Sukses

Afrika Selatan Gelar Pemilu 29 Mei 2024, Survei Tunjukkan Dominasi ANC Goyah

ANC telah memenangkan setiap pemilu sejak tahun 1994 dengan perolehan suara mayoritas, namun dukungan terhadapnya perlahan-lahan berkurang dalam 20 tahun terakhir.

Liputan6.com, Cape Town - Afrika Selatan akan menggelar pemilu pada 29 Mei 2024. Presiden Cyril Ramaphosa (71) mengumumkan tanggal tersebut pada Selasa (20/2) ketika negara dengan perekonomian paling maju di Afrika itu menghadapi banyak masalah di bawah partainya, Kongres Nasional Afrika (ANC). Hal tersebut mencakup tingginya angka pengangguran, krisis listrik, dan ketidakpercayaan pemilih yang meluas menyusul serangkaian tuduhan korupsi selama bertahun-tahun.

Beberapa jajak pendapat memperkirakan bahwa partai yang pernah dikagumi secara luas di seluruh dunia dan dipimpin oleh Nelson Mandela akan kehilangan suara di bawah 50 persen untuk pertama kalinya sejak partai tersebut memenangkan pemilu pertama yang melibatkan seluruh ras di Afrika Selatan pada tahun 1994, yang menandai lahirnya demokrasi pasca runtuhnya apartheid.

Jika kehilangan mayoritas, ANC perlu membentuk koalisi untuk tetap berada di pemerintahan dan mempertahankan Ramaphosa – anak didik Mandela – sebagai presiden untuk masa jabatan lima tahun kedua sekaligus terakhir. Afrika Selatan tidak pernah memiliki koalisi di tingkat nasional karena dominasi ANC.

Warga memilih partai dan bukan calon presiden dalam pemilu Afrika Selatan. Partai-partai kemudian diberi tempat di parlemen yang mempunyai 400 kursi sesuai dengan perolehan suara mereka dan anggota parlemen memilih presiden.

Presiden sendiri selalu berasal dari ANC karena mayoritas di parlemen.

ANC diperkirakan masih akan meraih suara terbanyak, namun sebuah jajak pendapat menunjukkan jumlah tersebut turun drastis menjadi kurang dari 40 persen.

Partai oposisi utama di Afrika Selatan, Aliansi Demokratik yang berhaluan tengah, sedang dalam pembicaraan mengenai pembentukan koalisi partai-partai oposisi yang bertujuan memaksa ANC keluar dari pemerintahan sepenuhnya, meskipun semua partai tersebut harus meningkatkan jumlah suara mereka secara signifikan untuk mendapatkan lebih dari 50 persen suara.

Ada pun partai terbesar ketiga, Pejuang Kemerdekaan Ekonomi (EFF) yang berhaluan kiri, tidak terlibat dalam koalisi oposisi. Namun, mereka mendapat lebih banyak dukungan dari ANC dan merupakan satu-satunya dari tiga partai utama yang meningkatkan perolehan suara mereka dalam pemilu terakhir.

"Pengumuman tanggal pemilu tersebut memulai hitungan mundur menuju momen bersejarah di mana Afrika Selatan memiliki kesempatan untuk menyelamatkan diri dari kegagalan ANC, korupsi, dan penguasaan negara selama 30 tahun," ujar pemimpin Aliansi Demokratik John Steenhuisen, seperti dilansir AP, Jumat (23/2).

Sementara itu, EFF mengatakan pemilu ini adalah kesempatan bagi seluruh warga Afrika Selatan untuk mengakhiri penderitaan sebagai sebuah negara di bawah pemerintahan partai berkuasa, ANC yang tidak kompeten, korup, dan salah arah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pernyataan Presiden Ramaphosa

Pemungutan suara tahun ini akan menjadi pemilu ketujuh yang sepenuhnya demokratis di Afrika Selatan. Sebelum tahun 1994, orang kulit hitam tidak diperbolehkan memilih.

"Selain memenuhi kewajiban konstitusional kita, pemilu mendatang juga merupakan perayaan perjalanan demokrasi kita dan penentuan masa depan yang kita semua dambakan," ujar Ramaphosa.

"Saya menyerukan kepada seluruh warga Afrika Selatan untuk menggunakan hak demokratis mereka untuk memilih dan bagi mereka yang akan berkampanye untuk melakukannya secara damai, dengan tetap mematuhi hukum."

3 dari 3 halaman

Pengaruh Krisis Listrik

ANC telah memenangkan setiap pemilu sejak tahun 1994 dengan perolehan suara mayoritas, namun dukungan terhadapnya perlahan-lahan berkurang dalam 20 tahun terakhir. Fenomena mencolok terjadi pada pemilihan kepala daerah pada tahun 2021, ketika ANC turun di bawah 50 persen.

Masyarakat Afrika Selatan saat ini dihadapkan dengan perekonomian yang bermasalah dan tingkat pengangguran yang mencapai lebih dari 30 persen, yang merupakan angka tertinggi di dunia. Tingkat pengangguran di kalangan generasi muda berusia antara 15-24 tahun berada pada angka 59 persen.

Periode korupsi yang merajalela di bawah kepemimpinan mantan Presiden Jacob Zuma pada tahun 2009-2018 mengikis reputasi partai tersebut. Afrika Selatan juga sedang berjuang melawan meningkatnya tingkat kejahatan dengan kekerasan dan kemiskinan yang meluas.

Ramaphosa cukup berhasil membersihkan ANC yang tercemar korupsi setelah pertama kali terpilih sebagai presiden pada tahun 2019, namun krisis listrik yang menyebabkan pemadaman listrik mencapai rekor tertinggi tahun lalu telah sangat merugikan popularitasnya.

Dalam pemilu 2024, warga Afrika Selatan juga akan memilih susunan badan legislatif provinsi di sembilan provinsi di negara tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini