri untuk masa jabatan kelima.

Meskipun nama Putin bukan satu-satunya nama yang tercantum dalam surat suara pemilihan presiden, tidak ada keraguan bahwa ia akan keluar sebagai pemenang.

Kremlin telah membersihkan lanskap politik, menghilangkan segala calon penantang bagi orang yang telah memerintah Rusia, sebagai presiden atau perdana menteri, selama hampir seperempat abad.

 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Periode Sulit Versi Putin

Menurut AFP, Vladimir Putin yang berusia 71 tahun, mantan agen KGB, telah berkuasa sejak hari terakhir tahun 1999 dan akan memperluas kekuasaannya atas negara tersebut setidaknya hingga tahun 2030.

Jika dia menyelesaikan masa jabatan Kremlin lagi, dia akan berkuasa lebih lama dibandingkan pemimpin Rusia mana pun sejak Catherine the Great (Catherine yang Agung) pada abad ke-18.

Dia mencalonkan diri tanpa lawan yang nyata, setelah melarang dua kandidat yang menentang konflik di Ukraina.

Kremlin telah menjadikan pemilu ini sebagai kesempatan bagi warga Rusia untuk menunjukkan bahwa mereka berada di balik serangan terhadap Ukraina, di mana pemungutan suara juga dilakukan di wilayah yang dikuasai Rusia.

Dalam pidato pra-pemilu pada hari Kamis (14/3), Vladimir Putin mengatakan Rusia sedang melalui "masa sulit".

"Kita harus terus bersatu dan percaya diri," katanya, seraya menggambarkan pemilu sebagai cara bagi warga Rusia untuk menunjukkan "perasaan patriotik" mereka.

3 dari 4 halaman

Pemilu Sebulan Usai Kematian Oposisi Alexei Navalny

Sebelum kematiannya di penjara Arktik bulan lalu, pemimpin oposisi Alexei Navalny, yang menggalang demonstrasi massal anti-Putin, mendesak warga Rusia untuk melakukan protes pada hari Minggu.

Jandanya, Yulia Navalnaya, mengutip AFP, telah mengulangi seruannya menjelang pemilu dan mengatakan para pengunjuk rasa harus hadir dalam jumlah besar pada saat yang sama untuk membanjiri tempat pemungutan suara.

Dia menyerukan para pengunjuk rasa untuk merusak surat suara dengan menulis "Navalny" pada surat tersebut, atau memilih kandidat selain Putin.

Setiap perbedaan pendapat publik di Rusia telah dihukum berat sejak dimulainya serangan Moskow di Ukraina pada 24 Februari 2022 dan terdapat peringatan berulang kali dari pihak berwenang terhadap protes pemilu.

Oposisi Rusia telah meminta masyarakat untuk datang ke tempat pemungutan suara pada tengah hari (09:00 GMT), yang mereka harap akan menjadi unjuk kekuatan sah melawan Putin.

Seorang warga Moskow berusia 20-an mengatakan kepada AFP bahwa dia akan mengambil bagian dalam protes pada siang hari di ibu kota, "hanya untuk melihat wajah-wajah muda yang mendukung... merasakan dukungan di sekitar saya, dan melihat cahaya di terowongan gelap ini."

Pria tersebut, yang menolak menyebutkan namanya karena alasan keamanan, mengatakan ia berharap demonstrasi tersebut akan menunjukkan kepada pihak berwenang "bahwa ada orang-orang di negara ini yang menentang konflik... melawan rezim."

4 dari 4 halaman

Dikecam Ukraina, Disebut Pemilu Lelucon

 

 

Ukraina telah berulang kali mengecam pemilu tersebut sebagai pemilu yang tidak sah dan hanya sebuah “lelucon”, dan Kementerian Luar Negeri Ukraina telah mendesak sekutu-sekutu Barat untuk tidak mengakui hasil pemilu tersebut.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, serta lebih dari 50 negara anggota, mengecam Moskow karena mengadakan pemungutan suara di beberapa bagian Ukraina. Guterres mengatakan bahwa “percobaan aneksasi ilegal” terhadap wilayah tersebut “tidak sah” berdasarkan hukum internasional.

Menjelang pemilu, media pemerintah Rusia telah menyoroti kemajuan yang terjadi baru-baru ini dan menggambarkan konflik tersebut sebagai perjuangan untuk bertahan hidup melawan serangan dari Barat.

Moskow telah berusaha untuk memanfaatkan keunggulannya di garis depan ketika perpecahan mengenai dukungan militer Barat terhadap Ukraina telah menyebabkan kekurangan amunisi, meskipun Kyiv mengatakan pihaknya telah berhasil menghentikan kemajuan Rusia untuk saat ini.

Di Ukraina, serangan rudal Rusia di kota pelabuhan Laut Hitam Odesa pada hari Jumat (15/3) menewaskan 21 orang termasuk pekerja penyelamat yang merespons serangan awal – sebuah serangan yang digambarkan oleh Presiden Volodymyr Zelenskyy sebagai "keji".

Di pihak Rusia, tentara telah melaporkan upaya berulang kali yang dilakukan kelompok sabotase Ukraina untuk menyeberang ke Rusia.

Gubernur di wilayah Belgorod pada hari Sabtu (16/3) memutuskan bahwa pusat perbelanjaan dan sekolah akan ditutup selama dua hari di kota utama Belgorod dan distrik sekitarnya menyusul serangan baru-baru ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini