Sukses

27 Februari 1892: Ikon Fesyen Dunia Louis Vuitton Meninggal di Usia 70 Tahun

Pendiri Louis Vuitton memiliki semangat tinggi dan merupakan seorang pekerja keras hingga akhirnya bisa menjadi ikon fesyen dunia di kalangan elit.

Liputan6.com, Paris - Siapa yang tak pernah dengan Louis Vuitton? Merek fesyen yang terkenal di seluruh dunia dengan harga yang relatif mahal itu pasti kerap Anda temui di sejumlah pusat perbelanjaan bergengsi, bahkan termasuk ketika Anda bepergian ke luar negeri.

Namun, tahukah Anda tentang siapa Louis Vuitton sebenarnya?

Singkatnya, ketika Napoleon menjabat sebagai Kaisar Prancis pada tahun 1852, istrinya mempekerjakan Louis Vuitton sebagai orang kepercayaannya terkait boks pengepakan barang. Hal ini kemudian menjadi pintu gerbang bagi Vuitton untuk menjangkau kelas elit dan mendapat pelanggan dari kalangan kerajaan.

Dilansir dari laman Biography, Selasa (27/2/2024), berikut adalah kisah perjalanan hidup Vuitton yang akhirnya meninggal 132 tahun lalu, tepatnya 27 Februari 1892.

Vuitton lahir pada tanggal 4 Agustus 1821, di Anchay, sebuah dusun kecil di wilayah Jura, wilayah yang bergunung-gunung dan berhutan lebat di Prancis timur.

Berasal dari keluarga kelas pekerja, nenek moyang Vuitton adalah tukang kayu, petani, dan pembuat topi. Sementara ayahnya Xavier, adalah seorang petani, dan ibunya, Coronne Gaillard, adalah seorang pembuat topi.

Ibu Vuitton meninggal ketika dia baru berusia 10 tahun, dan ayahnya segera menikah lagi. Menurut legenda, ibu tiri baru Vuitton sama kejam dan jahatnya dengan ibu tiri Cinderella dalam dongeng.

Memiliki sifat keras kepala dan kondisi yang membuatnya bermusuhan dengan sang ibu tiri, membuat Vuitton nekat kabur ke ibu kota Paris yang lebih ramai.

Pada musim semi tahun 1835, ketika masih berusian 13 tahun, Vuitton pun meninggalkan rumahnya di Anchay dan berjalan kaki menuju Paris. Jarak dari Anchay ke Paris kira-kira sejauh 292 mil.

Dia melakukan perjalanan selama lebih dari dua tahun, mengambil pekerjaan serabutan untuk mencari makan sepanjang perjalanan dan tinggal di mana pun dia dapat menemukan tempat berlindung.

Vuitton pun berhasil tiba pada tahun 1837, pada usianya yang hampir 16 tahun.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Awal Karier

Di usianya yang masih remaja itu, Vuitton magang di bengkel pembuat kotak dan pengemas sukses bernama Monsieur Marechal. Di Eropa abad ke-19, pembuatan kotak dan pengepakan adalah kerajinan yang sangat terhormat.

Pembuat kotak dan pengepakan membuat semua kotak sesuai pesanan agar sesuai dengan barang yang mereka simpan.

Hanya butuh beberapa tahun bagi Vuitton untuk mendapatkan reputasi di kalangan kelas fesyen Paris sebagai salah satu praktisi kerajinan barunya yang terkemuka di kota itu.

Pada tanggal 2 Desember 1851, 16 tahun setelah Vuitton tiba di Paris, Louis-Napoleon Bonaparte melancarkan kudeta. Tepat satu tahun kemudian, ia mengambil gelar Kaisar Prancis dengan nama agung Napoleon III. Pendirian kembali Kekaisaran Perancis di bawah Napoleon III terbukti sangat menguntungkan bagi Vuitton muda.

Istri Napoleon III, Permaisuri Prancis, adalah Eugenie de Montijo, seorang bangsawan Spanyol. Setelah menikah dengan Kaisar, dia mempekerjakan Vuitton sebagai pembuat kotak dan pengepakan pribadinya dan menugaskannya untuk "mengemas pakaian terindah dengan cara yang sangat indah."

Hal itu menjadi titik balik Vuitton untuk menjangkau kelas elit dan klien dari kalangan kerajaan yang akan menggunakan jasanya.

3 dari 5 halaman

Tumbuh Pesat Jadi Pengusaha

Bagi Vuitton, tahun 1854 merupakan tahun yang penuh perubahan dan transformasi. Pada tahun itulah Vuitton bertemu dengan seorang gadis cantik berusia 17 tahun bernama Clemence-Emilie Parriaux.

Cicitnya, Henry-Louis Vuitton, kemudian menceritakan, "Dalam sekejap dia menukar rok kain dan sepatu hobnailed seorang pekerja dengan pakaian yang bagus untuk berkencan pada hari itu."

Vuitton dan Parriaux menikah pada musim semi itu, pada tanggal 22 April 1854. Beberapa bulan setelah pernikahannya, Vuitton meninggalkan toko Monsieur Marechal dan membuka bengkel pembuatan kotak dan pengepakannya sendiri di Paris.

Pada tahun 1858, empat tahun setelah membuka tokonya sendiri, Vuitton meluncurkan kotak pengepakan atau koper yang berbeda dari yang sudah ada.

Alih-alih dari kulit, kotak yang diciptakannya terbuat dari kanvas abu-abu yang lebih ringan, lebih tahan lama, dan lebih tahan terhadap air dan bau.

Namun, nilai jual utamanya adalah tidak seperti semua koper sebelumnya, yang berbentuk kubah, koper Vuitton berbentuk persegi panjang. Ini membuatnya dapat ditumpuk dan jauh lebih nyaman untuk dikirim melalui sarana transportasi baru seperti kereta api dan kapal uap.

Koper-koper tersebut langsung sukses secara komersial, dan kemajuan dalam transportasi serta perluasan perjalanan menyebabkan meningkatnya permintaan akan koper-koper buatan Vuitton.

Pada tahun 1859, untuk memenuhi permintaan barang bawaannya, ia memperluas bengkelnya ke bengkel yang lebih besar di Asnieres, sebuah desa di luar Paris. Bisnisnya berkembang pesat, dan Vuitton menerima pesanan pribadi tidak hanya dari keluarga kerajaan Prancis tetapi juga dari Isma'il Pasha, Khedive Mesir.

4 dari 5 halaman

Meluncur Jadi Merek Mewah

Namun, pada tahun 1870, bisnis Vuitton terganggu oleh pecahnya Perang Prancis-Prusia dan pengepungan Paris berikutnya, yang menyebabkan perang saudara berdarah yang menghancurkan Kekaisaran Prancis.

Ketika pengepungan akhirnya berakhir pada 28 Januari 1871, Vuitton kembali ke Asnieres dan menemukan desa tersebut hancur, membuat stafnya tersebar, peralatannya dicuri dan tokonya hancur.

Namun, bukan Vuitton namanya jika tidak memiliki sifat semangat besar seperti yang dilakukannya saat berjalan kaki dari kampung halamannya dulu. Ia pun segera berusaha keras untuk memulihkan bisnisnya.

Dalam beberapa bulan, ia berhasil membangun toko baru di alamt yang berbeda, 1 Rue Scribe.

Seiring dengan alamat baru tersebut, muncul juga fokus baru pada kemewahan. Terletak di jantung kota Paris yang baru, Rue Scribe adalah rumah bagi Jockey Club yang bergengsi dan memiliki nuansa yang jauh lebih aristokrat dibandingkan lokasi Vuitton sebelumnya di Asnieres.

Pada tahun 1872, Vuitton memperkenalkan desain bagasi baru yang menampilkan kanvas krem ​​dan garis-garis merah. Desain baru yang sederhana namun mewah menarik perhatian kaum elite baru Paris dan menandai dimulainya inkarnasi modern label Louis Vuitton sebagai merek mewah.

5 dari 5 halaman

Kematian Vuitton

Selama 20 tahun berikutnya, Vuitton terus beroperasi di 1 Rue Scribe, berinovasi dengan koper mewah dan berkualitas tinggi, hingga ia meninggal pada tanggal 27 Februari 1892, di usia 70 tahun.

Namun merek Louis Vuitton tidak ikut mati.

Di bawah kepemimpinan putranya Georges, yang menciptakan monogram LV perusahaan yang terkenal dan generasi Vuitton masa depan, merek Louis Vuitton kemudian tumbuh menjadi merek terkenal dunia dan bagian dari gaya hidup mewah yang bertahan hingga saat ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.