Sukses

1 November Hari Vegan Sedunia, Ini Manfaat Diet Vegan bagi Lingkungan

Hari Vegan Sedunia atau World Vegan Day diperingati setiap tahunnya pada tanggal 1 November, inilah manfaatnya untuk lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta - World Vegan Day atau Hari Vegan Sedunia diperingati setiap tahunnya pada tanggal 1 November. Hari ini diperingati untuk menyebarkan kesadaran di kalangan masyarakat tentang manfaat pola makan vegan terhadap kesehatan.

Selain itu, peringatan Hari Vegan Sedunia juga sebagai momentum masyarakat vegan berkampanye soal peralihan dari produk hewani ke nabati.

Namun, selain memiliki manfaat bagi tubuh dan kesehatan, pola makan vegan juga bermanfaat bagi lingkungan.

Melansir dari The Guardian, Rabu (1/11/2023), menurut analisis terbaru yang paling komprehensif, beralih ke pola makan vegan dalam skala besar dapat secara signifikan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang disebabkan oleh produksi makanan.

Penelitian menunjukkan bahwa pola makan vegan menghasilkan emisi pemanasan global, polusi air, dan penggunaan lahan yang 75 persen lebih rendah dibandingkan dengan pola makan yang mencakup konsumsi lebih dari 100 gram daging per hari. Selain itu, pola makan vegan juga dapat mengurangi kerusakan terhadap satwa liar sebanyak 66 persen dan penggunaan air sebanyak 54 persen.

Dampak yang signifikan dari konsumsi daging dan produk susu terhadap lingkungan telah menjadi hal yang umum, dan penduduk di negara-negara kaya diharapkan untuk mengurangi asupan daging sebagai langkah untuk mengatasi krisis iklim. Namun, studi sebelumnya telah mengandalkan model pola makan dan nilai rata-rata dampak dari berbagai jenis makanan.

Namun, penelitian terbaru tersebut melibatkan analisis pola makan aktual dari 55.000 orang di Inggris. Selain itu, penelitian ini memanfaatkan data dari 38.000 peternakan di 119 negara untuk mempertimbangkan perbedaan dampak lingkup makanan yang diproduksi dengan metode dan lokasi yang berbeda.

Hal tersebut secara nyata memperkuat keyakinan terhadap kesimpulan yang diperoleh.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Upaya Inggris dalam Mengubah Kebiasaan Makan Masyarakat

Namun, ternyata apa yang dimakan jauh lebih penting dalam kaitannya dengan dampak terhadap lingkungan dibandingkan di mana dan bagaimana makanan tersebut diproduksi.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa daging babi organik, meskipun memiliki dampak paling rendah, menyebabkan kerusakan iklim delapan kali lebih besar dibandingkan dengan biji minyak, yang memiliki dampak paling tinggi.

Para peneliti menyarankan bahwa Inggris seharusnya mempertimbangkan kebijakan untuk membantu masyarakat mengurangi asupan daging guna mencapai target iklim negara tersebut. Meskipun para menteri telah menegaskan bahwa mereka tidak akan mengarahkan masyarakat untuk memilih jenis makanan, namun contoh seperti pajak atas minuman tinggi gula telah ada sebelumnya.

Prof Peter Scarborough di University of Oxford, yang memimpin penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Food, mengatakan, "Pilihan makanan kita mempunyai dampak besar terhadap planet ini. Mengurangi jumlah daging dan produk susu dalam pola makan Anda dapat membuat perbedaan besar pada pola makan Anda."

Sistem pangan global memiliki pengaruh besar terhadap bumi, menghasilkan sekitar sepertiga dari total emisi gas rumah kaca yang berperan dalam pemanasan global.

Selain itu, negara-negara tersebut menggunakan sekitar 70 persen dari pasokan air tawar global dan menyebabkan 80 persen dari polusi di sungai dan danau. Sekitar 75 persen dari total lahan di bumi dimanfaatkan oleh manusia, terutama untuk keperluan pertanian, dan kerusakan hutan merupakan penyebab utama dari penurunan drastis dalam keanekaragaman hayati.

3 dari 4 halaman

Mengurangi Konsumsi Daging sebagai Solusi untuk Mengurangi Emisi dan Polusi

Prof Neil Ward dari University of East Anglia mengatakan, "Ini adalah serangkaian temuan yang signifikan. Hal ini secara ilmiah memperkuat pernyataan Komite Perubahan Iklim dan Strategi Pangan Nasional selama beberapa tahun terakhir bahwa peralihan pola makan dari makanan hewani dapat memberikan kontribusi besar dalam mengurangi jejak lingkungan di Inggris."

Studi tersebut juga menunjukkan bahwa pola makan rendah daging, kurang dari 50 gram sehari, memiliki dampak setengah dari pola makan tinggi daging terhadap emisi gas rumah kaca, polusi air, dan penggunaan lahan. Namun, perbedaan antara pola makan rendah daging, pescetarian, dan vegetarian relatif kecil.

Prof. Richard Tiffin dari University of Reading mengungkapkan bahwa studi tersebut merupakan upaya paling komprehensif untuk menghubungkan data konsumsi pangan dengan data mengenai dampak lingkungan dari produksi pangan.

"Mendorong masyarakat yang banyak mengonsumsi daging untuk mengurangi konsumsi daging dan mendorong vegetarian untuk menjadi vegan akan menghasilkan emisi yang lebih rendah," ujar Prof. Tiffin.

"Namun, sulit untuk membenarkan perubahan pola makan omnivora moderat berdasarkan hasil ini, selain beralih ke pola makan vegan sepenuhnya," tambah Prof. Tiffin.

4 dari 4 halaman

Rekomendasi Aliansi Kesehatan Inggris untuk Perubahan Iklim

Para peneliti yang melakukan penelitian ini menyatakan bahwa untuk mencapai produksi pangan global yang berkelanjutan, masyarakat di negara-negara kaya perlu mengurangi konsumsi daging dan susu secara signifikan.

Mereka juga mengatakan bahwa upaya untuk mengurangi dampak lingkungan dari sistem pangan, seperti penggunaan teknologi baru dan pengurangan limbah makanan, tidaklah cukup.

Salah satu perbedaan utama yang diamati dalam penelitian ini adalah tingkat emisi metana, yaitu gas rumah kaca yang dihasilkan oleh sapi dan domba. Emissi metana tersebut 93 persen lebih rendah pada pola makan vegan dibandingkan dengan pola makan tinggi daging.

Pada tahun 2020, Aliansi Kesehatan Inggris untuk Perubahan Iklim merekomendasikan bahwa upaya untuk menerapkan pola makan berkelanjutan sebaiknya didukung oleh kewajiban pelabelan lingkungan pada makanan, regulasi promosi, dan peningkatan pajak pada makanan tinggi karbon.

Seorang juru bicara pemerintah menyatakan, "Keputusan mengenai makanan yang dikonsumsi merupakan hak masyarakat. Meskipun mencapai target net-zero adalah prioritas, penting untuk diingat bahwa pilihan pangan dapat mempengaruhi emisi gas rumah kaca. Peternakan yang dikelola dengan baik juga memberikan manfaat lingkungan, seperti mendukung keanekaragaman hayati, melindungi karakter pedesaan, dan memberikan sumber pendapatan penting bagi masyarakat pedesaan."

Menteri Peternakan Inggris, Mark Spencer, baru-baru ini menyatakan keinginannya untuk melihat sapi hasil rekayasa genetika menghasilkan lebih sedikit gas metana.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.