Sukses

PBB: Tank Israel Bunuh Jurnalis Reuters Issam Abdallah di Lebanon Oktober 2023

Laporan PBB mengatakan serangan tank Israel menewaskan Reporter Reuters, Issam Abdallah.

Liputan6.com, Gaza - Investigasi PBB menyimpulkan bahwa sebuah tank Israel membunuh reporter Reuters Issam Abdallah di Lebanon pada Oktober 2023 lalu, setelah tank tersebut menembaki sekelompok "jurnalis yang dapat diidentifikasi dengan jelas" yang melanggar hukum internasional, menurut sebuah laporan oleh Reuters.

Investigasi UN Interim Force in Lebanon (UNIFIL) atau Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) mengatakan bahwa tank tersebut menembakkan dua peluru 120 mm ke arah wartawan, dan mengatakan personelnya tidak mencatat adanya baku tembak antara Israel dan Lebanon selama lebih dari 40 menit sebelum tank Israel menembak para jurnalis.

"Penembakan terhadap warga sipil, dalam hal ini jurnalis yang dapat diidentifikasi dengan jelas, merupakan pelanggaran terhadap UNSCR 1701 (2006) dan hukum internasional," kata laporan UNIFIL seperti dikutip dari middleeasteye.net, Kamis (14/3/2024).

Dalam investigasi PBB menyoroti kemungkinan serangan Israel pada 13 Oktober terhadap sekelompok jurnalis di Lebanon selatan yang dapat dicegah, yang menyebabkan kematian seorang reporter Reuters, laporan PRESS TV menyebut bahwa serangan tersebut terdiri dari dua serangan tank yang merenggut nyawa jurnalis visual Reuters, Issam Abdallah yang berusia 37 tahun. Serangan itu juga melukai enam jurnalis lainnya, termasuk fotografer Agence France-Presse (AFP) Christina Assi, 28, di dekat Desa Alma al-Chaab, Lebanon. Assi kemudian diamputasi kakinya.

Serangan tersebut, menurut investigasi UNIFIL, “merupakan pelanggaran terhadap UNSCR 1701 dan hukum internasional, mengacu pada Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang mengakhiri serangan militer Israel selama 33 hari terhadap negara tersebut pada musim panas tahun 2006."

Laporan investigasi UNIFIL setebal tujuh halaman tertanggal 27 Februari tersebut menyatakan lebih lanjut, “Dinilai tidak terjadi baku tembak di Garis Biru (Blue line atau garis demarkasi antara Israel dan Lebanon) pada saat kejadian," mengacu pada garis sementara yang ditarik setelah mundurnya rezim Israel dari Israel. Lebanon selama perang sebelumnya pada tahun 2000.

"Alasan serangan terhadap jurnalis tersebut tidak diketahui," tambah penyelidikan tersebut.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

133 Jurnalis Terbunuh Sejak 7 Oktober 2023

Setidaknya 133 jurnalis dan pekerja media telah terbunuh sejak 7 Oktober, ketika rezim Israel melancarkan perang genosida terhadap Jalur Gaza yang sejauh ini telah merenggut nyawa 31.300 warga Gaza, sebagian besar dari mereka adalah perempuan, anak-anak, dan remaja.

Rezim Israel juga telah melancarkan serangan sporadis di Lebanon selatan sejak awal peperangan.

3 dari 4 halaman

Respons Jubir IDF Soal Penembakan Jurnalis Reuters

Ditanya tentang laporan UNIFIL, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Nir Dinar mengatakan Hizbullah telah menyerang IDF di dekat Kibbutz Hanita pada 13 Oktober. Hizbullah membalas dengan tembakan artileri dan tank untuk menghilangkan ancaman tersebut dan kemudian menerima laporan bahwa jurnalis telah terluka.

“IDF menyesalkan adanya kerugian yang dialami pihak-pihak yang tidak terlibat, dan tidak dengan sengaja menembak warga sipil, termasuk jurnalis,” kata Dinar. “IDF menganggap kebebasan pers sebagai hal yang paling penting dan mengklarifikasi bahwa berada di zona perang itu berbahaya.”

Dia mengatakan Mekanisme Pencarian Fakta dan Penilaian Staf Umum, yang bertanggung jawab meninjau kejadian luar biasa, akan terus memeriksa insiden tersebut.

Menurut situs IDF, tim pencari fakta menyerahkan tinjauannya ke departemen hukum militer, yang akan memutuskan apakah suatu kasus memerlukan penyelidikan kriminal.

Sejak tanggal 8 Oktober, pasukan pimpinan Hizbullah telah menyerang komunitas dan pos militer Israel di sepanjang perbatasan hampir setiap hari, dan kelompok tersebut mengatakan bahwa mereka melakukan hal tersebut untuk mendukung Gaza selama perang Israel melawan kelompok teror Hamas.

Serangan tersebut telah menarik tanggapan harian Israel. Namun, sebagian besar bentrokan terjadi di daerah dekat perbatasan.

Menurut perkiraan IDF, lebih dari 300 anggota Hizbullah telah terbunuh, termasuk lima komandan senior, dan 750 lainnya terluka akibat serangan Israel. Hizbullah mengklaim 244 anggotanya terbunuh.

40 anggota kelompok teror lainnya juga tewas dalam serangan di Lebanon selatan, serta seorang tentara Lebanon dan setidaknya 30 warga sipil, tiga di antaranya adalah jurnalis.

Baku tembak di sepanjang perbatasan telah menyebabkan tujuh kematian warga sipil di pihak Israel serta kematian 10 tentara dan cadangan IDF.

4 dari 4 halaman

Reuters Tuntut Tanggung Jawab Israel

Pemimpin Redaksi Reuters Alessandra Galloni telah meminta Israel untuk menjelaskan bagaimana serangan yang menewaskan Abdallah, 37 tahun, bisa terjadi, dan meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab.

Laporan UNIFIL telah dikirim ke PBB di New York pada tanggal 28 Februari dan telah dibagikan kepada militer Lebanon dan Israel, kata dua orang yang mengetahui masalah tersebut.

“IDF harus melakukan penyelidikan atas insiden tersebut dan melakukan peninjauan penuh terhadap prosedur mereka pada saat itu untuk menghindari terulangnya kembali,” kata laporan itu dalam rekomendasinya. “IDF harus membagikan temuan penyelidikan mereka dengan UNIFIL.”

Untuk penyelidikannya, UNIFIL mengirimkan tim untuk mengunjungi lokasi tersebut pada tanggal 14 Oktober, dan juga menerima kontribusi dari Angkatan Bersenjata Lebanon dan dari seorang saksi yang tidak disebutkan namanya yang hadir di bukit ketika serangan terjadi, kata laporan tersebut.

Rincian insiden di wilayah operasi UNIFIL dimasukkan dalam laporan berkala oleh Sekretaris Jenderal PBB mengenai implementasi resolusi Dewan Keamanan 1701. Namun, investigasi UNIFIL biasanya tidak dipublikasikan, dan Reuters tidak dapat menentukan apakah akan adatindak lanjut PBB.​

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini