Sukses

Iran Klaim Sukses Luncurkan 3 Satelit ke Angkasa Luar dengan Roket Simorgh

Simorgh adalah roket dua tahap berbahan bakar cair yang digambarkan Iran dirancang untuk menempatkan satelit ke orbit rendah Bumi.

Liputan6.com, Teheran - Iran mengatakan pada Minggu (28/1/2024), mereka berhasil meluncurkan tiga satelit dengan roket yang pernah mengalami beberapa kegagalan di masa lalu. Rekaman yang dirilis oleh televisi pemerintah Iran menunjukkan peluncuran roket Simorgh pada malam hari.

Analisis AP terhadap rekaman tersebut menunjukkan bahwa peluncuran terjadi di Pelabuhan Antariksa Imam Khomeini di Semnan.

"Raungan (roket) Simorgh bergema di langit dan ruang angkasa negara kita yang tak terbatas," kata Abbas Rasooli, reporter TV pemerintah, dalam rekaman tersebut, seperti dilansir AP, Senin (29/1).

TV Negara menamai satelit yang diluncurkan Mahda, Kayhan-2, dan Hatef-1. Mahda digambarkan sebagai satelit penelitian, sedangkan Kayhan dan Hatef adalah satelit nano yang masing-masing berfokus pada penentuan posisi global dan komunikasi.

Menteri Teknologi Informasi dan Komunikasi Iran Isa Zarepour mengatakan Mahda telah mengirimkan sinyal kembali ke Bumi.

Ada lima peluncuran gagal berturut-turut atas Simorgh, si roket pembawa satelit. Kegagalan roket Simorgh atau Phoenix, telah menjadi bagian dari serangkaian kemunduran dalam beberapa tahun terakhir bagi program angkasa luar sipil Iran, termasuk kebakaran fatal dan ledakan roket di landasan peluncuran yang menarik perhatian mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Rekaman pada Minggu menunjukkan roket yang diluncurkan memuat slogan "Kita Bisa" dalam bahasa Farsi, yang kemungkinan merujuk pada kegagalan sebelumnya.

Simorgh adalah roket dua tahap berbahan bakar cair yang digambarkan Iran dirancang untuk menempatkan satelit ke orbit rendah Bumi.

Namun, penilaian ancaman global tahun 2023 yang dilakukan komunitas intelijen AS mengatakan pengembangan kendaraan peluncur satelit memperpendek jangka waktu bagi Iran untuk mengembangkan rudal balistik antarbenua karena Iran menggunakan teknologi serupa. Laporan tersebut secara khusus menyebut Simorgh sebagai roket yang dapat berfungsi ganda.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kekhawatiran Barat

AS sebelumnya mengatakan peluncuran satelit Iran melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Mereka meminta Teheran untuk tidak melakukan aktivitas yang melibatkan rudal balistik yang mampu menghasilkan senjata nuklir.

Sanksi PBB terkait program rudal balistik Iran sendiri telah berakhir pada Oktober 2023.

Di bawah pemerintahan mantan Presiden Iran Hassan Rouhani yang relatif moderat, Iran memperlambat program luar angkasanya karena menghindari meningkatkan ketegangan dengan Barat. Namun, sejak saat itu, perjanjian nuklir tahun 2015 yang disepakati Rouhani dengan negara-negara besar telah runtuh dan ketegangan dengan AS telah meningkat selama bertahun-tahun.

Namun, Presiden Ebrahim Raisi, anak didik Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, yang berkuasa pada tahun 2021, telah mendorong program ini. Sementara itu, Iran disebut juga memperkaya uraniumnya mendekati tingkat yang setara dengan senjata dan cukup untuk membuat beberapa bom atom, meskipun badan-badan intelijen AS dan pihak lain menilai Teheran belum mulai secara aktif mencari senjata nuklir.

Pada Jumat (26/1), Prancis, Jerman, dan Inggris mengutuk peluncuran satelit Iran pada 20 Januari. Mereka menyebut peluncuran tersebut mampu membantu Iran mengembangkan rudal balistik jarak jauh.

"Kami sudah lama memiliki kekhawatiran atas aktivitas Iran terkait teknologi rudal balistik yang mampu menghasilkan senjata nuklir," kata negara-negara tersebut.

"Kekhawatiran ini diperkuat oleh berlanjutnya eskalasi nuklir Iran yang melampaui semua alasan sipil yang dapat dipercaya."

3 dari 3 halaman

AS Akui Keberhasilan Iran

Iran disebut memiliki gudang rudal balistik terbesar di Timur Tengah, sebagian karena sanksi yang dikenakan selama beberapa dekade setelah Revolusi Islam tahun 1979 dan krisis penyanderaan Kedutaan Besar AS yang menghalangi mereka mengakses jet tempur canggih dan sistem senjata lainnya.

Militer AS tidak menanggapi permintaan komentar pada hari Minggu. Namun, mereka diam-diam mengakui peluncuran satelit penelitian pada 20 Januari yang dilakukan oleh pasukan paramiliter Garda Revolusi Iran berhasil.

Kementerian Luar Negeri AS mengatakan pihaknya mengetahui laporan peluncuran satelit tersebut.

"Kami telah lama menyatakan kekhawatiran kami bahwa program kendaraan peluncur ruang angkasa Iran memberikan jalan untuk memperluas sistem rudal jarak jauhnya," kata Kementerian Luar Negeri AS. "Kami terus menggunakan berbagai alat nonproliferasi, berkoordinasi dengan sekutu dan mitra kami, untuk melawan kemajuan lebih lanjut dari program rudal balistik Iran."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini