Sukses

Joe Biden Berjanji Akan Pecundangi Donald Trump dalam Pilpres AS 2024

Joe Biden berjanji akan menjadikan Donald Trump dari Partai Republik sebagai "pecundang".

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden memenangkan pemilihan pendahuluan Partai Demokrat di Carolina Selatan.

Dalam pernyataannya, Biden berjanji akan menjadikan Donald Trump dari Partai Republik sebagai "pecundang".

Pemungutan suara tersebut menandai pemilihan pendahuluan resmi pertama Partai Demokrat menjelang pemilihan presiden tahun ini, dikutip dari laman BBC, Minggu (4/2/2024).

Presiden Biden menghadapi sedikit persaingan untuk nominasi partainya tapi tetap berada di jalur kemenangan besar di Carolina Selatan.

Presiden mengenang bagaimana para pemilih di Carolina Selatan mendukungnya dalam kampanye pada tahun 2020 dan mengatakan dia “tidak ragu” untuk memenangkan kembali kursi kepresidenan pada tahun 2024.

Joe Biden diperkirakan akan memenangkan seluruh 55 delegasi yang dijanjikan dalam pemilihan pendahuluan di Carolina Selatan, dengan angka awal menunjukkan bahwa ia telah memperoleh lebih dari 90 persen suara yang telah dihitung.

Kandidat lain dari Partai Demokrat Marianne Williamson dan Dean Phillips tertinggal jauh di belakang Biden, dengan angka awal menunjukkan bahwa mereka masing-masing hanya memperoleh 2% suara.

Lebih dari seperempat penduduk Carolina Selatan berkulit hitam, dan para pemilih kulit hitam di negara bagian itulah yang membantu mengamankan pencalonan Biden untuk nominasi Partai Demokrat pada tahun 2020 dengan memberinya kemenangan pertamanya.

“Andalah alasan saya menjadi presiden,” kata Biden kepada massa yang sebagian besar berkulit hitam di negara bagian tersebut pada Januari 2024.

“Anda adalah alasan Donald Trump menjadi pecundang, dan Anda adalah alasan kami akan menang dan mengalahkannya lagi.”

Joe Biden secara resmi mengumumkan pencalonannya untuk terpilih kembali pada tahun 2024 pada April 2023, ketika dia mengatakan kepada para pemilih bahwa AS berada dalam momen yang sangat penting dan dia membutuhkan lebih banyak waktu untuk "menyelesaikan pekerjaannya".

Biden berusaha keras untuk mengubah peraturan partainya sehingga Carolina Selatan menjadi negara bagian pertama yang memberikan suara dalam proses pencalonan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Joe Biden Sebut Donald Trump Ancaman bagi Demokrasi

Dihadapkan pada tingkat persetujuan yang stagnan dan kekhawatiran akan usianya yang sudah lanjut, Joe Biden berusaha membangkitkan semangat para pendukungnya dan mereka yang masih ragu-ragu untuk memilihnya dalam Pilpres Amerika Serikat (AS) 2024.

Pada Kamis (28/9/2023), pria berusia 80 tahun itu dengan berapi-api mengatakan bahwa karakter dan masa depan AS terancam oleh nilai-nilai otoriter dari gerakan Make America Great Again (MAGA) yang diproklamirkan Donald Trump (77).

 Biden dan Trump diprediksi akan kembali berhadapan dalam panggung utama Pilpres AS 2024.

"Ada sesuatu yang berbahaya sedang terjadi di AS," ujarnya di Phoenix, Arizona, seperti dilansir The Guardian, Minggu (1/10). "Ada gerakan ekstremis yang tidak memiliki keyakinan dasar demokrasi kita: gerakan MAGA ... Sejarah telah membawa kita ke masa ujian baru."

"Saat ini kita semua dihadapkan pada pertanyaan, apa yang akan kita lakukan untuk mempertahankan demokrasi kita?"

Biden menyampaikan pidatonya tersebut dalam sebuah acara yang digelar untuk mengenang mendiang politikus Republikan John McCain, yang kerap mengkritik Trump sebelum kematiannya pada tahun 2018.

Presiden AS itu hanya sekali menyebut Trump dalam pidatonya yang berdurasi setengah jam, di mana dia membandingkan norma dan tradisi demokrasi dengan perilaku yang menjadi ciri pendahulunya.

"Demokrasi berarti kekuasaan rakyat, bukan kekuasaan monarki, bukan kekuasaan uang, bukan kekuasaan yang berkuasa. Apapun partainya, itu berarti pemilu yang bebas dan adil, menghormati hasil, menang atau kalah. Artinya, Anda tidak bisa mencintai negara Anda hanya jika Anda menang," kata Biden.

"Demokrasi berarti menolak dan mencegah kekerasan politik. Terlepas dari partainya, kekerasan seperti itu tidak pernah, tidak pernah, dan tidak dapat diterima di AS. Itu tidak demokratis dan tidak boleh dinormalisasi untuk mendapatkan kekuasaan politik."

 

3 dari 3 halaman

Serangan Gedung Capitol

Pernyataan Biden diyakini merujuk pada serangan ke Gedung Capitol pada 6 Januari 2021 oleh massa pendukung Trump.

Meskipun Trump gagal membatalkan hasil Pilpres AS 2020, Biden memperingatkan bahwa bahayanya belum berlalu.

"Saat ini, demokrasi masih dalam bahaya. Ini bukan hiperbola. Itu adalah kebenaran yang sederhana," tuturnya.

Ancaman kekerasan terus berlanjut, katanya, dan yang terbaru ditujukan kepada Jenderal Mark Milley, ketua kepala staf gabungan angkatan bersenjata AS.

Baru-baru Trump dalam sebuah unggahannya di media sosial menuduh Milley bersalah atas "pengkhianatan".

"Sejujurnya, para ekstremis MAGA ini tidak tahu apa yang mereka bicarakan," kata Biden.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.