Sukses

6 Desember 2014: Kelompok Bersenjata Serang dan Bobol Penjara Nigeria, 200 Narapidana Dibebaskan

Sejumlah kelompok bersenjata masuk ke dalam sebuah penjara di :ota Minna, Nigeria tengah, dan berhasil membebaskan sekitar 200 narapidana, demikian diungkapkan juru bicara polisi dan sumber keamanan.

Liputan6.com, Minna - Momen menegangkan terjadi di Nigeria pada 6 Desember 2014: ratusan narapidana (napi) kabur.

Sejumlah kelompok bersenjata masuk ke dalam sebuah penjara di Kota Minna, Nigeria tengah, dan berhasil membebaskan sekitar 200 narapidana, demikian diungkapkan juru bicara polisi dan sumber keamanan.

Juru bicara polisi untuk negara bagian Niger menyatakan bahwa insiden pembobolan penjara itu kemudian diselidiki.

"Belum jelas apakah ini terkait dengan Boko Haram atau beberapa geng kriminal," kata salah satu sumber keamanan. "Saya ragu apakah ada banyak tersangka Boko Haram tingkat tinggi yang ditahan di Minna."

Melansir dari NBC, sebulan sebelumnya di negara bagian Kogi tengah, sekelompok orang bersenjata menggunakan bahan peledak untuk membobol sebuah penjara di Kota Lokoja, menewaskan satu orang dan membebaskan 144 narapidana.

Suleiman Muhammad, seorang penduduk Minna yang tinggal dekat penjara, mengatakan ia mendengar suara tembakan tapi tidak ada ledakan, dan melihat penjaga-penjaga melarikan diri segera setelah serangan pertama.

Boko Haram telah menyebarkan ketidakamanan di sebagian besar Nigeria bagian utara dan tengah, meledakkan bom, menyerang kota-kota, dan membunuh ribuan orang. Council for Foreign Relations (CFR) pada pekan itu memperkirakan bahwa sekitar 10.340 kematian akibat kekerasan terkait dengan Boko Haram antara November 2013 dan November 2014.

Di Nigeria tengah juga terdapat geng kriminal yang sebagian besar terdiri dari pencuri sapi suku Fulani yang telah membunuh ratusan orang selama dua tahun terakhir.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penjara Diserang dan Banyak Napi Kabur, Sierra Leone Terapkan Jam Malam Nasional

Masih soal penjara yang diserang, hal ini juga pernah terjadi di Sierra Leone.

Sierra Leone bahkan sampai memberlakukan jam malam nasional setelah orang-orang bersenjata masuk ke penjara dan membebaskan narapidana (napi).

"Tahanan dari penjara Central Padema Road di ibu kota Freetown dibebaskan pada Minggu 26 November 2023 pagi," kata seorang pejabat di penjara tersebut kepada BBC News.

Sebelumnya, orang-orang bersenjata menyerang barak militer di kota tersebut.

Warga melaporkan mendengar suara tembakan di barak yang dekat dengan kediaman presiden.

Laporan Al Jazeera menyebut, pemerintah Sierra Leone pada hari Minggu mengatakan mereka telah menangkis serangan di barak utama militer Wilberforce dan mengendalikan situasi. Kendati demikian pemerintah menyarankan warga untuk berlindung di dalam rumah saat melakukan perburuan terhadap para napi.

"Sierra Leone telah mengumumkan jam malam nasional setelah orang-orang bersenjata menyerang barak militer di ibu kota, Freetown," demikian menurut pernyataan pemerintah.

Para saksi mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa mereka mendengar suara tembakan keras dan ledakan di ibu kota pada Minggu pagi, sementara video yang dibagikan di media sosial menunjukkan kepulan asap membubung dari jalan-jalan.

Saksi lain mengatakan mereka mendengar baku tembak di dekat barak di Distrik Murray Town, markas angkatan laut, serta di luar lokasi militer lainnya di Freetown, AFP melaporkan.

3 dari 4 halaman

El Salvador Bangun Penjara Terbesar di Dunia, Simbol Perang Melawan Geng

Kebijakan soal penjara ini pasti berbeda di setiap negara, menyangkut hal itu pemerintah El Salvador jadi contohnya.

El Salvador membangun penjara terbesar di dunia yang dapat menampung 40.000 narapidana. 

Petugas mengatakan, penjara tersebut akan dijaga penuh waktu oleh 600 tentara dan 250 polisi. 

Pembangunan penjara tersebut terbilang cukup singkat, yakni hanya tujuh bulan hingga akhirnya siap digunakan. 

Presiden Nayib Bukele menekankan bahwa mereka yang berada di dalam tidak akan memiliki akses ke hal-hal yang paling diinginkan oleh para tahanan.

"Pelacur, PlayStations, ponsel, dan komputer sangat terlarang bagi mereka yang berada di balik jeruji besi," tegas Bukele seperti dikutip Daily Star, Jumat (3/2/2023).

Sementara itu, peralatan elektronik akan difungsikan untuk mencegah hampir semua komunikasi dari area sel.

Bukele menjamin bahwa tidak ada narapidana yang bisa melarikan diri dari kompleks penjara yang memiliki luas 166 hektare ini, di mana petugas dilatih dengan sangat keras untuk berjaga-jaga.

Dengan luas tersebut, kompleks penjara baru di El Salvador ini menjadi yang terbesar di dunia berdasarkan Guinness World Record, menggantikan posisi Kompleks Penjara Silivri di Istanbul.

Bukele juga berharap bahwa penjara besar akan menjadi elemen fundamental dalam memenangkan perang melawan geng. 

4 dari 4 halaman

5 Tahanan Berbahaya Kabur dari Penjara Tunisia, Salah Satunya Pembunuh Politikus

Bicara soal penjara, tak jauh dengan narapidana atau napi. Lima tahanan yang dicap sebagai kelompok Islam berbahaya telah melarikan diri dari penjara di Tunisia.

Kementerian dalam negeri Tunisia telah merilis foto-foto mereka dan meminta warga untuk memberikan informasi apa pun yang mereka miliki untuk mencegah "aksi teroris".

"Para narapidana melarikan diri dari penjara Mornaguia pada Selasa pagi 31 Oktober," kata pihak kementerian di halaman Facebook resmi seperti dikutip dari BBC, Rabu (1/11/2023).

Ahmed Malki, yang dipenjara karena membunuh dua politikus pada tahun 2013, termasuk di antara mereka yang melarikan diri, lapor Reuters. Pria yang juga dikenal sebagai the Somali telah menjalani hukuman 24 tahun penjara atas pembunuhan politikus sekuler Chokri Belaid dan Mohamed Brahmi.

Pembunuhan pada tahun 2013 menjerumuskan Tunisia ke dalam krisis politik, yang akhirnya memaksa pemerintah mengundurkan diri.

Tahanan yang melarikan diri juga termasuk Rayd Touati, yang menurut sumber keamanan ikut serta dalam serangan paling kejam yang mengguncang Tunisia dalam satu dekade terakhir, menurut Reuters.

Tunisia menjadi tempat lahirnya Arab Spring ketika menggulingkan penguasa lamanya, Zine al-Abidine Ben Ali, pada tahun 2011. Namun Tunisia menghadapi gejolak politik yang semakin meningkat seiring dengan upaya Presiden Kais Saied untuk merebut kekuasaan yang hampir total.

Salah satu serangan terburuk di Tunisia terjadi pada tahun 2015, ketika seorang pria bersenjata melepaskan tembakan ke arah wisatawan yang menginap di sebuah resor populer di utara Sousse, menewaskan 38 orang.   

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini