Sukses

Permohonan Ibu Alexei Navalny ke Putin: Bebaskan Jenazahnya Agar Bisa Dikubur Selayaknya Manusia

Alexei Navalny, yang merupakan lawan politik Vladimir Putin dilaporkan meninggal di penjara di Kharp, Arktik, pada Jumat (16/2), setelah pingsan dan tak kunjung sadar saat jalan-jalan.

Liputan6.com, Moskow - Ibu dari mendiang pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny pada Selasa (20/2/2024) meminta Presiden Vladimir Putin untuk campur tangan dan menyerahkan jenazah putranya kepadanya, sehingga dia dapat menguburkannya dengan bermartabat.

Lyudmila Navalnaya telah berusaha mendapatkan jenazah Alexei Navalny sejak Sabtu (17/2). Namun, sejauh ini nihil. Lawan politik Putin itu dilaporkan meninggal di penjara di Kharp, Arktik, pada Jumat (16/2), setelah pingsan saat jalan-jalan.

"Sudah hari kelima dan saya tidak bisa melihatnya. Mereka tidak mau menyerahkan jenazahnya kepada saya. Mereka bahkan tidak memberi tahu saya di mana dia berada," kata Lyudmila, seperti dilansir AP, Rabu (21/2).

"Saya memanggil Anda, Vladimir Putin. Penyelesaian masalah ini sepenuhnya bergantung pada Anda. Izinkan saya melihat anak saya terakhir kalinya. Saya menuntut agar jenazah Alexei segera dibebaskan agar saya bisa menguburkannya selayaknya manusia."

Pihak berwenang Rusia mengatakan penyebab kematian Alexei Navalny masih belum diketahui. Menurut anggota tim Alexei Navalny, mereka menolak melepaskan jenazahnya selama dua pekan ke depan saat pemeriksaan awal berlanjut.

Mereka menuduh tindakan pemerintah menunda-nunda adalah upaya menyembunyikan bukti. Pada Senin (19/2), janda Alexei Navalny, Yulia Navalnaya, merilis video yang menuduh Putin membunuh suaminya dan menuduh penolakan untuk melepaskan jenazahnya adalah bagian dari upaya menutup-nutupi.

"Mereka pengecut dan kejam menyembunyikan jenazahnya, menolak memberikannya kepada ibunya dan berbohong dengan menyedihkan," kata Yulia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bantahan Kremlin

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menolak tuduhan menutup-nutupi penyebab kematian Alexei Navalny.

"Tuduhan tersebut sama sekali tidak berdasar dan kurang ajar terhadap kepala negara Rusia," kata dia.

Putin belum berkomentar secara terbuka mengenai kematian Alexei Navalny. Pada Senin, dia menandatangani dekrit yang mempromosikan sejumlah pejabat penegak hukum dan militer, termasuk Valery Boyarinev, wakil kepala pertama Lembaga Pemasyarakatan Negara.

Boyarinev, yang menerima pangkat kolonel jenderal, dituduh tim Alexei Navalny memerintahkan pembatasan terhadap pemimpin oposisi tersebut.

Peskov membantah ada hubungan antara kematian Alexei Navalny dan pangkat baru Boyarinev.

Kematian Alexei Navalny telah membuat oposisi Rusia kehilangan politikus paling terkenal dan inspiratif kurang dari sebulan sebelum pemilu yang hampir pasti akan memberi Putin enam tahun lagi kekuasaan. Banyak warga Rusia yang memandang Alexei Navalny sebagai harapan langka bagi perubahan politik di tengah tindakan keras Putin yang tak henti-hentinya terhadap oposisi.

Dalam videonya pada Senin, Yulia bersumpah akan melanjutkan perjuangannya melawan Kremlin.

"Dengan membunuh Alexei, Putin membunuh separuh diri saya, separuh hati saya, dan separuh jiwa saya," tutur Yulia.

"Tapi saya masih memiliki separuh lainnya dan itu memberi tahu saya bahwa saya tidak punya hak untuk menyerah. Saya akan melanjutkan perjuangan Alexei Navalny."

Ketika berbicara di hadapan Dewan Urusan Luar Negeri Uni Eropa pada hari yang sama, Yulia mendesak para pemimpin Uni Eropa untuk tidak mengakui hasil pemilu Rusia bulan depan, memberikan sanksi kepada lebih banyak sekutu Putin, dan membantu warga Rusia yang meninggalkan negaranya.

3 dari 3 halaman

Lebih dari 400 Orang Ditahan di Rusia

Alexei Navalny yang berusia 47 tahun dipenjara sejak Januari 2021, ketika dia kembali ke Moskow setelah memulihkan diri di Jerman dari racun saraf yang dia tuduh didalangi Kremlin. Dia menerima tiga hukuman penjara sejak itu, atas tuduhan yang dia tolak karena bermotif politik.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell telah menyerukan penyelidikan internasional atas kematian Alexei Navalny, namun Peskov mengatakan Kremlin tidak akan menyetujui permintaan tersebut.

Menurut OVD-Info, kelompok yang memantau penangkapan politik, sejak kematian Alexei Navalny, sekitar 400 orang telah ditahan di seluruh Rusia ketika mereka mencoba memberikan penghormatan kepadanya dengan bunga dan lilin. Pihak berwenang menutup beberapa tugu peringatan bagi para korban penindasan Uni Soviet di seluruh negeri yang digunakan sebagai tempat untuk memberikan penghormatan sementara kepada Alexei Navalny.

Polisi memindahkan bunga-bunga itu pada malam hari, namun masih banyak lagi yang bermunculan.

Peskov mengatakan polisi bertindak sesuai dengan hukum dengan menahan orang-orang yang memberikan penghormatan kepada Alexei Navalny.

"Lebih dari 60.000 orang telah mengajukan permintaan kepada pemerintah agar jenazah Navalny diserahkan kepada kerabatnya," kata OVD-Info.

Setelah putusan terakhir yang menghasilkan hukuman penjara 19 tahun, Alexei Navalny mengatakan dia memahami bahwa dia menjalani hukuman seumur hidup.

"Yang diukur dengan umur saya atau umur rezim ini," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.