Sukses

Ron DeSantis Mundur Sebagai Kandidat Capres AS dari Partai Republik, Alihkan Dukungannya ke Donald Trump

Pengunduran diri DeSantis pada hari-hari menjelang pemilu pendahuluan di New Hampshire menyusul hasil yang mengecewakan di Kaukus Iowa, di mana dia menempati posisi kedua, namun tertinggal jauh dari Trump. Di New Hampshire, jumlah pemilihnya jauh di belakang Haley dan Trump.

Liputan6.com, Washington, DC - Ron DeSantis, gubernur Florida yang berhaluan kanan, mengakhiri kampanyenya sebagai kandidat calon presiden (capres) dari Partai Republik Amerika Serikat. Dia kemudian menyatakan mendukung Donald Trump.

"Jelas bagi saya bahwa mayoritas pemilih utama Partai Republik ingin memberi Donald Trump kesempatan lagi," katanya, via platform X alias Twitter. "Dia mendapat dukungan saya karena kita tidak bisa kembali ke barisan lama Partai Republik di masa lalu, sebuah bentuk korporatisme hangat yang dikemas ulang yang diwakili oleh Nikki Haley."

Pengunduran diri DeSantis pada hari-hari menjelang pemilu pendahuluan di New Hampshire menyusul hasil yang mengecewakan di Kaukus Iowa, di mana dia menempati posisi kedua, namun tertinggal jauh dari Trump. Di New Hampshire, jumlah pemilihnya jauh di belakang Haley dan Trump.

Pada Minggu malam, Trump mengesampingkan kritik selama berbulan-bulan terhadap DeSantis dan merayakan saingannya sebagai pendukung terbarunya

"Saya hanya ingin berterima kasih kepada Ron dan mengucapkan selamat kepadanya karena telah melakukan pekerjaannya dengan sangat baik," kata Trump, seperti dilansir The Guardian, Senin (22/1/2024). "Dia sangat ramah dan dia mendukung saya. Saya menghargainya, dan saya juga berharap dapat bekerja sama dengan Ron."

Sementara itu, Haley pada Minggu (21/1) merespons mundurnya DeSantis dengan mengatakan, "Dia adalah gubernur yang baik dan saya mendoakan yang terbaik untuknya."

Secara luas, DeSantis dipandang sebagai sosok yang paling mungkin menghentikan Trump menjadi capres Republikan. Dukungan terhadap gubernur Florida itu disebut menurun beberapa bulan terakhir karena strategi kampanyenya yang buruk, ketidakluwesannya dengan pemilih saat berkampanye, dan cengkeraman kuat Trump pada basis pemilih Partai Republik.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kini Pertarungan Menjadi Haley Vs Trump

Pasca mundurnya DeSantis maka Haley yang merupakan mantan duta besar AS untuk PBB dan juga mantan gubernur Carolina Selatan menjadi kandidat capres terakhir untuk menjegal Trump.

Pemenang pemilu pendahuluan dari Partai Republik kelak akan menghadapi capres petahana dari Partai Demokrat Joe Biden pada Pilpres AS November 2024.

Sosok Haley belakangan disebut sebagai kandidat favorit di kalangan moderat Republikan.

3 dari 3 halaman

Respons Demokrat

Partai Demokrat merayakan kabar mundurnya DeSantis.

"Sebagai anggota Partai Demokrat, kami telah berteriak sekeras-kerasnya bahwa strateginya (DeSantis) yang mengobarkan perang budaya di belakang warga pekerja keras di Florida hanya untuk mencapai ambisinya adalah tindakan yang salah bagi negara dan akan menjadi bencana bagi bangsa," kata Fentrice Driskell, pemimpin Partai Demokrat di badan legislatif Negara Bagian Florida via X

Sarafina Chitika, juru bicara Komite Nasional Demokrat, mengatakan, "Sama seperti Trump, DeSantis menjalankan kampanye yang berjanji untuk melarang aborsi secara nasional, menghilangkan akses terhadap layanan kesehatan, dan menghapuskan Jaminan Sosial dan Medicare, sambil merangkul para penyangkal pemilu dan menutup-nutupi (insiden penyerangan Gedung Capitol) 6 Januari. Kandidat mana pun yang memenangkan pemilu ... akan dibiarkan menjalankan agenda anti-kebebasan yang berbahaya dan tidak populer yang akan ditolak oleh para pemilih pada November."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini