Sukses

Aksi Iklim: Hingga 75.000 Orang Berunjuk Rasa di New York City Tuntut Setop Penggunaan Bahan Bakar Fosil

Penyelenggara memperkirakan ini menjadi aksi iklim terbesar di Amerika Serikat dalam lima tahun terakhir.

Liputan6.com, Washington - Puluhan ribu aktivis iklim turun ke jalan-jalan di New York City, Amerika Serikat (AS), pada Minggu (17/9/2023). Mereka berpawai mendesak diakhirinya penggunaan bahan bakar fosil.

Politikus progresif sekaligus anggota Kongres asal Partai Demokrat Alexandria Ocasio-Cortez yang turut serta dalam aksi membakar semangat massa dengan mengatakan bahwa gerakan tersebut terlalu besar dan radikal untuk diabaikan.

Diiringi sorakan dari kerumunan, Alexandria mengkritik AS yang terus menyetujui proyek-proyek terkait bahan bakar fosil, sesuatu yang dilakukan pemerintahan Joe Biden awal tahun ini melalui Proyek Willow yang kontroversial di Alaska.

"Kita semua berada di sini karena satu alasan: untuk mengakhiri penggunaan bahan bakar fosil di seluruh planet ini," ujar Alexandria pada akhir aksi di dekat Markas Besar PBB, tempat para pemimpin dunia akan berkumpul untuk menyelenggarakan Sidang Majelis Umum PBB, seperti dilansir The Guardian Senin (18/9).

"Dan cara kita menciptakan keadaan darurat adalah dengan mengajak orang-orang di seluruh dunia turun ke jalan."

Alexandria menambahkan, "AS terus menyetujui kontrak bahan bakar fosil dalam jumlah yang mencapai rekor dan kita harus menyampaikan pesan, hari ini juga ... Aksi iklim memerlukan restrukturisasi ekonomi yang demokratis."

Para penyelenggara memperkirakan antara 50.000 hingga 75.000 orang menghadiri unjuk rasa dan ini merupakan protes terkait perubahan iklim terbesar di AS dalam lima tahun terakhir. Kepolisian New York City (NYPD) tidak mengomentari jumlah massa.

"Ini adalah momen yang luar biasa," kata Jean Su dari Pusat Keanekaragaman Hayati, yang membantu mengatur mobilisasi.

"Puluhan ribu orang turun ke jalan di New York City karena mereka menginginkan aksi iklim dan mereka memahami perluasan proyek bahan bakar fosil yang dilakukan Biden menyia-nyiakan kesempatan terakhir kita untuk menghindari bencana iklim."

Jean Su melanjutkan, "Hal ini juga menunjukkan kegigihan dan perjuangan yang luar biasa dari masyarakat, terutama kaum muda dan komunitas yang hidup di garis depan kekerasan akibat bahan bakar fosil, untuk melawan, dan menuntut perubahan demi masa depan."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Aksi Jelang KTT Ambisi Iklim PBB

Di sela Sidang Umum PBB pada 19-23 September 2023 akan digelar pula KTT Ambisi Iklim PBB pada Rabu (20/9). Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menjanjikan bahwa konferensi tersebut bukan sekadar omong kosong.

Namun, di lain sisi, pada Jumat (15/9), penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengonfirmasi bahwa Presiden Biden tidak dijadwalkan ambil bagian dalam KTT Ambisi Iklim PBB.

"Keputusan Biden untuk tidak menghadiri KTT Ambisi Iklim PBB tidak dapat diterima," tegas Jean Su. "Sekarang adalah waktunya bagi Biden untuk memimpin di panggung dunia dan menunjukkan bahwa dia bersungguh-sungguh ketika menyebut climate change sebagai ancaman nyata terhadap kemanusian."

Rev Lennox Yearwood, ketua Hip Hop Caucus, menyamakan gerakan iklim saat ini dengan perjuangan AS untuk keadilan rasial.

"Kita perlu mengakhiri segala bentuk bahan bakar fosil," ujarnya.

Sementara itu, aktivis iklim muda Vanessa Nakate dari Uganda menekankan, "Ketika kami mengatakan kami menginginkan keadilan iklim, kami tidak hanya berbicara tentang transisi ke panel surya. Kami berbicara tentang tidak meninggalkan siapa pun ketika Anda berbicara tentang mengatasi ketidakadilan yang timbul akibat krisis iklim."

Biden sempat dipuji oleh para aktivis iklim karena tahun lalu mengesahkan undang-undang iklim bersejarah senilai USD 369 miliar, namun belakangan dia dikritik karena mengizinkan proyek pengeboran minyak dan perluasan fasilitas gas di Teluk Meksiko.

3 dari 3 halaman

Digerakkan Kaum Muda

Aktor sekaligus aktivis iklim Susan Sarandon turut hadir dalam aksi iklim di New York City. Dia membuka pidatonya dengan memberi selamat kepada mahasiswa Universitas New York atas kabar bahwa universitas mereka melakukan divestasi bahan bakar fosil setelah bertahun-tahun mengalami tekanan.

"Kalian memberi saya harapan," tutur dia, menambahkan, "Apa yang harus kita lakukan adalah mengambil tanggung jawab dan menekan mereka yang berada di puncak untuk akhirnya maju."

Aktivis lingkungan veteran Bill McKibben pun turun ke jalan pada Minggu.

"Saya pikir ini adalah momen awal kembalinya gerakan iklim di jalanan setelah pandemi," katanya. "Senang melihat orang-orang kembali."

Kerumunan tersebut, katanya, mencerminkan keberagaman di New York City.

"Saya senang melihat banyak orang lanjut usia seperti saya di sini," kata McKibben, pendiri Third Act, sebuah kelompok aktivis yang ditujukan untuk para lansia. "Kami akan berjalan di belakang karena kami lambat!"

Lebih dari 650 aksi iklim global terjadi awal pekan ini. Sebelumnya, pada hari yang sama, para aktivis dilaporkan menyemprotkan cat oranye ke Gerbang Brandenburg di Berlin, Jerman.

Organisasi yang dipimpin oleh pemuda, termasuk Fridays for Future milik Greta Thunberg, memainkan peran utama dalam mengorganisir mobilisasi aksi iklim.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini