Sukses

Karachi Hadapi Kekurangan Obat-obatan untuk Pasien Rumah Sakit, Banyak Oknum Jual Harga Mahal di Pasar Gelap

Kota terbesar di Pakistan, Karachi saat ini menghadapi kekurangan obat-obatan. Termasuk obat-obatan penting yang mampu menyelamat jiwa banyak orang.

Liputan6.com, Karachi - Kota terbesar di Pakistan, Karachi saat ini menghadapi kekurangan obat-obatan. Termasuk obat-obatan penting yang mampu menyelamat jiwa banyak orang.

Dikutip dari laman ANI News, Kamis (14/12/2023) hal ini lantas membuat pasien dan warga di kota tersebut khawatir.

Karachi dan penduduknya sangat terkena dampak kekurangan obat-obatan, termasuk vaksin, insulin untuk manajemen diabetes, obat epilepsi dan beberapa produk lainnya.

Sementara itu, obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah dan obat-obatan penyelamat nyawa lainnya dijual dengan harga tinggi di pasar gelap.

Kekurangan ini menyebabkan masalah serius bagi pasien dan warga.

Selain itu, Otoritas Pengatur Obat Pakistan (DRAP) bulan lalu meluncurkan tindakan keras terhadap kekurangan obat-obatan yang bisa menyelamatkan nyawa.

Namun, terlepas dari tindakan mereka, penjualan obat-obatan esensial secara ilegal terus berlanjut.

Bulan lalu, di bawah bimbingan Menteri Kesehatan sementara Nadeem Jan, pihak berwenang melakukan tindakan keras terhadap oknum yang mencari keuntungan besar dari obat-obatan di seluruh Pakistan.

Selama operasi di Lahore, tindakan signifikan diambil terhadap mereka yang menjual obat-obatan di atas harga yang disetujui, seperti yang dilaporkan oleh juru bicara tersebut.

Menteri Jan lebih lanjut menegaskan bahwa gugus tugas di negara ity akan mengambil tindakan tegas terhadap individu yang melakukan pengambilan keuntungan.

“Satgas DRAP akan mengambil tindakan penuh terhadap para pencatut,” kata Jan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

6 Rumah Sakit di Pakistan Diprediksi Berhenti Beroperasi Lantaran Kekurangan Dana

Sebelumnya lima rumah sakit publik di ibu kota federal dan satu Rumah Sakit Shaikh Zayed di Lahore diprediksi akan berhenti beroperasi setelah Divisi Keuangan menolak permintaan kementerian kesehatan federal untuk menyediakan dana tambahan 11 miliar Rupee Pakistan.

Gaji sejumlah karyawan telah dihentikan, dan perawat di Institut Ilmu Kedokteran Pakistan (Pims) melakukan protes selama lebih dari seminggu, dikutip dari laman Dawn.com, Minggu (19/11/2023).

Laboratorium di rumah sakit-rumah sakit ini juga akan segera berhenti berfungsi sepenuhnya, karena persediaan alat tes sudah habis.

Tes radiologi juga ditolak karena alat tidak tersedia, dan obat-obatan tidak diberikan kepada pasien karena jumlah tender belum dibayarkan kepada perusahaan.

Rumah sakit dan departemen yang akan terkena dampak keputusan tersebut termasuk lima rumah sakit di ibu kota federal: Pims, Poliklinik, Rumah Sakit Umum Federal, Institut Pengobatan Rehabilitasi Nasional (NIRM), apotik, unit kesehatan dasar, departemen tambahan kementerian kesehatan, dan institut.

Selain itu, Rumah Sakit Shaikh Zayed Lahore juga akan terkena dampaknya karena dijalankan dengan pendanaan dari kementerian kesehatan federal.

Di sisi lain, Divisi Keuangan telah memberi tahu Kementerian Kesehatan secara tertulis bahwa, sesuai dengan persyaratan Dana Moneter Internasional (IMF), dana hanya dapat dicairkan jika terjadi bencana.

3 dari 4 halaman

Penolakan Permohonan Dana Tambahan

Sebelumnya, kementerian kesehatan telah meminta kementerian keuangan untuk mengeluarkan hibah tambahan sebesar 11 miliar Rupee Paksitan untuk kelancaran fungsi rumah sakit, organisasi, dan departemen tambahan di kementerian.

“Usulan M/O National Health Services untuk hibah tambahan tambahan sebesar 11 miliar Rupee Pakistan telah dipertimbangkan di Divisi Keuangan. Sesuai komitmen dengan IMF, hibah tambahan tidak diperbolehkan sampai terbentuknya pemerintahan baru, kecuali dalam bencana nasional yang parah,” tulis surat itu.

Menurut sumber yang mengetahui perkembangan tersebut, penolakan Divisi Keuangan akan memicu bencana besar di rumah sakit yang dijalankan oleh kementerian federal dan pasien bahkan mungkin tidak mendapatkan obat-obatan senilai satu rupee pun.

“Saat ini kami memperkirakan akan terjadi kekurangan obat-obatan yang parah karena tidak memiliki cukup uang untuk membayar tender dan mengeluarkan stok yang tertunda. Selain itu, alat tes di laboratorium juga sangat terbatas, dan persediaan film sinar-X serta tes radiologi lainnya juga terbatas,” kata sumber rumah sakit kepada Dawn.

4 dari 4 halaman

Situasi Diperburuk Setelah Dokter hingga Perawat Tak Terima Gaji

Sumber tersebut menambahkan bahwa situasi ini mungkin akan semakin memburuk karena sejumlah dokter, perawat, dan staf lain di rumah sakit tidak menerima gaji mereka atau gaji mereka akan dihentikan bulan depan karena tidak tersedianya dana.

Dalam beberapa bulan mendatang, kemungkinan akan terjadi kekurangan dokter, staf perawat, obat-obatan, dan fasilitas tes, bahkan di unit gawat darurat mungkin terhenti.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.