Sukses

AS Lancarkan Lebih Banyak Serangan terhadap Houthi di Yaman

AS mengaku menyerang rudal jelajah serangan darat dan empat rudal anti-kapal yang siap diluncurkan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah.

Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat (AS) melancarkan lebih banyak serangan terhadap Houthi di Yaman selama akhir pekan kemarin. Hal tersebut dikonfirmasi Komando Pusat AS (CENTCOM).

CENTCOM mengungkapkan pasukan AS menyerang rudal jelajah serangan darat dan empat rudal anti-kapal yang siap diluncurkan terhadap kapal-kapal di Laut Merah.

Aksi militer terbaru ini terjadi sehari setelah serangan AS-Inggris terhadap sejumlah sasaran Houthi menyusul serangan berkelanjutan Houthi yang menargetkan kapal militer dan kapal komersial di Laut Merah. Serangan Houthi telah memaksa perusahaan-perusahaan pelayaran besar menghindari jalur tersebut, sehingga berdampak pada perdagangan internasional.

Mesir mengatakan pendapatannya dari Terusan Suez anjlok hampir setengahnya pada Januari dan jumlah kapal yang melakukan perjalanan melalui jalur perdagangan utama itu bulan lalu turun lebih dari sepertiganya. Demikian seperti dilansir BBC, Senin (5/2/2024).

Para pejabat Houthi memberikan nada menantang dalam menanggapi serangan yang dipimpin AS dan berjanji untuk menanggapinya.

Menanggapi serangan pada Sabtu (3/2), juru bicara militer kelompok Houthi Yahya Sarea menulis via X, "Serangan-serangan ini tidak akan menghalangi kami dari sikap moral, agama, dan kemanusiaan dalam mendukung ketahanan rakyat Palestina di Jalur Gaza dan tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa balasan."

Sebelumnya, Gedung Putih telah memperingatkan bahwa serangan udara terhadap sasaran-sasaran yang didukung Iran di Irak dan Suriah hanyalah permulaan, bukan akhir dari responsnya.

Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengonfirmasi pada Minggu (4/2), akan ada langkah-langkah lebih lanjut sebagai respons atas kematian tiga tentara AS dalam serangan drone ke pangkalan militer di Yordania pekan lalu.

Iran membantah terlibat dalam serangan drone itu. Namun, Perlawanan Islam di Irak yang disebut berafiliasi dengan Iran, telah mengaku bertanggung jawab.

Bagaimana pun AS menuduh Iran punya sidik jari dalam serangan itu dan menyebut bahwa drone yang digunakan adalah buatan Iran.

Dalam suratnya kepada Kongres pada Minggu – yang berdasarkan undang-undang harus dikirim dalam waktu 48 jam setelah aksi militer – Presiden Joe Biden mengatakan serangan balasan pada Jumat (2/2) menargetkan fasilitas yang digunakan oleh angkatan bersenjata Iran – Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) – dan kelompok milisi yang terkait dengan IRGC.

IRGC diyakini telah mempersenjatai, mendanai, dan melatih Perlawanan Islam di Irak.

Biden menyebutkan target mencakup situs-situs yang digunakan untuk komando dan kendali, penyimpanan senjata, pelatihan, dukungan logistik, dan tujuan lainnya. Dia menambahkan bahwa serangan itu bertujuan mencegah kelompok-kelompok ini melakukan serangan lebih lanjut dan dilakukan dengan cara untuk membatasi risiko eskalasi dan menghindari korban sipil.

Presiden AS menyampaikan pula dia akan mengarahkan tindakan tambahan, termasuk terhadap IRGC dan personel serta fasilitas yang berafiliasi dengan IRGC, jika diperlukan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kecaman dari Irak

Serangan AS ke Irak dan Suriah menuai kecaman dari sejumlah pihak.

"Tidak ada peringatan yang diberikan selama serangan atau malam serangan," ujar penasihat senior perdana menteri Irak Farhad Alaaldin pada hari Minggu tentang serangan pada Jumat.

Dia menegaskan fakta bahwa Irak adalah negara berdaulat.

Kerumunan orang dilaporkan berkumpul di Baghdad pada Minggu menyusul kematian 17 anggota milisi pro-Iran akibat serangan udara AS.

Menteri Luar Negeri Oman pada Minggu juga mengungkapkan keprihatinan yang besar atas eskalasi yang terus-menerus terjadi di kawasan. Badr Albusaidi mempertanyakan efektivitas serangan balasan AS dan menyatakan tindakan seperti itu membahayakan keselamatan, stabilitas, dan upaya mengatasi tantangan seperti kekerasan dan ekstremisme di kawasan.

AS sendiri, menurut Sullivan, yakin serangan itu memiliki dampak baik dalam menurunkan kemampuan milisi. Lebih lanjut, Sullivan mengklaim AS tidak berniat melancarkan operasi militer tanpa batas di Timur Tengah, namun siap menghadapi apa pun yang didatangi kelompok mana pun.

Sullivan menolak mengatakan apakah AS menyampingkan serangan langsung ke Iran.

3 dari 3 halaman

AS soal Perang Gaza: Kendali Ada di Hamas

Sejak serangan ke Irak dan Suriah pada Jumat, kata seorang pejabat pertahanan AS kepada BBC, hanya ada satu serangan terhadap pasukan AS.

Serangan yang dimaksud menargetkan pasukan AS yang berbasis di Eufrat di Suriah dengan menggunakan roket. Pejabat itu mengatakan tidak ada korban luka atau kerusakan.

Menteri Luar Negeri AS Blinken saat ini sedang dalam perjalanan ke Timur Tengah. Perjalanan Blinken mencakup pemberhentian di Israel, Mesir, Qatar, Arab Saudi, dan Tepi Barat.

"Kesepakatan pertukaran sandera dan tahanan dengan Hamas serta gencatan senjata akan menjadi prioritas utamanya," kata Sullivan pada Minggu.

"Kami akan terus mendesaknya tanpa henti, namun kendali ada di tangan Hamas."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini