Sukses

Ahli Soroti Potensi Ancaman Keamanan dari Stasiun Penelitian Ilmiah China di Antartika

Laporan CSIS yang diterbitkan April 2023 mengatakan posisi stasiun penelitian ilmiah China di Antartika dapat memungkinkan China mengumpulkan sinyal intelijen dari Australia dan Selandia Baru.

Liputan6.com, Washington, DC - Peresmian stasiun penelitian ilmiah baru di Antartika oleh China pada pekan lalu telah memperbarui perdebatan tentang tujuan dan dampak dari pesatnya perluasan kehadiran China di benua tersebut.

Terletak di Pulau Inexpressible dekat Laut Ross, Stasiun Qinling adalah pos ilmiah kelima China dan stasiun penelitian ketiga di benua ini yang dapat beroperasi sepanjang tahun. Menurut lembaga penyiaran pemerintah China (CGTN), stasiun ini memiliki luas 5.244 meter persegi dan dapat menampung hingga 80 orang selama bulan-bulan musim panas.

Stasiun Qinling berada di dekat Stasiun McMurdo milik Amerika Serikat dan tepat di selatan Australia. Laporan Pusat Studi Strategis dan Internasional (Center for Strategic and International Studies/CSIS) yang diterbitkan April lalu mengatakan posisinya dapat memungkinkan China mengumpulkan sinyal intelijen dari Australia dan Selandia Baru yang merupakan sekutu AS serta mengumpulkan data telemetri peluncuran roket dari fasilitas antariksa yang baru didirikan di kedua negara.

Sebagian analis menuturkan meskipun Stasiun Qinling dibangun untuk tujuan ilmiah, beberapa kemampuannya mungkin secara inheren digunakan untuk tujuan ganda. Demikian dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (18/2/2024).

"China berpotensi memanfaatkan sebagian dari sumber daya dan kemampuan tersebut untuk tujuan militer atau pengumpulan intelijen," kata Brian Hart, peneliti China Power Project di CSIS, kepada VOA melalui telepon.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perkuat Kehadiran di Kawasan Strategis

Hart menilai China terus membangun lebih banyak basis penelitian di Antartika karena memandang benua es itu sebagai bagian dari kawasan strategis.

Menanggapi kekhawatiran pihaknya mengumpulkan data intelijen tentang Australia dan Selandia Baru melalui stasiun tersebut, Kementerian Luar Negeri China menekankan bahwa pangkalan tersebut dibangun dan dioperasikan dengan kepatuhan penuh pada aturan dan prosedur internasional.

Namun, Donald Rothwell, profesor hukum internasional di Australian National University, mengatakan kepada VOA bahwa pola China dalam membangun basis penelitian di Antartika menimbulkan pertanyaan mengenai apakah China berkomitmen pada prinsip-prinsip perjanjian Antartika dan apakah China berencana untuk mengajukan klaim atas Antartika.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.