Sukses

Mengapa Tinja Berbau Busuk? Ini Alasannya

Kotoran, tinja atau feses memiliki bau tidak sedap, dan itu adalah hal yang normal. Ini kata ahli.

Liputan6.com, Jakarta - Kotoran, tinja atau feses memiliki bau yang tidak sedap adalah hal yang normal. Namun tetap saja hal ini menimbulkan pertanyaan, apa yang menyebabkan feses bisa berbau. Lalu mengapa bisa feses berbau tidak sedap?

"Feses umumnya tidak berbau karena mengeluarkan produk sampingan dari pencernaan," ujar Shelby Yaceczko, ahli gizi klinis di UCLA Health, mengutip dari Live Science, Minggu (18/2/2024).

Menurut Emma Laing, seorang profesor klinis dan direktur dietetika di University of Georgia, Skatole --juga dikenal sebagai 3-metilindola​-- adalah senyawa kimia yang ditemukan pada feses yang menjadikan feses berbau tidak sedap.

Bakteri membuat senyawa ini ketika mereka memecah asam amino L-triptofan di saluran pencernaan, kata Emma Laing. (Anehnya, senyawa yang sama dalam konsentrasi kecil memberikan aroma menyenangkan pada bunga seperti melati, menurut American Chemical Society)​.

Ada lebih dari 10.000 spesies mikroba yang hidup di badan manusia. Mikroorganisme ini penting untuk pencernaan dan sebagian besar merupakan penyebab mengapa feses berbau busuk. Jadi, bakteri yang berbeda mengeluarkan gas yang berbeda tergantung pada jenis makanan dan zat yang diurainya.

"Bakteri di saluran pencernaan dan mulut berkontribusi pada proses ini," ujar Emma Laing.

Karena bakteri memecah apa yang dikonsumsi, faktor-faktor seperti pola makan, asupan alkohol, suplemen makanan, dan obat dapat memengaruhi bau tinja tersebut.

Gula alkohol atau jenis pemanis yang bisa menjadi alternatif gula pada umumnya, biasanya terdapat didalam kandungan permen bisa membuat feses berbau sangat tidak sedap. dan makanan yang mengandung sulfur seperti telur, brokoli, kubis, kembang kol, bawang bombay, kacang-kacangan dan daging juga berkontribusi pada produksi gas selama proses pencernaan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Proses Pencernaan Mempengaruhi Bau Feses

Makanan olahan dan bergula adalah contoh makanan yang sulit dicerna, sehingga menyebabkan bakteri menghasilkan lebih banyak gas dan feses lebih bau.

Mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar juga bisa menghasilkan feses yang berbau lebih menyengat karena merusak usus dan proses pencernaan.

Jika melihat adanya perubahan pada feses, kemungkinan besar hal itu disebabkan oleh perubahan pola makan.

"Proses pencernaan pada akhirnya akan menyesuaikan diri, dan bau yang busuk biasanya bersifat sementara," ujar Emma Laing. 

Namun, bau feses yang sangat busuk dan tidak kunjung hilang dapat mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang serius.

Penyakit radang usus dapat menghalangi tubuh mencerna dan menyerap nutrisi yang dapat menyebabkan bau tidak sedap secara terus-menerus.

"Infeksi virus atau bakteri di usus bisa menjadi penyebabnya atau adanya gangguan motilitas yang menyebabkan pengosongan saluran cerna lebih lambat dari biasanya sehingga membuat feses lebih lama terfermentasi, sehingga meningkatkan bau busuk," ujar Shelby Yaceczko. 

3 dari 4 halaman

Alasan Mengapa Tinja Bisa Berbau Menyengat

Mengutip dari health.com, seorang ahli gastroenterologi, Daniel Freedberg, MD di New York-Presbyterian Hospital and Columbia University Medical Center, mengatakan bahwa pola makan juga mempengaruhi bau dari feses tersebut. 

Namun, mungkin ada alasan lain mengapa feses bisa berbau lebih menyengat dari pada biasanya.

  • Meminum terlalu banyak Alkohol: Kadar alkohol dalam darah yang tinggi dapat mempengaruhi organ lain seperti lambung dan usus kecil dan besar.
  • Mengkonsumsi obat-obatan: Obat-obatan seperti antibiotik atau obat hormon dapat mengacaukan kinerja bakteri di usus, sehingga bisa mempercepat atau memperlambat pergerakan tinja melalui usus, atau menyebabkan malabsorpsi -adalah kesulitan dalam pencernaan atau penyerapan nutrisi dari makanan.- nutrisi tertentu, sehingga menyebabkan diare berbau busuk.
  • Terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung sulfur seperti telur, susu, atau daging. 
  • Pola makan tinggi lemak: Pola makan tinggi lemak dapat membebani sistem pencernaan dan usus, sehingga menyebabkan kesulitan memecah semua lemak yang dikonsumsi.
4 dari 4 halaman

Cara Menjaga Pencernaan

Perubahan pola makan dan gaya hidup, seperti mengonsumsi makanan yang sehat dan menghindari makan ketika larut malam, dapat berdampak positif pada kesehatan usus Anda.

Setiap orang terkadang mengalami gejala pencernaan seperti sakit perut, gas, mulas, mual, sembelit atau diare. Namun, jika gejala ini sering terjadi, dapat menyebabkan gangguan besar pada pencernaan.

Lalu, ada beberapa cara untuk menjaga pencernaan:

  • Mengkonsumsi banyak makanan mengandung serat.
  • Menambahkan lemak sehat pada makanan, seperti vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin K. 
  • Tetap terhidrasi, total asupan cairan berasal dari air putih, minuman lain, dan makanan yang di konsumsi. Para ahli merekomendasikan minum banyak air setiap hari untuk memastikan Anda mendapatkan cairan sebanyak yang tubuh kita butuhkan tanpa tambahan gula dan kalori, melansir dari Healthline.com, Selasa (6/2/2024).
  • Menjaga tingkat stress, karena stress dapat berdampak negatif pada sistem pencernaan, kadang hal ini dikaitkan dengan maag, diare, dan sembelit. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.