Sukses

Kim Jong Un Tiba di Rusia untuk Bertemu Vladimir Putin, AS Peringatkan Korea Utara Jangan Jual Senjata

Kantor berita Jepang Kyodo melaporkan bahwa sebuah kereta yang membawa Kim Jong Un telah tiba di stasiun Khasan, pintu gerbang kereta utama ke Timur Jauh Rusia dari Korea Utara.

Liputan6.com, Khasan - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah tiba di Rusia, media Jepang melaporkan pada hari Selasa, ia akan melakukan diskusi komprehensif dengan Presiden Vladimir Putin di tengah peringatan dari Washington bahwa mereka tidak boleh menyetujui perjanjian senjata.

Kim Jong Un meninggalkan Pyongyang menuju Rusia pada hari Minggu dengan kereta pribadinya, media pemerintah Korea Utara melaporkan pada hari Selasa. Ia ditemani oleh para pejabat tinggi industri senjata dan militer serta menteri luar negeri.

Kantor berita Jepang Kyodo melaporkan pada hari Selasa, mengutip sumber resmi Rusia yang tidak disebutkan namanya, bahwa sebuah kereta yang membawa Kim telah tiba di stasiun Khasan, pintu gerbang kereta utama ke Timur Jauh Rusia dari Korea Utara.

Mengutip The Straits Times, Selasa (12/8/2023), juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan pihaknya yakin Kim Jong Un memasuki Rusia pada Selasa pagi.

Kim tidak sering bepergian ke luar negeri, hanya melakukan tujuh perjalanan jauh dari negaranya dan dua kali melintasi perbatasan antar-Korea dalam 12 tahun kekuasaannya. Empat dari perjalanan tersebut dilakukan ke sekutu politik utama Korea Utara, Tiongkok.

"Ini akan menjadi kunjungan penuh," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. "Akan ada negosiasi antara dua delegasi, dan setelah itu, jika perlu, para pemimpin akan melanjutkan komunikasi mereka dalam format satu lawan satu."

Seorang pejabat di pemerintahan Khasan menolak mengomentari laporan kedatangan Kim.

Para pejabat AS, yang pertama kali mengatakan bahwa kunjungan itu akan segera terjadi, mengatakan bahwa perundingan senjata antara Rusia dan Korea Utara sedang berlangsung secara aktif dan bahwa Kim dan Putin kemungkinan akan membahas penyediaan senjata kepada Rusia untuk perang di Ukraina.

Vladimir Putin tiba di Vladivostok pada Senin 11 September, kata kantor berita Rusia TASS. Ia dijadwalkan menghadiri sesi pleno Forum Ekonomi Timur, yang berlangsung hingga Rabu.

Peskov mengatakan bahwa pertemuannya dengan Kim akan dilakukan setelah forum tersebut dan tidak ada konferensi pers yang direncanakan oleh para pemimpin tersebut, menurut kantor berita Rusia.

Belum ada konfirmasi mengenai lokasi pertemuan atau apakah Kim Jong Un akan menghadiri forum ekonomi tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Korea Utara dan Rusia Bantah Soal Suplai Senjata hingga Summit ke-2 Putin dan Kim Jong Un

Pyongyang dan Moskow membantah bahwa Korea Utara akan memasok senjata ke Rusia, yang telah menghabiskan banyak senjata dalam lebih dari 18 bulan perang.

Washington dan sekutu-sekutunya telah menyuarakan keprihatinan atas tanda-tanda kerja sama militer yang lebih erat antara Rusia dan Korea Utara yang mempunyai senjata nuklir. Ini akan menjadi summit atau pertemuan puncak kedua Kim dengan Putin, setelah mereka bertemu pada tahun 2019 dalam perjalanan terakhirnya ke luar negeri.

Peskov mengatakan kepentingan nasional Rusia akan menentukan kebijakannya, menurut kantor berita Rusia.

"Seperti yang Anda ketahui, dalam melaksanakan hubungan kami dengan negara-negara tetangga kami, termasuk Korea Utara, kepentingan kedua negara adalah hal yang penting bagi kami, dan bukan peringatan dari Washington," kata Peskov.

 

3 dari 4 halaman

Delegasi Pejabat Pertahanan

Delegasi Korea Utara termasuk anggota terkemuka partai yang menangani industri pertahanan dan urusan militer, termasuk Direktur Departemen Industri Amunisi Jo Chun Ryong, kata seorang analis, yang menunjukkan bahwa kunjungan tersebut akan fokus pada kerja sama industri pertahanan.

"Kehadiran Jo Chun Ryong menunjukkan bahwa Korea Utara dan Rusia akan menyelesaikan semacam perjanjian pembelian amunisi," kata Michael Madden, pakar kepemimpinan Korea Utara di Stimson Centre yang berbasis di Washington.

Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan Chang Ho-jin, mantan duta besar untuk Rusia, mengatakan bahwa Moskow berkepentingan untuk mempertimbangkan posisi internasional Korea Selatan setelah konflik di Ukraina dan mengingat bahwa Rusia membantu membentuk rezim non-proliferasi saat ini.

"Kerja sama militer akan melanggar resolusi Dewan Keamanan, apa pun yang dilakukan (Rusia) terhadap Korea Utara," kata Chang Ho-jin.

Pada hari Senin, Washington memperbarui peringatannya kepada Pyongyang untuk tidak menjual senjata ke Rusia yang dapat digunakan dalam perang Ukraina, dan mendesak Korea Utara untuk mematuhi janjinya untuk tidak menyediakan atau menjual senjata ke Rusia.

 

4 dari 4 halaman

Deplu AS: Transkfer Senjata Korut ke Rusia Langgar Resolusi DK PBB

Departemen Luar Negeri AS mengatakan setiap transfer senjata dari Korea Utara ke Rusia akan melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB, yang melarang transaksi senjata apa pun dengan Korea Utara.

“Kami, tentu saja, secara agresif menerapkan sanksi kami terhadap entitas yang mendanai upaya perang Rusia… dan tidak akan ragu untuk menjatuhkan sanksi baru secara tepat,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller kepada wartawan.

Korea Utara adalah salah satu dari sedikit negara yang secara terbuka mendukung Rusia sejak invasi ke Ukraina tahun lalu, dan Putin pekan lalu berjanji untuk “memperluas hubungan bilateral dalam segala hal secara terencana dengan menggabungkan upaya”.

Sebagai gambaran yang mencolok dari hubungan yang semakin erat tersebut, Kim memberikan tur pribadi ke pameran senjata Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu ketika dia mengunjungi Pyongyang pada bulan Juli, dan mereka berdiri bersama untuk menyaksikan parade militer yang menampilkan rudal balistik terlarang.

Rusia, bersama dengan Tiongkok, telah melakukan pemungutan suara untuk menyetujui resolusi Dewan Keamanan PBB pada tahun 2017 yang menghukum Korea Utara karena meluncurkan rudal balistik dan melakukan uji coba nuklir bawah tanah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini