Sukses

Kelompok Pramuka di AS Terima Kecaman Usai Galang Dana untuk Anak-anak Gaza

Kelompok pramuka di Mussouri galang dana bagi anak-anak Gaza. Tapi malah menerima kecaman.

Liputan6.com, Washington D.C - Cabang kelompok pramuka bagi anak-anak perempuan di Missouri yang membuat gelang untuk mengumpulkan dana bagi anak-anak di Gaza dan diperintahkan untuk menghentikan produksinya, dan diancam dengan tindakan hukum oleh para pemimpin pramuka regional.

Pihak Girl Scouts of the USA sebelumnya mengatakan cabangnya di Missouri bagian timur hanya mengikuti aturan penggalangan dana, namun mereka "kecewa dan sedih dengan nada" komunikasi yang terjalin dengan gugus pramuka di St. Louis, dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (7/3/2024).

Pernyataan tersebut memicu kemarahan dan cemoohan dari para pendukung pramuka perempuan itu dan pembela warga Palestina yang terjebak di wilayah kantong akibat krisis kemanusiaan terbaru.

"Kami merasa kami menjadi target, diremehkan secara sewenang-wenang dan tidak didengar," kata Nawal Abuhamdeh, generasi pertama dari Muslim keturunan Palestina-Amerika dan juga pemimpin kelompok 149 di St. Louis, yang mana telah dibubarkan dari gugus pramuka wilayah tersebut.

Sementara itu, penjualan gelang telah mengumpulkan lebih dari US$10,000.

Mereka menggalang dana untuk Palestine Children's Relief Fund, Dana Bantuan untuk Anak-anak Palestina, sebuah badan amal yang berbasis di AS yang secara historis membantu anak-anak yang membutuhkan untuk melakukan perjalanan ke Amerika Serikat untuk mendapatkan perawatan medis. Sejak perang terakhir di Gaza dimulai, fokusnya beralih pada penyediaan makanan, obat-obatan, pakaian dan bantuan kemanusiaan.

Girl Scouts of Eastern Missouri sebelumnya mengirimkan email kepada kelompok 149 pada bulan lalu, mengancam mereka akan membawa kasus tersebut ke jalur hukum jika kelompok itu terus menjual gelang untuk penggalangan dana itu, menurut Dewan Hubungan Islam-Amerika cabang Missouri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

WHO: Anak-Anak di Gaza Meninggal Akibat Kelaparan

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut anak-anak di Gaza Utara sekarat karena kelaparan.

"Temuan suram dalam kunjungan WHO ke Rumah Sakit Al-Awda dan Kamal Adwan di Gaza Utara: tingkat malanutrisi yang parah, anak-anak sekarat karena kelaparan, kekurangan bahan bakar, makanan dan pasokan medis, gedung rumah sakit hancur," tulis Ghebreyesus di platform X alias Twitter.

"Kunjungan pada akhir pekan ini adalah yang pertama sejak awal Oktober 2023 meskipun kami berupaya mendapatkan akses yang lebih teratur ke bagian Gaza Utara. Situasi di Rumah Sakit Al-Awda sangat memprihatinkan karena salah satu bangunannya hancur."

Ghebreyesus mengabarkan lebih lanjut, "Rumah Sakit Kamal Adwan adalah satu-satunya rumah sakit anak di Gaza Utara dan kewalahan menampung pasien. Kurangnya makanan mengakibatkan kematian 10 anak. Kurangnya listrik menimbulkan ancaman serius terhadap perawatan pasien, terutama di area kritis seperti unit perawatan intensif dan unit neonatal."

"Kami berhasil mengirimkan 9.500 liter bahan bakar ke setiap rumah sakit dan beberapa pasokan medis penting. Ini adalah sebagian kecil dari kebutuhan mendesak untuk menyelamatkan nyawa."

Dia menambahkan, "Kami mengimbau Israel memastikan bantuan kemanusiaan dapat disalurkan dengan aman dan teratur. Warga sipil, terutama anak-anak, dan staf kesehatan memerlukan bantuan yang lebih besar segera. Namun, obat utama yang dibutuhkan semua pasien ini adalah perdamaian. Gencatan senjata."

Otoritas kesehatan Gaza sendiri melaporkan pada Minggu (3/3/2024), setidaknya 15 anak meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi di Rumah Sakit Kamal Adwan. Sementara itu, kantor berita Palestina, Wafa, mengabarkan pada Senin (4/3), anak ke-16 meninggal pada Minggu di sebuah rumah sakit di Rafah.

3 dari 3 halaman

Akibat Ulah Manusia

PBB pekan lalu memperingatkan bahwa kelaparan di Jalur Gaza hampir tidak bisa dihindari.

Seorang pejabat senior bantuan PBB mengatakan bahwa setidaknya 576.000 orang di Jalur Gaza – seperempat dari populasi – menghadapi tingkat kerawanan pangan yang sangat parah dan satu dari enam anak di bawah usia dua tahun di wilayah utara menderita kekurangan gizi akut.

Direktur Regional UNICEF Adele Khodr juga telah bersuara. Dia mengatakan, "Kematian anak-anak yang kami khawatirkan telah terjadi menyusul kekurangan gizi melanda Jalur Gaza."

"Kematian tragis dan mengerikan ini disebabkan oleh ulah manusia, dapat diprediksi, dan sepenuhnya dapat dicegah," kata Adele.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.