Sukses

AS: Pembangunan Senjata Nuklir China Lebih Cepat dari Perkiraan Sebelumnya

Pernyataan AS ini berdasarkan laporan terbaru Pentagon yang dirilis pada Kamis (19/10/2023), yang juga menyebutkan bahwa China kemungkinan sedang mengembangkan sistem rudal antarbenua baru.

Liputan6.com, Washington - Laporan Pentagon atau Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) menyebutkan bahwa China melampaui proyeksi sebelumnya mengenai seberapa cepat negara itu membangun persenjataan nuklirnya.

Melalui laporan yang dirilis pada Kamis (19/10/2023), AS juga memperingatkan bahwa China kemungkinan sedang mengembangkan sistem rudal antarbenua baru, yang akan memungkinkan mereka melancarkan serangan terhadap target di AS, termasuk Alaska dan Hawaii. Demikian seperti dilansir AP, Jumat (20/10).

Temuan Pentagon tersebut muncul sebelum pertemuan yang direncanakan antara Xi Jinping dan Joe Biden di sela-sela KTT APEC di San Francisco.

Laporan tahunan, yang diwajibkan oleh Kongres, adalah salah satu cara Pentagon mengukur pertumbuhan kemampuan militer China, yang oleh pemerintah AS dianggap sebagai ancaman utama di kawasan dan tantangan keamanan jangka panjang utama AS.

Strategi pertahanan nasional Pentagon sendiri dibentuk berdasarkan anggapan bahwa China masih menjadi tantangan keamanan terbesar bagi AS dan bahwa ancaman dari China akan menentukan bagaimana militer AS diperlengkapi dan dibentuk untuk masa depan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perbedaan Kebijakan Penggunaan Senjata Nuklir AS dan China

Laporan tahun lalu memperingatkan bahwa China dengan cepat memodernisasi kekuatan nuklirnya dan berada di jalur untuk melipatgandakan jumlah hulu ledak yang dimilikinya menjadi 1.500 pada tahun 2035. AS dilaporkan memiliki 3.750 hulu ledak nuklir aktif.

Sementara itu, laporan tahun 2023 menemukan bahwa China sedang bersiap mengerahkan lebih dari 1.000 hulu ledak nuklir pada tahun 2030, melanjutkan modernisasi cepat yang bertujuan memenuhi tujuan Xi Jinping untuk memiliki militer kelas dunia pada tahun 2049.

Pasca laporan Pentagon tahun lalu, China menuduh AS meningkatkan ketegangan dan menegaskan bahwa pihaknya masih berkomitmen pada kebijakan "jangan gunakan senjata nuklir terlebih dahulu".

Menurut seorang pejabat pertahanan senior AS, Pentagon sejauh ini tidak melihat adanya indikasi bahwa China akan menjauh dari kebijakan tersebut, namun menilai mungkin ada beberapa keadaan di mana China berpotensi menilai kebijakan tersebut tidak berlaku.

AS tidak menganut kebijakan "jangan menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu", melainkan senjata nuklir hanya akan digunakan dalam keadaan ekstrem.

3 dari 3 halaman

Tekanan China terhadap Taiwan

Laporan Pentagon yang sama mengungkapkan pula bahwa China meningkatkan tekanan militer, diplomatik, dan ekonomi tidak hanya terhadap Taiwan, melainkan juga terhadap semua negara tetangganya di kawasan. Adapun tekanan terhadap Taiwan mencakup serangan rudal balistik, peningkatan kehadiran pesawat tempur ke zona pertahanan internasionalnya, dan latihan militer skala besar pada Agustus 2023 yang mengepung Taiwan.

China telah bersumpah untuk menempatkan Taiwan di bawah kendalinya, sekalipun dengan kekerasan. Xi Jinping telah memberikan militernya waktu hingga tahun 2027 untuk mengembangkan kemampuan militer guna merebut kembali pulau yang memiliki pemerintahannya sendiri itu.

AS telah memberikan bantuan senjata militer senilai miliaran dolar kepada Taiwan untuk membangun pertahanannya dan membantunya menolak potensi serangan apapun. Namun, di lain sisi, China juga menghabiskan miliaran dolar untuk militernya.

Pengeluaran militer China pada tahun 2023 dilaporkan meningkat 7,2 persen menjadi 1,58 triliun yuan atau USD 216 miliar dalam dolar AS, melampaui pertumbuhan ekonominya. Para pejabat AS meyakini bahwa angka sebenarnya jauh lebih tinggi.

China menggarisbawahi pihaknya menerapkan kebijakan militer defensif untuk melindungi kepentingan negaranya.

Dalam laporannya, Pentagon mencatat pula bahwa China telah meningkatkan gangguan terhadap pesawat tempurnya yang terbang di wilayah udara internasional. AS menandai lebih dari 180 kejadian, di mana pesawat China secara agresif melakukan pencegatan.

Belajar dari dampak sanksi Barat terhadap Rusia terkait perang Ukraina, China dinilai Pentagon sedang berupaya menuju kemandirian industri dan ekonomi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini