Sukses

15 Februari 1996: Roket Anti-Tank Serang Kedubes AS di Athena Yunani

Sebuah roket anti-tank yang diduga ditembakkan ke Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Athena, Yunani menghantam tembok pembatas 200 meter dari gedung utama.

Liputan6.com, Athena - Insiden mendebarkan terjadi pada 15 Februari 1996 lalu, saat sebuah roket anti-tank yang diduga ditembakkan ke Kedutaan Besar AS di Athena, Yunani menghantam tembok pembatas 200 meter dari gedung utama. Serangan itu merusak tiga mobil yang diparkir tetapi tidak menyebabkan cedera.

Menurut keterangan polisi, mengutip Associated Press (AP), kelompok yang menamakan dirinya National Struggle (Perjuangan Nasional) mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, dan mengatakan melalui panggilan telepon ke sebuah stasiun televisi bahwa itu adalah bagian dari kampanye "melawan sasaran Amerika dan Turki."

Kendati demikian tak jelas apakah klaim tersebut asli, namun para pejabat Yunani mengatakan serangan itu mungkin ada hubungannya dengan meningkatnya perselisihan antara Yunani dan Turki sebelumnya mengenai kepemilikan pulau kecil di Aegean yang dimediasi oleh Amerika Serikat.​

Situs UPI.com menyebut serangan larut malam granat berpeluncur roket itu awalnya diduga dilakukan oleh kelompok teroris perkotaan yang dikenal dengan nama November 17, yang mengkhususkan diri dalam serangan terhadap kepentingan Barat.

"Roket diluncurkan dari sasaran bergerak, mungkin sebuah van, yang melaju di bagian belakang tempat parkir," kata Menteri Ketertiban Umum Yunani Costas Geitonas kepada wartawan. "Granat itu mengenai bagian belakang kedutaan," kata seorang pejabat senior AS di Washington membenarkan.

"Tidak ada yang terluka...beberapa mobil dan jendela di bagian belakang rusak," kata pejabat yang tidak mau disebutkan namanya kepada United Press International.

Gedung Putih kemudian merilis pernyataan Kamis (15/2) malam serangan, yang mengatakan bahwa 'Presiden (Bill) Clinton mengutuk keras serangan roket teroris terhadap Kedutaan Besar AS di Athena.

"Insiden ini menggarisbawahi ancaman berkelanjutan yang ditimbulkan oleh teroris dan organisasi teroris di seluruh dunia. Kami akan bekerja sama dengan pemerintah Yunani untuk membantu membawa pelaku tindakan pengecut ini ke pengadilan dan memastikan kejadian serupa tidak terulang lagi," kata pernyataan Bill Clinton.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Petugas Kepung Area Ledakan hingga Kelompok November 17 Diduga Dalangnya

Tiga mobil hancur dalam ledakan itu, sekitar satu blok dari rumah Duta Besar AS Thomas Niles, kata polisi.

Menteri Ketertiban Umum Yunani Costas Geitonas juga mengatakan polisi yakin kelompok teroris perkotaan yang dikenal dengan nama November 17 adalah penyebabnya.

November 17 telah merenggut nyawa 20 warga negara Yunani dan asing sejak pertama kali muncul pada tahun 1974, menewaskan pula kepala CIA di Athena, Richard Welsh. Kelompok ini telah menggunakan roket, bom kendali jarak jauh, dan pistol dalam serangannya terhadap pengusaha, politisi, dan diplomat asing.

"Kami mengutuk serangan terhadap kedutaan," kata pejabat AS. "Itu adalah tindakan pengecut."

Sejumlah polisi, pasukan anti-teroris dan anjing terlatih khusus mengepung area ledakan, yang dikelilingi oleh kompleks apartemen besar.

 

3 dari 4 halaman

AS Puji Respons Cepat Yunani

Pihak berwenang Amerika mengatakan tanggapan pemerintah Yunani, yang mengalami ketegangan dengan Amerika dalam beberapa pekan terakhir sehubungan dengan sengketa wilayah di Laut Aegea, sangat baik. Sebuah tim investigasi dari FBI juga dikirim ke lokasi tersebut dan berada di lapangan, kata pihak berwenang AS.

Serangan itu terjadi di tengah meningkatnya sentimen anti-Amerika, yang dipicu oleh peran Washington dalam meredakan krisis antara Yunani dan Turki dua pekan sebelumnya. Kedua sekutu NATO itu berada di ambang perang karena klaim atas pulau kecil berbatu di Laut Aegea. Presiden AS Clinton memainkan peran penting dalam mencegah perang di Laut Aegea ketika ia meminta kedua belah pihak untuk meredakan ketegangan dan menarik kembali kekuatan militer mereka yang berkumpul di sekitar pulau yang disengketakan, yang oleh orang Yunani dikenal sebagai Imia dan oleh orang Turki sebagai Kardak.

Permohonan Bill Clinton diajukan oleh pemecah masalah AS Richard Holbrooke, yang melalui panggilan telepon secara maraton dengan para pejabat senior Yunani dan Turki mencapai kesepakatan kompromi. Perjanjian tersebut mencakup penarikan pasukan komando dan penurunan bendera Yunani di pulau tersebut. Langkah ini terbukti memalukan secara politik bagi Perdana Menteri Yunani Costas Simitis, yang telah berjanji untuk tetap teguh pada klaim kedaulatan Yunani atas singkapan batu tersebut.

 

4 dari 4 halaman

Lawan Politik Geram

Adapun lawan politik konservatif dan komunis geram, menuduh Bill Clinton melakukan pengkhianatan dan penghinaan nasional karena menarik pasukan.

Sentimen anti-Amerika melonjak, dengan para komentator dan politisi menuduh Washington gagal menegakkan apa yang disebut Athena sebagai klaim kuat atas pulau di Aegea.

Dampak politik dari krisis Aegea membuat Perdana Menteri Yunani Costas Simitis membatalkan rencana kunjungan Holbrooke ke Athena awal bulan Februari 196 dan mengalihkan perhatian diplomatik ke sekutu Uni Eropa.

Costas Simitis, yang dilantik sebagai perdana menteri sebulan sebelum insiden serangan kedubes AS di Athena, memulai tur Eropa pekan ketiga Februari tahun itu untuk menggalang dukungan bagi posisi Yunani dalam sengketa Aegean. Para pejabat pemerintah mengatakan masih belum jelas apakah teknokrat berusia 59 tahun yang berwatak lembut itu akan menemani Presiden Costis Stephanopoulos dalam perjalanan yang dijadwalkan ke Washington pada bulan Mei.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.